Langkah kecil mengiringi kami untuk naik ke Bus warna putih yang bertulis Dinas Perhubungan. Beberapa teman segera mencari posisi duduk yang nyaman. Bahkan ada yang berebut ingin dekat kaca karena udara Makasar yang panas, ditambah mini bus tersebut tidak menggunakan AC. Tapi semangat serta serta keceriaan tergurat diwajah kami, rasa tak sabarpun memenuhi setiap dada. Yah tak sabar ingin menikmati setiap langkah Kota Daeng.
“Sudah masuk semua,”kata Panitia.. “Fadli, belum tadi dia ke Wisma,” kata salah seorang teman.Yah hari ini adalah kegiatan terakhir Diklat Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional yang diselenggarakan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makasar dari tanggal 4-10 April 2012 dan diikuti oleh 20 peserta dari Pers Mahasiswa di Indonesia termasuk saya. Agenda hari ini keliling kota Makasar, rencananya ada 3 tempat yang akan kami kunjungi, Monumen mandala, Benteng Roterdam, serta Menikmati Sunset di Losari, satu lagi beli oleh-oleh.
Setelah menunggu teman beberapa saat akhirnya dia datang, dan tak lama bus kami meninggalkan Wisma menelusuri jalan kota yang tak semacet Bandung. Tak jauh akhirnya kami sampai di monumen Mandala.Sisa Perjuangan Di Monumen Mandala masih terasa, sebagian teman langsung berlari dan menggunakan kesempatan ini untuk mengabadikan gambar. Di monumen tersebut tertulis nama-nama Tentara Republik yang gugur memperjuangkan Irian Barat.
Monumen Mandala menjulang tinggi di Jantung kota Makasar, sekitar setengah kilometer dari lapangan Korebosi. Monumen ini dibangun di tanah seluas satu hektare dan di resmikan pada 11 januari 1994. Peletakan batu pertamanya oleh Menko Polkam Soesilo Sudarman, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 19 Desember 1995.
Tak puas rasanya hanya memandang monumen ini dari luar saja, dan tentu kami sangat penasaran ada apa didalam monumen ini? Kami mendekati pintu, namun pintunya tertutup, yah mungkin karena para penjaganya istirahat, karena kami sampai disana sekitar pukul 13.00 WITA, saya melihat sekitar monumen itu sepertinya monumen itu kurang terawat dengan baik.Sektar monumen itu banyak tanaman liar yang tak terawat, sungguh sangat disesalkan sebuah peninggalan sejarah yang tak terawat dengan baik.
Tak lama, pintu terbuka. Saya perhatikan pintu itu catnya sudah kusam, dan kayunya yang mulai mengelupas. Saya adalah salah satu yang sangat mencintai benda-benda bersejarah serta museum, jadi sangat interes sekali ketika memamasuki Monumen ini. Didalam monumen ini terdapat beberapa relief dan 12 Diorama yang menggambarkan perjuangan para pahlawan kita untuk membebaskan Irian Barat. Bagi yang pernah mengunjungi Monumen Kesaktian Pancasila tak jauh berbeda dengan Monumen Mandala.
Kegigihan para pahlawan kita sanagat terasa disini, tapi sayangnya ada sebagian diorama yang lampunya mati, jadi kita tak bisa melihat dengan jelas gambar tersebut, dengan menggunakan Blitz Kamera, baru kita bisa melihatnya.
Saya kemudian naik kelantai 2, disana ada beberapa diorama juga relief yang menceritakan strategi yang akan digunakan untuk membebaskan Irian Barat (sekarang Papua) dari tangan Belanda, jika naik kelantai 3 reflika pakain pasukan yang digunakan pada saat itu. Darah yang masih ada, menyisakan betapa mereka berjuang habis-habisan untuk negeri ini. Tapi, sisa-sisa perjuanagn mereka kini harus tersimpan diruangan yang atapnya sudah mulai rubuh, panasnya didalam begitu terasa, ternyata AC yang dipasang mati.
Tak lengkap rasanya jika tak menaiki sampai lantai 4, disana juga ada lift, namun kita harus bergilir untuk naik ke Lift dan dibatasi hanya boleh berenam. Ada kejadian lucu, ketika saya dan sebagian teman sedang menunggu, liftnya terbuka lagi, kami pikir mereka telah turun kembali, ternyata lift it tidak bisa naik, dan penjaga museum dengan sabar mencoba kembali mengoperasikan lift agar bisa naik.
Akhirnya giliran saya untuk naik, ketika pintu lift tertutup kami sudah siap, namun seperti kejadian semula lift ini tetap tak mau membawa kami keatas, dan kami disuruh naik dulukelantai 2 dan naik lift dari sana huahhh kenapa? Saya bertanya pada penjaga monumen dan katanya lift ini belum diganti sejak monumen ini diresmikan, coba kita itung sudah berapa lama? Pantas saja lift ini berjalan seperti itu. Selain itu juga ternyata lift ini baru beroperasi sebulan ini, sudah lama rusak dan tidak dibetulkan sehingga para pengunjung tidak bisa naik keatas.
Rusaknya lift terbayar oleh pemandangan dari atas monumen. Keindahan kota Makasar, terlihat jelas dari sini, dan lautt yang terhampar serta kapal-kapal yang berjejer seperti sebuah lukisan. Namun sayangnya, tempat diatas sangat panas karena AC mati. Karena monumen ini dibangun ketika presiden Soeharto memimpin negeri ini, maka disana sisa kenangan soeharto terasa. Banyak Diorama yang memperlihatkan Soeharto tengah memimpin sidang dll.
Ruangan diatas agak sempit, sehingga kami harus segera turun agar teman-teman yang lain bisa naik pula. Ketika turun ada salah satu lantai yang sempat terlewat, yaitu lantai 3, disini tak jauh berbeda dengan lantai 1 dan 2, ada dirama dan reflika serta foto-foto. Keadaan lantai tigapun jauh dari perawatan. Sebagian atap yang roboh, diorama yang lampunya mati, serta dinding yang catnya kusam.
Kemudian saya kembali turun ke lantai satu, bergabung kembali bersama temn-teman yang lainnya. Saya bertanya pada teman yang asli dari Makasar, dia menunjukan kantor petugas, dengan semangat saya menuju kesana tapi sayangnya, bangunan yang tak terlalu luas dan nasibnya sama dengan Monumen Mandala itu tertutup rapat dan terkunci, sepertinya tak ada petugas yang berjaga disana. Saya terus berjalan kesamping kantor, disana ada banguna rubuh yang sangat tidak terawat, entah bekas apa, karena dinding-dindingnya sudah roboh dan banyak coretan yang tidak jelas, sungguh tidak etis memang.
Takut dicari sama para panitia dan peserta, saya kembali bergabung dengan mereka, yang tak lama lagi akan meneruskan perjalanan menuju Benteng Roterdam. Mengunjungi Monumen Mandala adalah pengalaman yang tak terluiskan, semoga pemerintah setempat mau memperbaiki fasilitas disana, agar anak cucu kita nantipun masih bisa merasakan sisa-sisa perjuangan para pahlawan kita.