Siapa dua ransel? Awalnya saya tidak
tahu sama sekali. Cuma pernah teman saya dian bercerita tentang petualangan
suami istri menjelajahi sudut-sudut alam di setiap negara, dia juga menyarankan
saya untuk melihat websitenya naun lagi-lagi saya acuh.
Saya melihat salah satu Display Picture teman
saya di BB yang mengumumkan akan ada gathering dua ransel dan lagi-lagi saya
tak tertarik untuk hadir. Hari terus berjalan entah telah berapa lama dari
kejadian itu saya membaca personal massage teman saya dan tiba-tiba saya
mengirim pesan dan memutuskan hari itu untuk hadir diacara gathering dua ransel
keesokan harinya.
Tentu saya tidak pergi sendiri namun mengajak teh lisa dan
Dwi.
Keesokan harinya ujan mengguyur kota
Bandung dari sejak siang hari namun waktu itu tidak menyurutkan niat saya untuk
datang ke gathering dua ransel di kedai kopi mata angin yang kebetulan ownernya
adalah teman saya.
Setelah menembus hujan dan lalulintas
kota Bandung yang tak braturan akhirnya sampai di jalan Laswi namun kedai
kopinya terlewat sehingga memaksa saya dan Dwi memutar arah yang cukup jauh.
Namun tetap mencoba untuk menikmatinya. Ok akhirnya saya sampai di kedai kopi
Mata angin, saat itu acara belum dimulai. Saya dan teman-teman memilih duduk di
belakang dan kebetulan ada seorang yang
ikut gabung dengan kita. Sepertinya para peserta gathering itu adalah para
backpacker sejati hehe.
Berbeda dengan saya yang notabenenya memang
bukan seorang Backpaker. Tak lama ada seorang perempuan yang berperawakan sedang
dan berambut panjang menghampiri meja kami dan memberikan beberapa lembar
quesioner untuk pemilihan kamar saat kita backpacker.
Acara masih belum dimulai dan adzan
telah berkumandang, saya solat terlebih dahulu. o iya lupa saat itu ketemu sama
teh Emma juga owner kedai kopi mata angin itu. namun dia sangat sibuk karna
pegawai masuk jadi sayang sekali gak bisa ngobrol.
Acara dimulai, saya sudah melihat Dina
dan Ryan yaitu dua orang yang mengatakan dirinya dua ransel tersebut. Dina dan
Rian nampak menyapa beberapa pengunjung. Ramah sekali mereka. Tak alam MC pun
membua acara, namun sayang sekali suaranya tidak begitu jelas entah yang
bermasalah itu micknya atau memang suara si mick itu tidak jelas.
Sebelum Dina dan Ryan maju kami semua
disuruh untuk membenarkan posisi duduk terlebih dahulu. Dan dengan sedikit
kesusahan karena bangku yang diduduki itu berasal dari kayu sehingga cukup
berat akhirnya kami bisa duduk memanjang dan lebih dekat lagi.
Dina membuka acara dengan ucapan
terima kasih dan menyapa beberapa peserta yang berasal dari luar kota. Kemudian dia bercerita bagaimana awalnya
sehingga memutuskan untuk melepaskan sewa apartemen dan menjadikan langit
sebagai atap serta bumi sebagai lantai rumahnya.
Dina yang saat itu tengah
menyelesaikan S2 kimianya disalah satu universitas di Kanada merasa bosan
dengan hidupnya yang monoton hanya begitu saja. Mereka hanya mendapat libur
saat weekend dan itu dirasa kurang, begitupun dengan Ryan. Akhirnya mereka
memutuskan untuk cuti dari aktivitas masing-masing. Padahal saat itu Dina
tengah mengajukan S3nya sebab menurutnya jika nilai cukup bagus di Kanada bisa
langsung mengajukan S3, begitupun rian
yang sedang berada dipuncak karirnya.
Keputusan mereka berdua cukup
disayangkan oleh orang-orang disekitarnya seperti bos Rian dan dosennya Dina,
namun itu semua tidak membuat keputusan mereka batal.
Bos Ryan memberikan kelonggaran pada
Ryan, dia boleh bekerja saat ada internet, yang terpenting adalah terhubung
dengan internet. Dan sejak keputusan tersebut diambil mereka melepas sewa
apartemen dan menjual barang-barang mereka.
Dan mulailah mereka berdua
mengelilingi berbagai daerah dipenjuru dunia. Rencana awal 1 tahun ternyata
mereka ketagihan dan terus backpacker hingga saat ini.
Mereka bisa bekerja sambil backpacker.
Dina melepaskan rumus-rumus kimia diotaknya dan berubah jadi penulis. Website
mereka duaransel.com cukup menarik perhatian sehingga banyak yang membukanya.
Ada kata-kata Dina yang menurut saya
sangat menarik. Ketika ada seseorang yang bertanya apakah kalian tidak pernah
menghadapi masalah? Dengan santai Dina menjawab, saya tidak tahu pengertian
masalah bagi sebagian orang. Saya pernah hampir tenggelam disalah satu lautan
saat itu, tapi saya selamat dan masih berdiri hingga saat ini jika itu
dinamakan masalah justru menurut saya itu adalah keseruan.
Dina merasa setelah mencoba berjalan
dan terus berjalan dia tidak ingin kakinya terhenti. Dia selalu terpanggil
untuk terus menjelajah melihat betapa Tuhan menciptakan bumi ini dengan tangan
yang sempurna.
Apakah kita berani mencoba apa yang
dilakukan Dina dan Ryan? Keluar dari zona nyaman melihat dunia dari sisi
berbeda yang kita lihat saat ini.
Seperti dalam buku Dunia Sophie, manusia itu bagaikan kutu dalam tubuh kelinci hanya ada dua pilahan bagi kutu tersebut. Terus menyusup masuk ketubuh kelinci menghisap darah kelinci dan tubuhnya jadi gemuk. Atau kamu memilih naik keatas bulu-blu kelinci hingga puncak dan tubuhmu terbawa angin hingga kamu terbang melihat sisi yang berbeda