Sabtu, 12 Oktober 2013

Rindu menjadi anak-anak


Menjelang sore  sehabis menghadiri pernikahan seorang kawan di Purwakarta aku bersama teman-teman mampir di Situ Buleud, salah satu lokasi wisata didaerah Purwakarta. Awalnya suasananya biasa saja, hanya sebuah danau kecil dan itupun dipagari. Tempat itu ramai oleh beberapa orang yang sedang berolah raga. Pohon-pohon yang rindang mengelilinginya namun tetap saja tidak berasa sejuk.

Kami menikmati makanan tradisional disana, seperti tahu gejrot makanan khas cirebon tapi berada disetiap daerah.  Tiba-tiba salah seorang teman membeli air sabun yang ditiup jadi balon-balonan. Celetuk salah seorang teman “ikh kamu kayak anak kecil aja beli begituan”

Awalnya ya jaim dan tidak mau maen balon-balonan. Tapi naluri anak kecilnya seperti keluar begitu saja. Kita bermain sepuasnya saling meniup dan memecahkan balon. Semuanya bermain bahkan kita membeli lagi balon-balonan dan peniupnya. Kita tertawa bersama kecewa jika balon yang ditiupnya ga bagus, saling meledek pokonya suasannaya sangat cair. 

Tidak ada sekat bahwa kita orang dewasa dan itu permainan yang tidak asyik.
Apakah kalian pernah rindu menjadi anak kecil? Rindu bermain sepuasnya?
Ketika kecil dulu ingin sekali rasanya cepat menjadi dewasa.  Jadi anak kecil itu rasanya bosen dan melihat orang dewasa itu menyenangkan. Menjadi anak kecil selalu dilarang dan alasannya sederhana “ Jangan karena kamu masih kecil, nanti aja kalau udag gede”

Atau ada nasihat yang ilang “Cepet gede ya, cepet bahagiain kedua orang tua” yang ada dalam bayanganku saat itu tentang menjadi orang dewasa itu menyenangkan. Artinya menjadi dewasa itu bisa melakukan apapun, kan gak ada larangan yang bilang “ Jangan karena kamu masih dewasa,” ingin sekali saat itu ketika bangun langsung menjadi dewasa.

Seiring berjalannya waktu ternyata menjadi orang gede itu banyak tantanganya tak sesederhana ketika menjadi anak kecil dulu. Menjadi dewasa itu ternyata banyak gak bolehnya bahka mungkin lebih banyak ketimbang waktu kecil contohnya kata-kata yang sering terlontar “ Kamu itu sekarang udah dewasa, “ Orang dewasa itu komplek, bahkan ada yang menjadi dewasa tapi takut bermimpi, berbeda dengan sejak kecil dulu.

Jika tahu seperti itu dulu mungkin aku tidak ingin secepatnya menjadi dewasa. Tetap menjadi anak kecil yang bisa  bermain di pematang sawah. O ya aku tumbuh di desa jadi tempat bermainku dulu ya pematang sawah, kebun, sungai. Aku hobi sekali manjat pohon dan menyusuri sungai lain kali aku akan bercerita tentang masa kecil.

Kembali lagi ke menjadi dewasa. Menjadi dewasa terkadang harus bisa memenuhi tuntutan orang lain. Tuntutan orang tua, masyarakat, sahabat dan pacar. Dan demi memenuhi tuntutan itu kadang kita lupa pada diri kita sendiri dan memaksa diri kita menjadi orang lain, berbeda dengan masa kecil. Anak kecil lebih berani berkata tidak jika tidak suka. Kalau sudah dewasa alasannya klasik jika bilang tidak ya gak enak sama si A dan si B dan sebagainya.

Menjadi dewasa kadang tidak bisa bermain, alasannya itu permainan anak kecil, kamu udah gede malu dong kata seseorang. Udah gede tuh harusnya belajar yang rajin, pergi jalan-jalan ke mall, bekerja yang baik, liburan.  Menjadi dewasa tuh jaga harga diri.

Padahal bermain itu sangat penting saat bermain indera –indera berperan aktif sehingga bisa membentuk perkawatan otak. Otak yang rimbun dan memiliki banyak perkawatan mempunyai kemampuan yang baik.

Pernah ga kita liat orang dewasa yang agak lama mikirnya. Ditanyanya kapan jawabnya kapan. Mungkin saja perkawatan otaknya kurang baik karena kebanyakan mikir. Berpikir itu perlu tapi tidak kebanyakan mikir juga yang ada tar mikir terus tanpa melakukan sesuatu dan akhirnya tidak bisa berkarya. Makanya orang dewasa juga perlu bermain.

Ada yang ingin bermain? Permainan apa yang ingin kamu lakukan sekarang? Kalau aku ingin bermain perang-perangan, ucing sumput, benteng-benengan dan main detektif J.



Sudah ga berasa yah sekarang sudah bulan Desember lagi, yah sudah memasuki musim hujan, dan ornamen taun baru serta natal dimana-mana. Ah De...