Besok natal dan Hari raya umat kristiani itu
sangat menarik ketika dirayakan di negeri beragam ini. Menariknya tentu saja
tentang Toleransi beragama. Saya sangat prihatin masih saja ada oknum tertentu
yang mengaku taat beribadah kepada tuhannya namun merusak ibadah orang lain. Saya
akan post dari status FB seseorang.....
Bukankah dalam alquran juga tertulis bagiku
agamaku dan bagimu agamamu, jadi biarlah mereka beribadah sesuai keyakinannya
tak usah kita mengusik apa lagi dengan menyebut nama tuhan dan demi kebenaran,
lalu kebenaran milik siapa jika seperti itu?
Saya rasa tuhan tidak menyukai kekerasan, jika
benar mengaku bertuhan dan taat pada ajaran nabi seharusnya orang-orang
tersebut tidak melakukan hal demikian. Nabi kitapun tidak pernah melakukan hal
seperti itu bahkan nabi tidak pernah berperang dengan umat quraisy hanya karena
persoalan agama.
Jika berkata itu jihad dijalan allah,
dimananya dikatakan jihad saat melukai sesama manusia, bukankah membunuh
binatang saja kita dilarang. Padahal agama saya adalah agama yang menjunjung
nilai kedamaian nabipun tak pernah berdakwah dengan kekerasan apa lagi memaksa
seseorang untuk berpindah keyakinan.
Setahu saya paman nabi yang dicintaipun
sampe menutup matanya tidak beragama islam dan sepanjang hidup pamannya itu
nabi Muhammad selalu hormat, tidak memaksa untuk masuk islam hanya nabi sering
berdoa agar Allah memeberinya hidayah. kenapa tidak mencontoh hal tersebut?
Jika kita saling menghormati mungkin saja saat
natal menjelang para polisi tidak perlu diturunkan sebegitu banyaknya, saya
yakin mereka umat kristiani merasa tidak nyaman ibadahnya jika harus dijaga
dengan ketat.
Coba saja kita ada dalam posisi tersebut, saat merayakan hari
raya idul fitri misalnya disekitaran mesjid atau lapangan solat ied kita dipagari
para personil polisi, tentu saja akan merasa risih.
Sayapun jadi ingat kejadian di kampus saya
yang notabennya muslim. Ada teman saya yang non muslim dan sudah dua tahun dia
tidak merayakan natal di rumah karena rumahnya jauh berada diluar jawa, sedih tentu
saja dan dia berencana untuk pulang natal tahun ini namun ketika meminta ijin
pada dosen untuk tidak kuliah dosennya tidak memberi iji. Ya mungkin saja dia
bisa merayakan natal disini tapi suasanya akan berbeda dengan merayakan natal
dirumah, coba saja dosen itu disuruh tidak merayakan lebaran idul fitri tidak
dengan keluarganya saya yakin dosen tersebut akan protes.
Tapi kenapa dosen itu tidak merasakan apa yang
dirasakan teman saya. Hari senin ini juga kampus saya tidak libur lalu
bagaimana dengan teman-teman saya yang akan mempersiapkan misa untuk malam
kudus nanti malam? Sama saja ketika kita harus mempersiapkan idul fitri besok
dan hari ini masih ada kuliah belum berada ditengah-tengah keluarga.
Saya
sangat berharap ada toleransi didunia pendidikan, setahu saya di sekolah
kristiani ketika akan idul fitri sudah ada libur hari sebelumnya karena
menghormati, maaf disini saya tidak menjelekan agama manapun saya hanya sedih
melihat toleransi yang belum sepenuhnya dilakukan.
Saya pernah hidup ditengah-tengah perbedaan
selama hampir 9 bulan, dan saya merasakan suatu kedamaian. Saya selalu diingatkan
untuk solat, bahkan saat idul fitri mereka mendatangi saya menyalami saya dan
mengucapkan selamat idul fitri merekapun masak ketupat kemudian berbagi, lal
ketika mereka merayakan natal saya hanya diam saja, seolah-olah tidak terjadi
apapun. lalu salahnya mengatakan selamat natal dimana?
Apakah kita menjadi
murtad hanya karena ucapan itu? Bukankah harus di baptis dahulu sehingga kita
dinyatakan sah berpindah agama bukan sebuah ucapan selamat.
Dari sejak kecilpun saya sering bermain dengan
teman non muslim keluarga kita sangat dekat tapi kita hidup berdampingan tidak
saling mengusik tentang keyakinan. keluarga saya ibadah menurut kepercayaan dan
begitupun keluarga tetengga saya itu. Setiap minggu mereka ke greja, ibu saya
tidak merasa aneh berkata agama saya lebih baik, padahal ibu saya mendidik saya
dengan kepercayaan yang diyakininya dan selalu berkata sampai kapanpun tetap
pegang teguh kepercayaan itu, tapi tidak kepada orang yg berbeda keyakinan.
Ibu saya bukan lulusan sarjana tapi mengerti
toleransi. Dan dari sejak kecil itu saya diajarkan toleransi jika bertanya
tentang apa itu greja, kenapa mereka kesana ibu saya menjelaskan jika tempat
ibadah mereka disana kalau kita pergi ke mesjid dan greja itu seperti mesjidnya
umat kristen.
Presiden soekarno mendirikan mesjid istiqlal
berdampingan dengan greja... itu punya maksud tersendiri agar kedua pihak bisa
hidup rukun. Umat islam menjalankan ibadahnya di mesjid dan begitupun umat
kristiani menjalankan ibadahnya di greja, lalu keindahan itu kenapa harus di
cederai dengan aksi brutal yang tak berperi kemanusian.
Gusdurpun pernah berkata soal fatwa haram
selamat natal itu: alangkah pengapnya
kehidupan kita semua, kalau sampai demikian (Tempo, 30 Mei 1981). Dan saya rasa
fatwa tersebut semakin menjauhkan kita dari kata toleransi. Nah buat apa ribut
tentang ucapan natal, atau ibadah umat kristiani sampe melakukan aksi brutal,
lebih baik urusi saja ibadah kita apakah sudah bener dan sesuai dengan apa yang
ada di alquran atau hadist.
Betapa indahnya jika kita saling menghormati,
bertoleransi dan mensyukuri perbedaan itu saya yakin negeri ini akan damai.
Selamat Natal Damai bersama kita J.