Kemarin ini saya diberi pertanyaan oleh
siswa saya, “Kenapa Belanda ingin menguasai Indonesia?” Saya menjawab dengan
santai, “karena Indonesia kaya, Indonesia punya beragam rempah-rempah menanam
apapun di Indonesia bisa tumbuh subur.” Hey kawan, kenapa kita tidak mensyukuri
kita dilahirkan di Indonesia. Diberi hidup disini.
Atau kalian memang telah muak pada
mereka para politisi yang merusak negeri ini. Tidak percaya kepada para wakil
rakyat terhormat yang memakan uang rakyat. Ya itu memang memuakkan. Lelah bukan
kita mendengar korupsi setiap hari? Menyeramkan bukan ketika melihat berita
penembakan polisi. Polisi yang mengayominya saja terancam bagaimana
masyarakatnya? Jengkel bukan melihat penindasan terhadap kaum minoritas.
Itu realita yang negeri ini sedang
hadapi, tapi tidak ada salahnya kita optimis ditengah carut –marut . Coba kita
tengok sejarah kita sebentar, ketika Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka
memperjuangkan kemerdekaan, rakyat Indonesia 90 % buta huruf. Apakah mereka
pesimis?
Apakah mereka menyerah pada keadaan. Seandainya mereka semua pesimis
apakah Indonesia bisa menghirup kemerdekaan? Jawabannya tidak. Soekarno begitu
oftimis negeri ini akan terbebas dari kolonialisme. Begitupun Hatta, syahrir
dan para tokoh yang lainnya.
Lalu apa yang membuat kita pesimis di
zaman sekarang ini? Coba kita tengok berapa ribu lulusan perguruan tinggi
setiap tahunnya? Berapa angka pertumbuhan ekonomi Indonesia? Tentu saja keadaan saat ini jauh
lebih baik di bandingkan zaman kolnial.
Hey begitu banyak orang pintar dan terpelajar
di negeri ini. Saya yakin jika semua bersatu, saling berpegangan tangan demi
satu nama Indonesia maka perubahan itu akan segera terjadi.
Mengutip kata-kata Anies Baswedan
“Lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuki kegelapan.”
Sudah cukup kita menyalahkan
kegelapan, sudah cukup kita berada dalam sangkar namun tiak mencoba keluar.
Saat ini yang harus kita lakukan adalah ikhtiar. Melelahkan? Iya memang tapi
haruskah kita menyerah dalam kelelahan bukankah kita anak muda yang bisa
bekerja lebih keras. Anak muda yang bisa tidak tidur karena cemas memikirkan
bangsanya.
Anak muda yang punya impian, anak muda yang merindukan perubahan.
Jika kita benci tempat kotor bukan
mengutuki, membiarkan kemudian meninggalkan. Kita harus berusaha
membersihkannya, membuatnya nyaman sehingga kita menetap dan mensyukuri tempat
itu.
Saya yakin Indonesia rindu pada sosok
muda yang ingin bergerak, turun tangan membenahi negeri yang kita cintai ini.
Sudah cukup penyeselan karena kita dilahirkan di Indonesia. Indonesia begitu besar, tidak cukup dua tangan
yang membenahinya. Indonesia butuh ribuan tangan yang sama-sama ingin mengubah
negeri ini. Indonesia butuh ribuan kaki agar tetap berjalan dan berlari
mengejar ketertinggalan dari bangsa lain. Kalau bukan kita rakyatnya siapa
lagi? Sudahlah cukup melihat keindahan negara lain. Lah bukankah ada pepatah
“rumput tetangga terlihat lebih hijau” tanpa kita ketahui mungkin saja didalam
rumput itu ada ular berbisa yang mematikan. Syukuri saja apa yang kita punya,
kemudian kita pupuk agar lebih subur dan Indah. Toh dengan ngedumel tidak akan
menyelesaikan masalah.
Hey kita, anak muda Indonesia mari kita
bangunkan sang Garuda yang sudah lama tertidur. Mari kita kepakan sayapnya,
kita terbang hingga melampaui jagat ini.
Ah bukankah kita ini memang keturunan
Garuda, jika saat ini terjebak diantara keluarga ayam yakinlah pada potensi
diri kita bahwa kita bisa terbang, bukan menyerah pada keadaan.
Mari kita bergandengan Tangan J