Jumat, 21 Februari 2014

Aku adalah seekor burung. Aku punya sayap. Aku bebas terbang kemanapun yang aku sukai. Jangan tanya kemana saja aku pernah terbang. Lautan yang biru dan membentang, aku pernah terbang diatasnya. Aku melihat lumba-lumba yang menari. Aku melihat perahu yang berlayar. Aku melihat pasir putih yang menghampar. Aku menikmati semburat cahaya keemasan senja. Aku menikmati cahaya bulan dibawah pohon sambil bersiul riang. Jika sudah larut aku akan segera memejamkan mata agar esok aku bisa kembali terbang menembus cakrawala.

Aku juga pernah mendaki puncak gunung. Aku melihat barisan gnung lainnya. Menakjubkan bukan? Menikmati hamparan edelwis yang menawan. Udara dibawah nol yang menusuk kulit. Aku menikmatinya aku menyukainya itulah yang disebut dengan tantangan penuh.

Aku adalah seekor burung. Aku bisa terbang kemanapun aku mau. Tidak ada yang melarang. Aku adalah burung yang mandiri, aku sudah dewasa, walau sebenarnya belum terlepas penuh dengan ibuku. Tapi akarena aku punya sayap aku inin terbang bebas.

Kau pasti iri padaku. Apa lagi bagi mereka yang terikat dan tidak bisa terbang sepertiku. Katanya khawatir, takut terjadi sesuatu. Ya apa lagi aku burung betina. Katanya rawan bagi seorang perawan untuk terbang terlalu jauh walaupun aku hanya seekor burung. Di dunia perburunganpun sama, wanita akan bertelur dan punya anak, mereka kemudian menggunjingkannya jika tidak jelas pasangannya siapa, dan jangan salah di negeri kami pun ada upacara pernikahan yang dihadiri para tetua adat.

Kata ibu, aku burung yang bebas tapi terbatas. Ibu tidak marah kemanapun aku terbang, syaratnya sala aku bisa menjaga diri. Entah aku tidak terlalu paham, yang jelas aku tetap ingin terbang menyusuri barisan khatulistiwa, apa lagi negeriku negeri syurga.
Aku ingin terus berkelana, terbang jauh mengunjungi negeri burung di Nusantara. Melihat bulu-bulu mereka yang berbea. Suara mereka yang berbeda.aku tidak tahu pasti ada berapa jenis burung di negeriku. Mungkin ribuan.

Aku pernah bertemu burung hitam, burung gagak, elang, dan si gagah Garuda. Semuanya baik, kami berbeda tapi kami sangat mencintai negeri kami. Di negeri burung tidak pernah ada perselisihan karena perebuatan kekuasaan. Kami punya adat yang mesti ditaati.

Aku seekor burung yang mulai takut. Aku masih ingin terbang  diatas awan. Aku masih ingin bertemu dengan burung-burung berbeda di negeriu. Tapi aku melihat ibu sekarang sudah tidak seperti dulu. Aku adalah anak tertua, aku harus bertanggung jawab terhadap keuarga. Di negeri burung berbakti pada orang tua itu kewajiban, kau akan batal masuk syurga jika menelantarkan mereka.

Aku adalah burung petualang, tapi mulai saat ini aku harus menjadi burung yang bertanggung jawab atas kelarga. Aku sudah bisa dibiang dewasa. Kata dewasa sungguh menyebalkan karena kau akan mengakhiri masa petualanganmu. Aku harus bekerja, kemudian punya keluarga. Tapi tak apa yang penting aku pernah menjadi burung petualang. Suatu saat nanti aku akan menceritakannya pada anakku. Semoga mereka menjadi burung petualang sepertiku.


Sayap adalah anugerah tuhan bagi kami para burung. Dengan sayap itu kami bisa terbang bebas kemanapun yang kami sukai. Aku tidak menyesal menjadi burung. Tuhan Maha Baik, dia selalu punya rencana untuku walau aku hanya seekor burung.

Sudah ga berasa yah sekarang sudah bulan Desember lagi, yah sudah memasuki musim hujan, dan ornamen taun baru serta natal dimana-mana. Ah De...