Lagi-lagi pendidikan di negeri ini
masih menjadi permasalahan besar yang belum menemukan titik temu. Saya sadar
semenjak duduk di fakultas pendidikan, saya masih saja merasa kurang dan malu
karena belum bisa memberikan kontribusi nyata terhadap dunia pendidikan.
Dan hari ini saya kuliah evaluasi pendidikan,
entah kenapa tiba-tiba saya tidak sreg dengan mata kuliah ini. Dalam mata
kuliah ini begitu sangat menenkankan kompetisi, nilai, serta test-test. Karena
menurut saya untuk meningkatkan kualitas siswa tidak harus memperbanyak test.
Dengan memperbanyak test serta
pekerjaan rumah justru memberatkan sisiwa. Saya pernah melihat sendiri
bagaimana siswa merasa sangat terbebani dengan Pr yang menumpuk, ulangan yang
banyak dan pada akhirnya siswa tersebut merasa enggan untuk sekolah dan sekolah
tidak lagi jadi hal yang menyenangkan, hal itu dialami sendiri oleh murid less
saya.
Kuliah yang saya ikuti itu jauh sekali
dengan kehidupan nyata, artikel dan buku
yang saya baca serta diskusi yang saya ikuti. Di dalam kelas para calon guru
ini, ditekankan untuk terus berlomba untuk nilai. Paracalon guru ini tidak
diberikan keterampilan bagaimana memberikan pendidikan yang baik untuk muridnya
nanti.
O ya, apakah para calon guru ini
pernah menonton film dokumenter “Finland Phenemon” sebuah film yang dibuat oleh
Bob compton dan seorang peneliti Harvard Dr Tony Wayner.
Jika belum saya rasa
para guru serta calon guru wajib menonton film tersebut.
Serta ada film referensi lain seperti
Dead Poet Society, walaupun film tersebut adalah film lama namun masih relevan
untuk ditonton saat ini. Tidak hanya film saya punpernah membaca sebuah buku
sederhana yang sangat bermakna yaitu Toto Chan.
Apakah para calon guru ini mengenal Paulo
Freire, jangan jauh ke pemikirannya namun mendengar namanaya saja itu sudah
bagus. Menurut freire, siswa adalah subjek pendidikan bukan objek berbeda
dengan apa yang saya dapat dikelas.
Jika hanya mengandalkan ilmu didalam
kelas saat kuliah, pantas saja pendidikan di Indonesia tidak berkembang karena
para calon pendidiknyapun tidak mau mengembangkan diri. Saat ini ada banyak
diskusi-diskusi pendidikan, sekolah alternatif dan gerakan-gerakan pendidikan.
Untuk berkembang maka kita perlu
bertemu dengan orang-orang hebat pemikirannya, banyak membaca, peka terhadap
lingkunagan. Peduli terhadap peristiwa di negeri ini. Dengan demikian saya
yakin kita semua bisa menciptakan para guru yang mampu mendidik, membuat
sekolah mengasyikan tidak ada lagi siswa
yang dendam terhadap guru. Dan setiap hari mereka akan dengan senang hati pergi
sekolah.
“Negara Maju bukan dilihat dari
kuatnya angkatan perang, namun dari pendidikannya”