Selasa, 12 Februari 2013

Meet Dua Ransel At Kedai Kopi Mata Angin



Siapa dua ransel? Awalnya saya tidak tahu sama sekali. Cuma pernah teman saya dian bercerita tentang petualangan suami istri menjelajahi sudut-sudut alam di setiap negara, dia juga menyarankan saya untuk melihat websitenya naun lagi-lagi saya acuh.

Saya melihat salah satu Display Picture teman saya di BB yang mengumumkan akan ada gathering dua ransel dan lagi-lagi saya tak tertarik untuk hadir. Hari terus berjalan entah telah berapa lama dari kejadian itu saya membaca personal massage teman saya dan tiba-tiba saya mengirim pesan dan memutuskan hari itu untuk hadir diacara gathering dua ransel keesokan harinya. 

Tentu saya tidak pergi sendiri namun mengajak teh lisa dan Dwi.
Keesokan harinya ujan mengguyur kota Bandung dari sejak siang hari namun waktu itu tidak menyurutkan niat saya untuk datang ke gathering dua ransel di kedai kopi mata angin yang kebetulan ownernya adalah teman saya.

Setelah menembus hujan dan lalulintas kota Bandung yang tak braturan akhirnya sampai di jalan Laswi namun kedai kopinya terlewat sehingga memaksa saya dan Dwi memutar arah yang cukup jauh. Namun tetap mencoba untuk menikmatinya. Ok akhirnya saya sampai di kedai kopi Mata angin, saat itu acara belum dimulai. Saya dan teman-teman memilih duduk di belakang dan kebetulan ada seorang  yang ikut gabung dengan kita. Sepertinya para peserta gathering itu adalah para backpacker sejati hehe.

Berbeda dengan saya yang notabenenya memang bukan seorang Backpaker. Tak lama ada seorang perempuan yang berperawakan sedang dan berambut panjang menghampiri meja kami dan memberikan beberapa lembar quesioner untuk pemilihan kamar saat kita backpacker.

Acara masih belum dimulai dan adzan telah berkumandang, saya solat terlebih dahulu. o iya lupa saat itu ketemu sama teh Emma juga owner kedai kopi mata angin itu. namun dia sangat sibuk karna pegawai masuk jadi sayang sekali gak bisa ngobrol.

Acara dimulai, saya sudah melihat Dina dan Ryan yaitu dua orang yang mengatakan dirinya dua ransel tersebut. Dina dan Rian nampak menyapa beberapa pengunjung. Ramah sekali mereka. Tak alam MC pun membua acara, namun sayang sekali suaranya tidak begitu jelas entah yang bermasalah itu micknya atau memang suara si mick itu tidak jelas.

Sebelum Dina dan Ryan maju kami semua disuruh untuk membenarkan posisi duduk terlebih dahulu. Dan dengan sedikit kesusahan karena bangku yang diduduki itu berasal dari kayu sehingga cukup berat akhirnya kami bisa duduk memanjang dan lebih dekat lagi.

Dina membuka acara dengan ucapan terima kasih dan menyapa beberapa peserta yang berasal dari luar kota.  Kemudian dia bercerita bagaimana awalnya sehingga memutuskan untuk melepaskan sewa apartemen dan menjadikan langit sebagai atap serta bumi sebagai lantai rumahnya.

Dina yang saat itu tengah menyelesaikan S2 kimianya disalah satu universitas di Kanada merasa bosan dengan hidupnya yang monoton hanya begitu saja. Mereka hanya mendapat libur saat weekend dan itu dirasa kurang, begitupun dengan Ryan. Akhirnya mereka memutuskan untuk cuti dari aktivitas masing-masing. Padahal saat itu Dina tengah mengajukan S3nya sebab menurutnya jika nilai cukup bagus di Kanada bisa langsung mengajukan S3,  begitupun rian yang sedang berada dipuncak karirnya.

Keputusan mereka berdua cukup disayangkan oleh orang-orang disekitarnya seperti bos Rian dan dosennya Dina, namun itu semua tidak membuat keputusan mereka batal.
Bos Ryan memberikan kelonggaran pada Ryan, dia boleh bekerja saat ada internet, yang terpenting adalah terhubung dengan internet. Dan sejak keputusan tersebut diambil mereka melepas sewa apartemen dan menjual barang-barang mereka.

Dan mulailah mereka berdua mengelilingi berbagai daerah dipenjuru dunia. Rencana awal 1 tahun ternyata mereka ketagihan dan terus backpacker hingga saat ini.
Mereka bisa bekerja sambil backpacker. Dina melepaskan rumus-rumus kimia diotaknya dan berubah jadi penulis. Website mereka duaransel.com cukup menarik perhatian sehingga banyak yang membukanya.

Ada kata-kata Dina yang menurut saya sangat menarik. Ketika ada seseorang yang bertanya apakah kalian tidak pernah menghadapi masalah? Dengan santai Dina menjawab, saya tidak tahu pengertian masalah bagi sebagian orang. Saya pernah hampir tenggelam disalah satu lautan saat itu, tapi saya selamat dan masih berdiri hingga saat ini jika itu dinamakan masalah justru menurut saya itu adalah keseruan.

Dina merasa setelah mencoba berjalan dan terus berjalan dia tidak ingin kakinya terhenti. Dia selalu terpanggil untuk terus menjelajah melihat betapa Tuhan menciptakan bumi ini dengan tangan yang sempurna.

Apakah kita berani mencoba apa yang dilakukan Dina dan Ryan? Keluar dari zona nyaman melihat dunia dari sisi berbeda yang kita lihat saat ini.

Seperti dalam buku Dunia Sophie, manusia itu bagaikan kutu dalam tubuh kelinci hanya ada d
ua pilahan bagi kutu tersebut. Terus menyusup masuk ketubuh kelinci menghisap darah kelinci dan tubuhnya jadi gemuk. Atau kamu memilih naik keatas bulu-blu kelinci hingga puncak dan tubuhmu terbawa angin hingga kamu terbang melihat sisi yang berbeda

4 komentar:

  1. Wah, aku juga pengen banget tuh, ketemu mereka. Cuma bisa ngepo di webnya sih, huhuhu..
    Ai, kamu sukses bikin angi ngirii..

    BalasHapus
  2. Wuih, aku baru denger ini Dua Ransel. Seru dari ceritanya. Wah, Dian pasti sangat ngiri ini. hehe.

    BalasHapus
  3. heehee iya seru banget buka aja webnya
    dian, haha makanya ke bandung

    BalasHapus
  4. wuih...,
    cerita dari Dua Ransel emang bikin ngiri dan pingin nyoba kaya gitu. tapi gila aku masih milih jadi kutu yang bertahan menghisap darah biar gemuk.. hhehe

    #takut jalan2 sendiri, kalau ada temennya boleh juga dicoba.

    ^_*

    BalasHapus

Dengan mengirim komentar kita telah berbagi

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...