Apa
kabar Emi? Aku yakin Emi disana pasti baik-baik saja dan bahkan lebih baik. O
ya mi udah lama ya kita tidak berjumpa. Udah lama aku tidak merasakan belaian,
cerewetnya Emi yang selalu menanyakan kapan aku pulang, apakah aku sudah makan?
Atau bagaimana perkembangan kuliah aku?
Dan
aku rindu dibukakan pintu saat aku pulang atau diantarkan sampai kedepan sampai
aku naik motor. Emi juga yang sering nyuruh aku bawa beras yang banyak dari
rumah, katanya biar jika ga ada uang kalau ada beras bisa makan.
Emi
yang khawatir jika aku sakit dan pasti mimpiin aku. Mi, aku sekarang kehilangan
jika boleh meminta kenapa emi tidak melihat aku diwisuda dulu, seperti impian
kita dulu saat membeli baju kebaya, kata emi baju itu akan dipakai saat aku
diwisuda. Akh tapi kita hanya bisa berencana, karena lagi-lagi takdir itu tidak
bisa dibeli apalagi diminta.
Emi
tahu, aku sangat menyesal, aku tidak ada disaat terakhir. Aku terlalu sibuk ya
sibuk mengejar impian. Saat itu seandainya waktu bisa diputar kembali aku ingin
kembali pulang berada disaat terakhir, sepertinya aku anak yang durhaka karena
tidak ada disana, dan sekembalinya ke rumah aku sudah tidak bisa melihat emi
yang terakhir. Berarti pertemuan terakhir kita itu saat aku pulang beberapa
hari yg lalu sebelum emi benar-benar pergi
untuk selamanya.
Dan
saat aku meninggalkan emi dulu, aku sedang dalam keadaan marah karena aku ada
masalah dengan mama. Jika aku mengingat itu aku merasa bersalah, aku ingin
memutar waktu, merubah segalanya.
Namun
aku belajar ikhlas disana, ini yang terbaik buat emi, aku tidak tega melihat
Emi setiap hari merasakan sakit yang teramat sakit. Bahkan diamnya aku karena
aku tidak kuat dan ingin menangis.
Emi,
ada impian yang belum aku wujudkan. Naik hajikan emi, tapi aku janji jika aku
punya rezeki nanti aku akan naik hajiakn emi yah itu nadzar aku.
Emi,
malami ni aku tidak tahan aku rindu, emi tahukan aku masih manja bahkan setahun yang lalu saat emi di operasi kanker emi
takut ninggalin mama karena anak-anak mama masih kecil.
Emi, sekarang Rendy harus diem di
Haurgeulis. Dulu Emi tidak rela jika Rendy tinggal disana, tapi sekarang tidak
ada pilihan lagi. Aku kasihan sama dia tidak ada yang mengurusnya setelaten
emi, sesabar emi bahkan disaat sakitpun emi masih ingat sama makannya Rendy, sweeternya, sekolahnya akh Emi memang
nenek terhebat.
Emi, mala mini aku ingin dipeluk dan
dicium. Didoakan seperti dulu. Saat aku
sedih dan mennagis dipangkuan emilah hatiku bisa tenang.
Emi, maafkan aku belum bisa
membahagiakan emi, aku belum bisa memberikan apapun. Aku malah sering
menyusahkan, merepotkan membuat emi capek dan emi harus tahan saat ada orang
yang mencibir cita-citaku. Tapi emi percaya jika suatu hari nanti aku bisa
meraihnya itulah kekuatanku hingga sekarang aku masih bisa berdiri dan
bertahan.
Emi.. aku kangen, rasa rindu dan sedih
ini sudah tidak bisa dilukiskan lagi. O yah aku janji jika aku pulang nanti aku
kana mengunjungi emi.
Emi sekarang aku belum bisa bercerita
banyak apa lagi tentang kesuksesan, saat ini aku masih berjuang. Tapi nanti aku
janji aku akan bercerita lagi dengan keadaan aku yang berbeda.
Aku benci kanker mi, kenapa ada
penyakit itu? Kenapa emi harus terkena dua kali. Itu mimpi buruk. Emi tahu saat
ponis yang kedua saat itu aku begitu lemas, ingin menjerit dan berkata tuhan
tidak adil, tapi aku harus terlihat kuat didepan emi, aku tidak boleh terlihat
lemah. Karena riwayat penyakit emi ini aku berjanji, aku akan membuat yayasan
Kanker agar bisa menolong orang-orang yang seperti emi. Semoga impian ini
terwujud.
Emi cukup ya ceritaku, tapi aku janji
aku akan terus bercerita dan mendoakan emi semoga emi bahagia, karena saat ini
hanya itu yg bisa aku lakukan. Miss you so much