Kamis, 28 Februari 2013

Mengubah Pendidikan dari Calon Pendidik



Lagi-lagi pendidikan di negeri ini masih menjadi permasalahan besar yang belum menemukan titik temu. Saya sadar semenjak duduk di fakultas pendidikan, saya masih saja merasa kurang dan malu karena belum bisa memberikan kontribusi nyata terhadap dunia pendidikan.
 Dan hari ini saya kuliah evaluasi pendidikan, entah kenapa tiba-tiba saya tidak sreg dengan mata kuliah ini. Dalam mata kuliah ini begitu sangat menenkankan kompetisi, nilai, serta test-test. Karena menurut saya untuk meningkatkan kualitas siswa tidak harus memperbanyak test.

Dengan memperbanyak test serta pekerjaan rumah justru memberatkan sisiwa. Saya pernah melihat sendiri bagaimana siswa merasa sangat terbebani dengan Pr yang menumpuk, ulangan yang banyak dan pada akhirnya siswa tersebut merasa enggan untuk sekolah dan sekolah tidak lagi jadi hal yang menyenangkan, hal itu dialami sendiri oleh murid less saya.

Kuliah yang saya ikuti itu jauh sekali dengan kehidupan nyata, artikel  dan buku yang saya baca serta diskusi yang saya ikuti. Di dalam kelas para calon guru ini, ditekankan untuk terus berlomba untuk nilai. Paracalon guru ini tidak diberikan keterampilan bagaimana memberikan pendidikan yang baik untuk muridnya nanti.
O ya, apakah para calon guru ini pernah menonton film dokumenter “Finland Phenemon” sebuah film yang dibuat oleh Bob compton dan seorang peneliti Harvard Dr Tony Wayner. 

Jika belum saya rasa para guru serta calon guru wajib menonton film tersebut.
Serta ada film referensi lain seperti Dead Poet Society, walaupun film tersebut adalah film lama namun masih relevan untuk ditonton saat ini. Tidak hanya film saya punpernah membaca sebuah buku sederhana yang sangat bermakna yaitu Toto Chan.

Apakah para calon guru ini mengenal Paulo Freire, jangan jauh ke pemikirannya namun mendengar namanaya saja itu sudah bagus. Menurut freire, siswa adalah subjek pendidikan bukan objek berbeda dengan apa yang saya dapat dikelas.

Jika hanya mengandalkan ilmu didalam kelas saat kuliah, pantas saja pendidikan di Indonesia tidak berkembang karena para calon pendidiknyapun tidak mau mengembangkan diri. Saat ini ada banyak diskusi-diskusi pendidikan, sekolah alternatif dan gerakan-gerakan pendidikan.

Untuk berkembang maka kita perlu bertemu dengan orang-orang hebat pemikirannya, banyak membaca, peka terhadap lingkunagan. Peduli terhadap peristiwa di negeri ini. Dengan demikian saya yakin kita semua bisa menciptakan para guru yang mampu mendidik, membuat sekolah mengasyikan  tidak ada lagi siswa yang dendam terhadap guru. Dan setiap hari mereka akan dengan senang hati pergi sekolah.

“Negara Maju bukan dilihat dari kuatnya angkatan perang, namun dari pendidikannya” 

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...