Dear Ayah
Apa kabar? Setelah 2 tahun
lebih kita tak bertanya kabar apa lagi bertemu. Ayah, saya tidak tahu harus
bagaimana bersikap pada ayah. Jika saya tidak baik, saya takut karena bagaimana
pun ayah adalah ayah kandung saya. Tapi yah, jika mengingat semuanya saya
kecewa pada ayah dan rasa kecewa itu sudah sangat besar ada di hati saya,
hingga saya sudah tak punya rasa lagi sepertinya.
Dua hari yang lalu, ayah sms
saya, katanya istri ayah sakit dan ingin bertemu saya. Jujur saja, saya masih
ada ego untuk tidak mau peduli tentang hal itu, seperti selama 25 tahun ini
bukan? Ayah tak mau tahu bagaimana susahnya saya menjalani kehidupan saya,
bagaimana saya saat sakit, bagaimana saat saya tersakiti oleh orang lain. Tapi
saya belajar satu hal dari ayah bahwa kebahagiaan dan rasa kecewa itu satu
paket yang tidak bisa dihindarkan dalam hidup kita.
Ayah,
Tuhan ingin saya belajar
untuk menerima, Tuhan juga ingin saya tumbuh menjadi seseorang yang mampu
memaafkan. Seberapa sering ayah membuat saya kecewa, tapi saat ayah datang dan
meminta maaf serta ingin memperbaiki semuanya, tangan saya selalu terbuka, tapi
lagi dan lagi ayah tidak membuat semuanya menjadi lebih baik.
Saya piker, pertemuan
pertama kita itu akan mengubah hubungan kita menjadi lebih baik, selayaknya seorang
ayah dan anaknya tapi sayangnya sebaliknya. Ayah lagi-lagi membuat saya dan
nenek kecewa. Tapi gak apa, itu membuat saya belajar bahwa orang tersdekat itu
justru yang akan lebih membuat kita kecewa.
Saya tidak tahu kenapa saya
ditakdirkan dengan jalan hidup seperti ini. Yang berbeda dengan kebanyakn orang
lain. Tapi sudahlah, bukankah ini justru yang bisa membuat saya tegar dan tidak
lemah menghadapi semua persoalan yang ada dalam hidup saya. Bukankah ini justru
membuat saya harus berdamai dengan keadaan, harus menerima dan memeluknya. Saya
tidak bisa mengutuki apa yang sudah menajdi takdir hidup saya, jika dulu memang
saya megingkarinya, sekarang saya sedang belajar untuk menerima semua rasa kecewa,
rasa sedih, rasa takut dan bahagia. Itu semua tidak bisa diingkari dan pasti
akan datang dalam hidup kita.
Ayah
Bagaimanapun saya tidak bisa
mengingkari bahwa darah yang ada dalam tubuh saya ini adalah darah ayah.
Walaupun kita tidak dekat dan bertemu pun hanya dalam hitungan jari, tapi yaah
itu semuanya tidak bisa diingkari. Saya sepenuhnya menerima ayah sebagai ayah
saya, saya memeluk semua rasa kecewa, saya belajar untuk mempunyai hati yang
lapang, memaafkan apa yang telah terjadi dan menerima apa yang sudah dituliskan
tuhan untuk saya. Mungkin saya terlambat untuk memahami itu semua, saya masih
harus belajar untuk menaklukan segala ego yang ada dalam diri saya, tapi ayah
keadaan ini membuat saya belajar tentang hidup.
Terima kasih sudah menjadi ayah saya, dan semoga kita bertemu