Part II
Masa SMP Part I
Hari ini adalah pengumuman kelulusan
disekolahku, meskipun aku yakin sepertinya akuakan lulus tapi tetap saja
deg-degan, bagaimana jika aku tidak lulus sekolah, pasti akan malu banget dan
harus mengulang sekolah setahun lagi.
Jam 08.00 pagi, walikelasku
masuk dan memberikan beberapa petuah sebelum membagikan amplop kelulusan,
dengan hati yang deg-degan kami menyimaknya, beliau berpesan banyak pada kami
yang akan segera duduk di bangku SMP, katanya kami harus lebih rajin belajar
dan mengharumkan nama sekolah kami di SMP nanti. Setelah petuah-petuah dia
berikan, kemudian nama kami dipanggil satu persatu, kami maju dengan perasaan
cemas dan deg-degan. Setelah semua amplop dibagikan kami membukanya
bareng-bareng, dan
Alhamdulillah aku lulus sekolah dasar. Yeaayy bahagia sekali
rasanya, satu jenjang pendidikan sudah kulewati, aku siap untuk melewati
jenjang pendidikan berikutnya.
Aku sekolah di SMP Negeri 1
Bungur Sari, jaraknya lumayan jauh dari rumah. Sebenarnya ada sekolah yang
tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku, tetapi saat itu aku ingin sekolah di
sekolah yang cukup baik sekaligus aku masuk ke pondok pesantren, ibuku berpesan
aku tidak hanya mendalami ilmu dunia tetapi juga harus punya bekal untuk
kehidupanku di akhirat.
“Mama akan sangat berdosa jika tidak membekali kamu di
ilmu agama,”katanya.
Ini fase kehidupan yang baru
bagi hidupku, aku harus mulai belajar mandiri, tidak boleh cengeng lagi dan
tentunya harus bisa menyelesaikan setiap permasalahan hidupku sendiri. Jarak
dari pesantren ke sekolahku sekitar 700 meter, aku bisa berjalan kaki setiap
harinya.
Pesantren yang aku masukin adalah pesantren tradisional, jangan ahrap
ada kasur yang nyaman dan fasilitas yang kengkap. Aku hanya tidur beralaskan
tikar dan untungnya mmebawa bantal. Jadwal dipesantren itu sangat padat, pagi
hari jam 02.00 kita dibangunkan untuk solat tahajud, sambil menunggu adzan
subuh, setelah itu kami lanjut lagi kajian ba’da subuh sampe jam 06.00 untuk
yang paginya melaksakan sekolah.
Aku yang masih
terkantuk-kantuk biasanya menunggu giliran untuk mandi sambil tertidur, ah
apakah aku akan kuat berada dipesantren ini dengan jadwalnya yang sangat padat.
Malam hari aku harus mengaji sampe jam 10 malam, setelah itu aku baru bisa
tertidur.
Di sekolah, karena nilai
ujianku cukup besar aku masuk kelas favorit yaitu kelas 1A. Isinya adalah
anak-anak yang pintar dari berbagai sekolah serta anak-anak orang kaya. Aku
merasa minder dengan pergaulanku, aku lebih sering diam dan jarang mengobrol
dengan mereka, terlebih aku tidak punya teman satu sekolah dasar yang masuk ke
sekolahku sekarang ini.
Aku duduk di bangku nomor
tiga dengan yang bernama Nina, dia juga lebih banyak diam sama sepertiku. Jika
jam istirahat tiba, aku hanya jajan ke kantin sebentar tapi makannya di kelas. Aku
lebih menjadi pendiam, sangat berbeda dengan karakter asliku ketika sekolah
dasar yang dikenal sangat supel dan cerewet. Aku takkut dan tidak nyaman, aku
merasa aku salah memilih sekolah, orang-orang yang tidak ku kenal, dan mereka
lebih terlihat sombong.
Sepulang sekolah aku berada
dilingkungan yang sama juga tidak membuatku nyaman. Suatu hari aku pernah
disuruh mengambiil air minum sama seniorku di pondok.
“Ambilnya dimana teteh?”tanyaku
“kamu ambil di selang di
kamar mandi,”suruhnya
“Hah, jadi selama ini kita
minum air mentah teh,”tanyaku seolah ga percaya
“Iyah, gak apa-apa gak akan
sakit perut kan air pesantren, pasti berkah,”
Aku hanya menuruti saja, dan
selama ini aku tidak pernah meminum air mentah, tapi mau atau tidak ini adalah
kehidupanku sekarang dan jalan yang sudah aku pilih.
Di sekolahku mengadakan
kemah pramuka, ini adlaah moment yang paling meneynangkan biasanya bagiku.
Tidur di tenda dan menjelejah ke tempat baru. Aku menjadi wakil ketua regu di
kelasku, dan ketua reguku adalah Laura. Dia anak keturuna arab dan anak dari
keluarga terpandang. Keluarganya mempunya toko mas dan kecantika, otomatis
laura adalah anak orang kaya. Aku sebagai wakilnya tentu saja mengikuti apa
yang menjadi perintahnya, aku menjadi anak yang pengecut dan takut. Laura lebih
sering membulyku sebagai wakil, dia menyuruhku seenaknya sendiri. Kadang aku di
bully, dan aku merasa kegiatan 3 hari pramuka ini sangat menyiksaku.
“Kamu harus sering
dibelakang, kan kamu wakil, o yah jangan lupa ini bawa minuman, dan
barang-barang ini juga,”kata dia saat kami sedang hiking.
“kamu kenapa gosok-gosok
hidung, kamu ngupil yah ikh jorok banget sih, kamu jangan tidur disini deh
jorok,”katanya sambil marah.
“Aku ga ngupil, ini
debu-debunya masuk kehidungku,”kataku membela.
Tidak hanya kejadian ketika
kegiatan pramuka, aku sering menerima buly dari Laura. Ini membuatku tidak
betah disekolah, nilai-nilai ujianku merosot, aku tidak lagi pintar rasanya aku
jadi siswa yang sangat kuper, pendiam.
Aku pulang kerumah setiap
sabtu sore dan senin pagi sudah kembali ke pesantren. Sabtu ini aku bercerita
pada nenekku kalau aku tidak betah disekolah. Aku menangis dan ingin pindah
sekolah, selain itu aku tidak betah tinggal dipesantren. Nenekku setuju aku
pindah sekolah, agar lebih dekat dari rumah dan bisa mengontrolku.
Senin aku mendaftar ke
sekolah baru, SMP 2 yang jaraknya tidak jauh dari tempatku. Aku menunggu di
kantor guru, karena waktu itu semua siswa sedang melakukan upacara bendera. Aku
memperhatikan kegiatan upacara bendera dari tempatku menunggu.
Mataku tertuju pada
seseorang yang aku kenal, dia menjadi pemimpin upacara pagi itu.Orang yang
beberapa bulan ini hilan diingatanku karena aku sibuk dnegan sekola dan
berbagai hal yang aku alami. Dia sungguh berbeda dengan seragam birunya yang
baru, dia seperti menjadi lebih dewasa dari yang aku ingat dulu.
Selesai upacara bendera,
guru-guru berdatangan ke ruang guru. Aku ditanya beberapa hal dan disuruh
mengisi data-data sekolah. Kebetulan ada guru yang dikenal sehingga prosesnya
menjadi mudah. Setelah mengisi data, aku diantarkan menuju ke eklas 1B. kelas
yang akan menjadi kelasku nanti.
Aku masuk dan disana sudah
ada seorang guru yang mengajar, guru yang mengantarkannku bilang kalau aku
adalah murid pindahan. Kemudian aku dipersilahkan untuk duduk.
Aku bingung mau duduk
dimana, tiba-tiba ada seseorang yang meyapaku.
“Hai, sini kamu duduk disini
aja, ini kosong ko, benar kan Dina,?”Kata dia
Aku menghampirinya dengan
muka bingung dan deg-degan, ya Tuhan aku satu kelas dengan dia, orang yang
selama ini aku hanya liat diam-diam.
Bersambung