Hujan
akhir-akhir ini mengguyur Jakarta lebih sering, berita banjir dan menyalahkan gubernur
menghiasi sosial media dan berita lebih banyak. Tapi kadang saya lebih suka
kalau hujan turun. Sepulang miting sambil melihat kaca dari mobil ditegah
kemacetan saya sering malah berpikir banyak. Mengingat betapa waktu yang saya
rasakan akhir-akhir ini sering terenggut.
Bayang-bayang
mas kecil saya sering tiba-tiba hadir. Berlarian disawah sambil menunggu bedug
maghrib, padahal saat itu sudah mandi sore. Jam 4 sore itu harus sudah mandi,
dan jam 7 malam udah harus pulang kerumah, jam 9 yah tidur karena besok
sekolah.
Pagi hari,
saya masih merasakan hangatnya matahari, berpapassan dengan orang-orang yang
hendak pergi kesawah, saya berjalan sambil makan sarapan nasi goreng yang
dibekalin sama mama,”Kamu tuh harus sarapan,”kata nenek.
Sarapannya nasi
goreng kencur dan dibungkus pake bungkus mie instan, bukan di atas tumblr. Sambil tertawa dan becanda saya berjalan hampir 1,5 Km ke sekolah. JIka hujan
saya hanya memakai sendal jepit agar sepatu saya tidak kotor, lalu setelah
sampai sekolah saya ganti sendal dengan sepatu.
Eh kok saya
melamun yah, entah kenapa saya emang ridu yah sama ketenangan hidup di desa.
Tidak sibuk dengan setumpukpekerjaan yan harus dikerjakan dengan cepat, dengan
hiruk pikuk kemactean. Dan saya merasa akhir-akhir ini emosi saya sering naik,
sering kesal, apa lagi jika saya buru-buru dan gojek yang saya tumpangi malah
nyasar, sering ingin merasa tidak puas dengan apapun yang saya dapatkan dan
parahnya lagi sering merasa tidak adil sama Tuhan.
Pernah saya
mengirimkan artikel keseorang teman, tentang kisah anak agency, yang
menghabiskan waktunya didepan laptop, memikirkan konsep dan permintaan klien.
“Itu mah
kamu,”seloroh teman, terus aku malah tertawa,
Sebegitukah
saya? Memang benarkah sudah banyak waktu yang terbuang? Atau memang beginilah
kehidupan di kota besar, membuat hatimenjadi keras, membuat diri penuh obsesi
yang berlebihan, dan membuat diri sendiri merasa sendiri ditengah keramaian
kota.
Bunyi
klakson mengguyarkan lamunan saya, dan saya lihat orang-orang terburu-buru
dijalanan agar segera sampai rumah. Dan satu lagi, apakah di Jakarta itu orang
harus selalu terburu-buru?