Jumat, 29 Maret 2013

Surat Untuk Masa Lalu


Selamat malam masa lalu. Semoga dirimu baik bahkan mungkin sangat baik. Aku dengar katanya orang tuamu sedang berkunjung ke rumah kakakmu dimana kamupun ada disana. Ya itu sebagai pengobat rindumu.

Akhirnya kita bisa berkomunikasi lagi setelah beberapa lama saling diam. Kamu sibuk sekarang yang aku tahu kamu memang pekerja keras, seperti dulu yang kamu pernah bilang kamu akan bekerja kemudian meneruskan studymu. Dan sekarang cita-citamu sebagai enggenering telah terwujud. Dan kamu tak pernah puas kamu melanjutkan study di Bhayangkara University.

Kemarin kita sempat membahas masa lalu itu. Masa dimana hanya saling berpandangan, ketika hati ingin berucap dan mengatakan sesuatu tapi mulut begitu terkunci. Yah itu masa lalu ketika kita SMP dulu.

Masa SMP itu berlanjut ketika kita SMA, haha lucu juga ya waktu itu, tak peernah nyangka sedikitpun kita akan bertemu lagi. Dan semakin kita dewasa kita semakin terbukla setidaknya hanya untuk saling menyapa, dan tak segan juga saat itu kita pergi bersama saat ada kesempatan.

Lalu aku tak tahu apakah itu sebuah perasaan special atau tidak yang aku tahu saat itu aku deg-degan. O yah masih ingat dengan pengamen dulu saat kita duduk bersama ketika terakhir nyanyi dia berkata semoga hubungannya langgeng, saat itu kita hanya saling senyum bingung hubungan apa? Entahlah.
Lalu masa SMA itu berlalu.. saat ini kita memilih jalan sendiri dan aku tak tahu kamu dimana. O yah tapi terima kasih dulu sehabis lebaran kamu bersilaturahmi ke rumah walaupun sekarang gak lagi. Dan dengan datangnya kamu kerumah itu menyatukan kita lagi setidaknya aku tahu kembali kemana aku harus hubungi kamu. Namun setelah berjalnnya waktu rasa yang dulu ada mungkin sudah  memudar. Saat aku bertemu kamu yang terakhir kali itu, aku merasa bias, entah aku tak merasakan lagi degup jantung yang kencang, muka merah dan malu. 

Aku merasa kamu teman lama yang bertemu lagi udah hanya itu.
Tidak hanya aku mungkin tapi kamu juga. Setelah pertemuan terakhir itu kita semakin jauh. Waktu terus berjalan kita mengukir kisah berbeda dan ditempat berbeda. Hingga saat ultahmu 13 Maret kemarin seperti janjiku aku akan mengucapkannya sampai kapanpun kita berkomunikasi lagi. 

Ya sampai sekarang ini. Semoga ini awal yang baik untuk kita. Dan dengan iseng aku bertanya apakah kamu kangen sama kau? Hahha kamu hanya senyum sudahlah itu hanya pertanyaan seorang teman. Tapi yang pasti tuhan selalu mempertemukan kita dalam keadaan yang berbeda.

Dan aku masih ingat saat kamu bilang tak suka buku, saat itu aku kasih kamu buku 5 CM. Semoga kamu masih ingat dengan kata-kata motivasi disana sehingga kamu bisa meraih impianmu.
“Taruh mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang mau kamu kejar”

Kamis, 28 Maret 2013

Untuk Pangeran Kecil


Selamat Malam Pangeran kecil. Pasti kamu tengah berbahagia karena sedang berkumpul sama mama, sama bapak di Jakarta. Kamu sedang berlibur, akh seandainya aku juga bisa aku ingin menyusulmu agar bisa berkumpul. Tapi disini aku masih memegang beberapa tanggung jawab jadi ga bisa pulang.

Kamu ngapain aja liburan? Pasti maen ke mall, atau maen PS itu hobby kamu. Dulu dari pada ke kebun binatang kamu lebih suka maen mobil-mobilan di mall.

Aku dan kamu memang sangat berbeda untuk masalah hobby. Hobby kamu cowok banget, ngotak-ngatik motor, maen bola sedangkan aku lebih suka nulis, membaca. Kitapun tumbuh dengan prestasi yang berbeda, jika aku dulu sering ikut perlombaan akademik sedangkan kamu lebih banyak ikut perlombaan olah raga. Itulah alasan teteh, ya panggilan kamu untuk aku sadar bahwa segimana apapun kamu tidak bisa dipaksa untuk bisa rangking 1.

Teteh sayang sama kamu. Kamu tahu sendiri jika kemanapun pergi pasti kamu selalu menemani, itulah alasan kenapa teteh panggil kamu pangeran kecil.
De, teteh tahu ketika kita kehilangan emi, kamu adalah orang yang paling terpukul diantara kita semua. Kamu adalah orang yang paling dekat dengan emi. Setiap hari kamu menemani emi. Berbeda dengan teteh yang pulang aja kadang 3 bulan sekali.

Sabar ya de, teteh yakin ini pembelajaran untuk kamu juga. Agar kamu dewasa, dan merasakan kehilangan seseorang yang kita sayang itu akan membuat kita kuat. Teteh yakin kamu akan tumbuh menjadi laki-laki yang sangat sayang sama perempuan dan tak akan menyakiti perempuan karena kamu amat disayangi oleh tiga perempuan sekaligus.

Walaupun kamu sudah kelas 1 SMP tapi kita masih tidur bersama, teteh merasa kamu masih anak-naka dan tak segan teteh sering peluk dan cium kamu.

Teteh seneng kamu sudah punya cita-cita. Menjadi pemain bola seperti Cristiano Ronaldo, dan teteh tidak salah memperkenalkan pemain Real Madrid itu kepada kamu ketika kamu masih kecil dulu. Semoga kamu bisa meraih impianmu.

De, pesan teteh sekarang kamu harus bisa mandiri, jaga diri baik-baik janagn terbawa arus pergaulan, kamu harus punya pondasi hidup agar dimanapun kamu, kamu masih akan bisa tegak berdiri. Apalagi sekarang kamu tinggal sendiri hanya dengan nenek dari bapak, dan kasih sayangnya tentu akan berbeda dengan emi. De, teteh janji suatu hari nanti teteh akan memberikan pendidikan yang terbaik, seperti pesan bapak lebih baik diwarisi ilmu dari pada harta.

De, teteh kangen berantem sama kamu, kangen masakin kamu terkadang kamu aneh tidak mau makan masakan selain masakan teteh bahkan hanya hal kecil seperti masak mie goreng, akh tapi kan mie goreng buatan teteh emang paling enak iya gak?

Teteh masih ingat kata-kata kamu. Katanya kamu tidak rela bila teteh menilah dengan laki-laki yang tidak baik dan tidak kaya, teteh hanya tersenyum dan bangga ternyata pangeran kecilku ini tidak rela kakak satu-satunya tersakiti laki-laki.

De, semoga kita semua bisa memberikan kebahagiaan untuk mama dan bapak ya, karena saat ini harta kita tinggal mereka berdua. Selamat malam de, semoga kamu tidur nyenyak . 

Rabu, 27 Maret 2013

Nenek Terhebat


Apa kabar Emi? Aku yakin Emi disana pasti baik-baik saja dan bahkan lebih baik. O ya mi udah lama ya kita tidak berjumpa. Udah lama aku tidak merasakan belaian, cerewetnya Emi yang selalu menanyakan kapan aku pulang, apakah aku sudah makan? Atau bagaimana perkembangan kuliah aku?

Dan aku rindu dibukakan pintu saat aku pulang atau diantarkan sampai kedepan sampai aku naik motor. Emi juga yang sering nyuruh aku bawa beras yang banyak dari rumah, katanya biar jika ga ada uang kalau ada beras bisa makan.

Emi yang khawatir jika aku sakit dan pasti mimpiin aku. Mi, aku sekarang kehilangan jika boleh meminta kenapa emi tidak melihat aku diwisuda dulu, seperti impian kita dulu saat membeli baju kebaya, kata emi baju itu akan dipakai saat aku diwisuda. Akh tapi kita hanya bisa berencana, karena lagi-lagi takdir itu tidak bisa dibeli apalagi diminta.
Emi tahu, aku sangat menyesal, aku tidak ada disaat terakhir. Aku terlalu sibuk ya sibuk mengejar impian. Saat itu seandainya waktu bisa diputar kembali aku ingin kembali pulang berada disaat terakhir, sepertinya aku anak yang durhaka karena tidak ada disana, dan sekembalinya ke rumah aku sudah tidak bisa melihat emi yang terakhir. Berarti pertemuan terakhir kita itu saat aku pulang beberapa hari yg lalu sebelum emi benar-benar pergi  untuk selamanya.

Dan saat aku meninggalkan emi dulu, aku sedang dalam keadaan marah karena aku ada masalah dengan mama. Jika aku mengingat itu aku merasa bersalah, aku ingin memutar waktu, merubah segalanya.

Namun aku belajar ikhlas disana, ini yang terbaik buat emi, aku tidak tega melihat Emi setiap hari merasakan sakit yang teramat sakit. Bahkan diamnya aku karena aku tidak kuat dan ingin menangis.

Emi, ada impian yang belum aku wujudkan. Naik hajikan emi, tapi aku janji jika aku punya rezeki nanti aku akan naik hajiakn emi yah itu nadzar aku.
Emi, malami ni aku tidak tahan aku rindu, emi tahukan  aku masih manja bahkan setahun  yang lalu saat emi di operasi kanker emi takut ninggalin mama karena anak-anak mama masih kecil.

Emi, sekarang Rendy harus diem di Haurgeulis. Dulu Emi tidak rela jika Rendy tinggal disana, tapi sekarang tidak ada pilihan lagi. Aku kasihan sama dia tidak ada yang mengurusnya setelaten emi, sesabar emi bahkan disaat sakitpun emi masih ingat sama makannya  Rendy, sweeternya, sekolahnya akh Emi memang nenek terhebat.

Emi, mala mini aku ingin dipeluk dan dicium. Didoakan seperti dulu.  Saat aku sedih dan mennagis dipangkuan emilah hatiku bisa tenang.  

Emi, maafkan aku belum bisa membahagiakan emi, aku belum bisa memberikan apapun. Aku malah sering menyusahkan, merepotkan membuat emi capek dan emi harus tahan saat ada orang yang mencibir cita-citaku. Tapi emi percaya jika suatu hari nanti aku bisa meraihnya itulah kekuatanku hingga sekarang aku masih bisa berdiri dan bertahan.
Emi.. aku kangen, rasa rindu dan sedih ini sudah tidak bisa dilukiskan lagi. O yah aku janji jika aku pulang nanti aku kana mengunjungi emi.

Emi sekarang aku belum bisa bercerita banyak apa lagi tentang kesuksesan, saat ini aku masih berjuang. Tapi nanti aku janji aku akan bercerita lagi dengan keadaan aku yang berbeda.

Aku benci kanker mi, kenapa ada penyakit itu? Kenapa emi harus terkena dua kali. Itu mimpi buruk. Emi tahu saat ponis yang kedua saat itu aku begitu lemas, ingin menjerit dan berkata tuhan tidak adil, tapi aku harus terlihat kuat didepan emi, aku tidak boleh terlihat lemah. Karena riwayat penyakit emi ini aku berjanji, aku akan membuat yayasan Kanker agar bisa menolong orang-orang yang seperti emi. Semoga impian ini terwujud.

Emi cukup ya ceritaku, tapi aku janji aku akan terus bercerita dan mendoakan emi semoga emi bahagia, karena saat ini hanya itu yg bisa aku lakukan. Miss you so much

Selasa, 26 Maret 2013

Catatan Merah Hitam


“Disini kami berdiri
Di bawah panjimu
Mengabarkan kebenaran
Merah hitam bagi Indonesia”

Aku rindu menyanyikan bait-bait hymne tersebut. Ternyata sudah lama tidak menyanyikannya. Terakhir itu Desember lalu ketika melantik para anggota baru. Malam ini akupun tengah duduk diatas karpet merah ini. hahha ya, karpet ini selalu merah entah kapan akan berubah menjadi kuning ataupun pink.

Tadi baru saja aku dan teman-teman merencanakan HUTmu, tak terasa yah ini sudah mau masuk ke usiamu yang ke-18. Jika diibaratkan manusia mungkin tengah puber dan sedang semangatnya. Ini merupakan suatu cambuk khususnya bagiku yang belum bisa membesarkanmu.

Maafkan aku, belum bisa memberikan yang terbaik untukmu. Maafkan aku yang terkadang marah dan kesal kepadamu. Terkadang egoku lebih besar dan ingin meninggalkanmu, akh tapi lagi-lagi rasanya aku tidak tahan untuk pergi darimu. Kamu mengajarkan aku tidak menyerah, mungkin jika aku menyerah hari ini aku tak akan tahu apa yang akan terjadi esok?

Darimu aku belajar banyak, belajar mandiri, belajar tak menyerah, belajar bersabar, belajar menulis, berbicara, dan masih banyak lagi yang belum bisa kau tulis.

Kamu memberikan suhu dan tekanan yang tinggi, tapi bukankan Intan terbaik dihasilkan dari  suhu dan tekanan yang tinggi pula? Mungkin saja ini adalah salah satu cara agar aku suatu hari bisa menjadi Intan terbaik dan bersinar di negeri ini.

Terima kasih kamu telah memberikan setiap ruang untukku. Aku tidak tahu jika aku tidak terperangkap dalam ruang tanpa titik ini, mungkin aku hanya menjadi perempuan penakut yang hanya kuliah pulang dan tanpa bisa menatap dunia. Aku tidak bisa memberikan apa-apa selain karya dan sampai saat ini aku masih saja mengeluh jika dituntut untuk ayo berkarya. Bukankah itu kewajibanku?

Yah ternyata perjalanan ini masih panjang, aku tidak boleh puas, dan kamu mengajarkan bahwa jangan cukup puas kemudian berbesar kepala. Harapku, adik-adikku nanti bisa membesarkanmu, membuatmu menjadi intan yang bersinar.
Tetap "Mengabarkan kebenaran" dan selalu “Berjumpa, bersahabat, berjuang dan berkarya”

Sekian ya suratku, aku janji aku akan membuat surat lagi untukmu dan semoga dalam keadaan berbeda. Dan aku janji kemanapun aku pergi suatu hari aku akan kembali dan semoga sekembalinya aku nanti kamupun berubah menjadi lebih baik.

Senin, 25 Maret 2013

Remember Me Ayah


Selamat pagi ayah. Apa kabar? Sudah lama sekali kita tak berkomunikasi bahkan hanya untuk menanyakan kabar. Ayah, bukan aku lupa bukankah sempat beberapa kali aku kirim pesan singkat untuk ayah, tapi tak pernah ayah balas.

Ayah, apa yang sedang ayah lakukan? Apakah ayah sangat sibuk? Sampai tak sempat hanya untuk membalas pesan singkat dariku? Atau ayah sudah mengubur namaku dan menghilangkannya dari ingatan ayah?

Ayah, jangan tanya apa aku kangen ayah? Tentu saja, bagaimaapun ayah adalah laki-laki yang telah mengadakan aku ke bumi ini. Walaupun mungkin ayah tak menginginkannya, namun tuhan adil. Tuhan menciptakan perempuan hebat seperti mama dan laki-laki hebat seperti bapak yang merawat aku hingga tak pernah kekurangan apapun. Maaf ayah, 
bukannya ingin membandingkan. Aku hanya ingin menceritakan betapa hebatnya mereka.

Ayah. Aku masih ingat saat pertama kali kita bertemu. Saat itu au sudah dewasa dan tentu saja canggung. Mungkin ayah seperti orang asing yang tiba-tiba masuk kedalam kehidupanku. Orang asing yang tak harus jadi orang asing.. Tapi sudahlah ayah ini nasibku, akupun tak aan menyalahkan takdir, toh selalu ada rencan dibalik takdir.

Ayah, aku hanya ingin bilang nenek sudah tidak ada. Saat ini aku hanya memiliki tiga orang yang sangat aku sayangi. Dan apakah ayah termasuk didalamnya? Aku sendiri tidak tahu jika hubungan kita masih seperti ini.
Jika boleh jujur aku ingin berkunjung ke rumah ayah, tapi hatiku enggan. Apakah aku belum memaafkan ayah atau ada alasan lain? Aku tak tahu, yang pasti untuk saat ini aku sedang berdamai dengan keadaan.

Ayah, semoga ayah mendapatkan anak  lain selain aku. Dan jika suatu saat ayah datang padaku, berdoalah agar aku mempunyai hati yang besar agar bisa menerima ayah. Bukan aku pendendam, hanya saja aku perlu waktu untuk mendamaikan perasaanku dan menjaga perasaan seorang laki-laki yang banting tulang demi aku, anak perempuannya.

Ayah, aku tidak tahu apa alasan ayah bersikap seperti ini kepadaku. Tapi mungkin karena sikap ayah ini semakin membuat tekadku kuat untuk menaklukan kehidupan ini. Karena dalam hatiku aku ingin membuktikan pada ayah, aku bisa menjadi seseorang bahkan mungkin aku harus seperti itu dahulu agar ayah mau memandang aku bahwa aku anak ayah. 

Entahlah seberapa penting pengakuan itu, tapi bagiku sederhana aku hanya ingin ayah memandangku anak ayah. Setidaknya nama yang tertera di akte kelahiranku itu nama yang benar-benar nyata. Karena terkadang aku ingin menghapus nama itu tapi takdir berkata lain.

Minggu, 24 Maret 2013

Surat Untuk Rasa Rindu


Dear Rindu. Entah kenapa hatiku bergetar ketika mengeja Kata itu, dan airmataku menangis kemudian berkata ok malam ini aku harus melewatkannya dengan rasa sesak. Rindu, aku terbiasa hidup sendiri, yah hidup sendiri mengajarkan berbagai banyak hal, setidaknya aku bisa sedikit mandiri, tapi tahukah hidup sendiri itu memunculkan rindu dan kemudian aku akan menangis, betapa rindu itu menyiksa.

Malam ini aku rindu pada semuanya rindu pada semua kawan-kawan yan lama tidak bertemu. Rindu kenapa kamu harus muncul malam ini , terlebih setelah mendengar suara Mama betapa aku rindu dipeluk dia, di cium ia dan dirawat dia, kemudian manja-manjaan.

Rindu, kamu tahu tiba-tiba kamu muncul  ketika aku kehilangan sahabatku Dwi selama hampir satu minggu, betapa hari-hariku sangat aneh, merasa ada yang berubah apakah aku 
Rindu pada dia? Walaupun semua berjalan normal tapi hatiku merasa sepi entahlah.

Rindu, malam ini kamu juga tiba-tiba muncul setelah membaca sebuah postingan dari kak Tini. Tiba-tiba aku merindukan mereka, peserta DJTL  Profesi, entahlah jika bisa aku ingin mengulang itu lagi, terbang ke Makasar bertemu mereka, menikmati Coto, sarabba, dan pemadangan yang menakjubkan. Makasar tak jauh beda dengan Bandung, malah mungkin Bandung asyik karena fasilitas-fasilitas yang ada, tapi aku jatuh cinta sama kota itu, hey siapa bilang orang Makasar keras-keras, mereka baik kok, malah aku tersanjung ketika selesai solat ada seorang ibu yang menyalami aku dan tersenyum kemudian beerkata dari mana.

Entahlah kejadian itu masih terekam dengan jelas dikepalaku. Panitia DJTL jangan tanya baiknya seperti apa. Aku seperti seorang raja yang Manja, ketika minta tolong apapun pasti ditolong. The Best hahhaa cerita ini hanya membuat ku semakin Rindu. Pelis nulis ini hanya akan semakin nangis.

Rindu.. Aku pasti sangat Rindu pada karpet merah dan debu, hahah kalo kata bang Dika atau Dian katanya warnet. Jika dua hari tidak kesana seperti ada yang kurang. Entah aku harus bercerita apa tentang ruangan itu?  Aku tidak bisa mengungkapkan apapun selain aku sangat bahagia berada disana, aku rindu jika tidak kesana, disana seperti ada penunggu yang akan membawaku lagi untuk kesana.

Rindu, malam ini aku ingin kamu pergi karena rasanya sangat sesak, yah malam yang menyesakan harus kulalui lagi. Rindu tapi aku juga kadang merindukanmu.

Sabtu, 23 Maret 2013

Surat Untuk Iqbal


Selalu ada rindu disetiap penghujung minggu. Mengenalmu adalah point plus, belajar dari kamu dan berkata tidak bisa jika saya tidak bisa, dan mengakui kamu pintar. Saya merasakan bagaimana menjadi guru, dan mengakui kata-kata Gie “Bahwa Guru, bukan dewa”.

Saya tidak selalu tahu, bahkan ada kalanya salah. Namun muka polos kamu dan semangat kamu adalah kebahagiaan tersendiri.

Dan tadi pagi saat kamu bilang bahwa nilai Bahasa Indonesia kamu meningkat dan tertinggi dikelas saya adalah orang yang bahagia. Sederhana memang ya kebahagiaan itu.

Kamu bilang sekolah itu tidak asyik dan banyak tugas. Dan kamu ingin cepat meloncat kuliah. Katamu lagi guru-guru di sekolah itu pengen di hormatin yang berlebihan. Ya iqbal itu memang potret nyata dunia pendidikan kita. Semoga suatu saat kalo kamu jadi guru tidak seperti itu. Eh iya saya lupa cita-cita kamu kan ingin jadi diplomat dan pengacara.

Jadi apapun kamu semoga bisa menjadi yang terbaik di bidangnya. Jika kamu jadi pengacara permintaan saya cukup sederhana, semoga kamu membela orang-orang yang butuh pertolongan hukum.

Bagaimana buku Daud Beureuh yang saya pinjami ke kamu? Seruu kan? Ini permintaan saya yang lain semoga kamu bisa mengenal para pahlawan yang mendirikan bangsa ini. Sehingga kita tidak lupa pada jasa-jasa mereka.

Selamat ketemu besok Iqbal. saya sudah tidak sabar apa yang akan saya temukan besok dari kamu. Saya jadi semangat dan percaya republik ini akan bangkit jika punya tunas-tunas bangsa seperti kamu. 

Rabu, 20 Maret 2013

Mengukir Rindu



Malam ini aku ingin mengukir rindu. Kamu tahu rinduku terbuat dari apa? Dari sebuah ketulusan, seperti kertas putih.

Malam ini aku ingin menulis rindu, rindu yang tak tertahan sampai tulisanku selesai.  rindu itu tak akan usai. Kamu tahu kali ini rinduku terbuat dari apa? Dari tinta yang berwarna emas, hingga kau sadar betapa mahalnya rinduku.

Malam ini aku ingin menulis sendu, dan haru. Saat tanganmu membelai rambutku dan kau menyanyi kidung rindu.

Malam ini aku ingin memaki. Aku cemburu. Aku sangat cemburu saat kasihnya lebih besar dari kasihku. Saat aku hanya mematung dan tak bisa mengurangi bebanmu.  Saat aku tak bisa berbuat apa-apa, saat aku harus iklhas kau tak ada.

Malam ini aku ingin merengkuhmu, tertidur lelap dalam pelukanmu. Dicereweti dan disuruhmu solat atau hanya sekedar makan.

Malam ini aku ingin kau ada, mengusap air mataku yang berlinang. Menyemangatiku saat dunia sedang tak berpihak padaku. Mengantarkanku ke gerbang kehidupan.

Malam ini aku ingin besok saat aku membuka mata kau ada. Seperti dulu, menyiapkan sarapanku. Mencari makanan yang aku suka, dan bertanya kapan aku pulang.

Nyatanya


Nyatanya
Aku masih merindukanmu
Aku masih bermimpi tentangmu
Aku masih berharap
Aku masih menunggumu
Aku masih menyayangimu
Nyatanya
Aku tak bisa menghapus dirimu
Aku tak mampu mengatakan selamat inggal
Aku tak mampu  memelukmu lagi
Saat ini aku hanya mampu terdiam, menunggu dan berharap
Suatu saat nanti kamu akan menepati janjimu..

Surat Untuk Imam dan Dian


Hallo kalian berdua. Sudah lama ga ngbrol dan saling sepik di sosmed. Kalian pasti sibuk dengan tugas masing-masing. Menjadi mahasiswa dan aktivis sekaligus memang harus punya waktu ekstradan manajemen yang baik.

Tapi itu yang membuat kalian berbeda, oh lebih tepatnya mungkin kita, hehe.  Saya mengikuti aktivitas kalian yang sangat sibuk dengan persma serta beberapa tugas kuliah yang rumit bagi Dian hehehe.

O yah, saya ingin sekali bertemu kalin karena kita bertiga sebelumnya tidak pernah diskusi bareng. Ada banyak hal yang ingin saya diskusikan, tentang impian, tulis menulis dan masih banyak lagi yang malam ini mendadak lupa.

Kapan ya kita bertemu? Atau mungkin kita akan bertemu setelah menjadi orang yang berbeda. Tidak dengan status mahasiswa lagi namun status baru.
Imam, sebelumnya kita tak pernah ngobrol ya, karena pas ketemu dulu waktunya sempit sekali. Selesai acara aku langsung pulang ke Bandung, sampai aku baru tahu kamu orang Jawa dari Dian heheh.

Terima kasih Imam, kamu selalu mendorong buat nulis. Kamu luar biasa, dan aku sangat suka dengan komentar pertama kamu di blog aku” jangan menulis menunggu inspirasi, tapi menulis itu untuk mendatangkan inspirasi,” kalo ga salah, maaf kalo salah J

Dian, ini surat kedua namun sengaja aku tulis surat kedua ini teruntuk kamu dan Imam, alasannya sederhana krena kalian berdua selalu memotivasi, sepik di twitter atau Fb dari kalian jadi penyemangat. Aku juga ketemu Dahlan Iskan, ok sekarang kita sama-sama pernah ketemu idola kita itu heheh. Kapan ya kita bisa menjadi seperti mereka, bahkan lebih.

Salah satu Impianku saat ini adalah ketemu kalian dengan keadaan yang berbeda. Kemudian kita akan bercerita yang amat panjang, saling tukar karya dan menyodorkan sebuah kartu nama dengan cetakan berbeda. Kapan ya? Semoga Dian bisa meraih mimpinya menjadi wartawan tempo. Begitupun kamu Imam, yang aku ga tau apa Impianmu. Entah aku tidak peka atau kamu memang belum cerita?

Apapun itu, aku yakin kalian akan menjadi orang hebat. Tuhan maha baik ya sehingga mempertemukan kita. Saya percaya tak ada kebetulan dalam sebuah pertemuan, pasti akan ada rencana tuhan. Semoga rencana itu indah.

Selamat sennag si tukang cappucino dan tukang susu nice day.

Surat untuk erwin


Selamat malam Erwin.
Tiba-tiba aku ingin menulis surat untukmu. Semoga kamu membacanya. Kita bertemu baru sekali, ketika itu aku sedang jalan-jalan di museum mandiri, dan melihat keramaian di suatu ruangan. Ternyata itu adalah tempat belajar Sahabat Anak. Aku sangat interest dengan dunia pendidikan dan sosial. 

Aku melihat sekilas proses belajar disana, kemudian ingin bertemu langsung dengan pemimpinnya, namun seseorang menunjuk kamu karena saat itu kepala sekolahnya sedang sibuk mengajar, kemudian kita tukeran pin.
Walaupun kita tidak pernah bertemu kita selalu berkomunikasi lewat BBM. Suatu hari kamu pernah nanya sama aku, apa impianku?
“Ingin punya sekolah kataku, aku ingin anak Indonesia mendapat pendidikan yang terbaik.” Jika boleh cerita sebelumnya aku ingin sekali menjadi dokter dan punya rumah sakit sendiri. 

Namun seiring dengan berjalannya waktu, aku tidak mendalalmi ilmu kedokteran. Kini aku kuliah di pendidikan, dan ingin sekali rasanya mengabdikan diri didunia pendidikan.
Katamu, jika aku ingin punya sekolah aku harus mengajar dulu. Ya memang benar, dan semoga aku bisa mengajar kemudian melanjutkan S2 aku di luar negeri. Kenapa luar negeri? Aku hanya ingin tau pendidikan disana seperti  apa, sehingga aku bisa mengambilnya yang sesuai untuk diterapkan di indonesia dan jika yang tidak sesuai tentu saja tidak akan aku terapkan.

Erwin, kemudian tiba-tiba kamu BBM aku dan bilang,”Kamu harus punya sekolah.”

Aku langsung diam dan berfikir dan aku balas hanya dengan meminta doa sama kamu semoga impian itu terwujud. Setelah itu ada satu hal yang kamu pesan lagi untukku, harus hapal al-quran katamu. Ya itu menambah kekagetanku lagi.
Aku semakin sadar jika aku seorang muslim yang terkadang lupa sama kitab suciku sendiri, padahal isi didalamnya yang akan menyelamatkanku di dunia ini maupun diakhirat nanti.

Terima kasih Erwin, kamu percaya jika aku bisa meraih mimpi itu. Kamu juga bisa menjai guru, guru terbaik yang akan melahirkan para penerus bangsa yang bermental dan berintelek. Ya kita harus berjuang untuk itu kalau bukan anak muda seperti kita siapa lagi.

Saya percaya kamu orang hebat dan bisa melahirkan orang hebat lainnya. Mungkin suatu saat kita akan bertemu disuatu foum pendidikan yang besar. Dan kita akan menjadi orang yang bisa mengubah Indonesia ini dalam bidang pendidikan.

Selamat Erwin, karena secara tidak langsung kamu selangkah lebih maju dari pada aku, kamu sudah memberikan aksi nyata dengan menjadi volunteer di komunitas Sahabat Anak. Kamu menyisakan waktu seminggu sekali untuk berbagi ilmu dengan mereka yang kurang beruntung mengenyam pendidikan formal. Sedangkan aku masih sibuk dengan diriku sendiri. 

Semoga suatu hari akupun bisa menolong mereka.
Cukup sekian surat dari aku. Salam ya untuk temen-temen komunitas Sahabat Anak. 

Menjadi Diri Sendiri atau Orang Lain?



“Enk ya jadi kamu, saya mau seperti kamu”

Ucap salah seorang teman. Ya terkadang kita memang selalu ingin menjadi orang lain terutama ketika kita melihat dia itu sukses dalam karir. Misal kita melihat Agnes Monica dengan segudang prestasinya, atau misalkan pengusaha terkenal Bob Sadino.

Pernah seorang temanpun berkata demikian pada saya, katanya ingin seperti saya. Sontak saja saya aga besar kepala, padahal siapa saya? Hanya mahasiswa biasa yang tidak begitu berprestasi dibidang akademik. Ipk sayapun hanya 3 lebih beberapa. Saya hanya tersenyum,”jangan mau jadi saya capek, enak seperti kamu yang bisa kuliah terus pulang dan belajar seperti biasa agar dapet nilai besar. Saya harus berkejaran dengan waktu,”

Teman saya hanya tersenyum, dan dia bilang kamu bisa bicara. Saya enggak bisa. Saya selalu malu jika bicara didepan. Ya habis itu saya hanya menceritakan bagaimana kita harus mau bertemu banyak orang agar kita bisa berkomunikasi dengn baik karena lagi-lagi hal itu di bangku kuliah tidak pernah diajarkan. Tapi kemudian dia berkata, saya tidak bisa, malu.

Kembali lagi dengan topik menjadi orang lain. Ya terkadang kita ingin menjadi orang yang menjadi idola kita, apa lagi melihatnya sukses. Namun apakah kita mau menjalankan hidup seperti idola kita? Menjalani setiap jalan yang dia tempuh untuk memperoleh kesusesanya.

Jika kita bilang mana saya bisa dan sanggup? Ya kitapun tidak akan sesukses mereka. Sejatinya yang harus kita tiru adalah kekuatan mental mereka untuk terus berdiri saat ada masalah demi tujuan dan cita-citanya. Toh pangkat atau jabatan yang mereka dapatkan itu hanaya hasil dari proses yang tidak mudah.

Jika demikina ya sudah lebih baik kita menjadi diri kita sendiri saja, jangan mau berkata mau seperti idola kita, toh mental kita aja tidak bisa seperti mereka. Jadi jangan disalahkan kita nantinya hanya akan menjadi orang biasa, bahkan tidak menjadi apa-apa karena jalan yang kita laluipun ya biasa saja.

Entah saya sellau yakin jika untuk mendapatkan sesuatu yang lebih makan kita harus melewati jalan yang lebih terjal dan berliku. Mengarungi ombak yang lebih besar. Bukankah seorang pelaut ulung lahir dari ombak besar. Jika kita berbagi cerita dengan mereka orang suksespun mereka pasti bercerita betapa sulitnya jalan yang mereka tempuh namun lagi-lagi mereka tetap kokoh berdiri.

Saya yakin jika kita punya keyakinan yang kuat dan besar, kita bisa seperti idola kita, ungkapan saya ingin seperti tokoh A, atau B itu akan terwujud.
Semoga, kita semua menjadi orang yang tetap menjadi pelaut walaupun ombak yang datang sungguh besar, sehingga kita menjadi pelaut yang sangat ulung.

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...