Aku
adalah seekor burung. Aku punya sayap. Aku bebas terbang kemanapun yang aku
sukai. Jangan tanya kemana saja aku pernah terbang. Lautan yang biru dan
membentang, aku pernah terbang diatasnya. Aku melihat lumba-lumba yang menari.
Aku melihat perahu yang berlayar. Aku melihat pasir putih yang menghampar. Aku
menikmati semburat cahaya keemasan senja. Aku menikmati cahaya bulan dibawah pohon
sambil bersiul riang. Jika sudah larut aku akan segera memejamkan mata agar
esok aku bisa kembali terbang menembus cakrawala.
Aku
juga pernah mendaki puncak gunung. Aku melihat barisan gnung lainnya.
Menakjubkan bukan? Menikmati hamparan edelwis yang menawan. Udara dibawah nol
yang menusuk kulit. Aku menikmatinya aku menyukainya itulah yang disebut dengan tantangan penuh.
Aku
adalah seekor burung. Aku bisa terbang kemanapun aku mau. Tidak ada yang
melarang. Aku adalah burung
yang mandiri, aku sudah dewasa, walau sebenarnya belum terlepas penuh dengan
ibuku. Tapi akarena aku punya sayap aku inin terbang bebas.
Kau
pasti iri padaku. Apa lagi bagi mereka yang terikat dan tidak bisa terbang
sepertiku. Katanya khawatir, takut terjadi sesuatu. Ya apa lagi aku burung
betina. Katanya rawan bagi seorang perawan untuk terbang terlalu jauh walaupun
aku hanya seekor burung. Di dunia perburunganpun sama, wanita akan bertelur dan
punya anak, mereka kemudian menggunjingkannya jika tidak jelas pasangannya
siapa, dan jangan salah di negeri kami pun ada upacara pernikahan yang dihadiri para
tetua adat.
Kata
ibu, aku burung yang bebas tapi terbatas. Ibu tidak marah kemanapun aku
terbang, syaratnya sala aku bisa menjaga diri. Entah aku tidak terlalu paham,
yang jelas aku tetap ingin terbang menyusuri barisan khatulistiwa, apa lagi
negeriku negeri syurga.
Aku
ingin terus berkelana, terbang jauh mengunjungi negeri burung di Nusantara.
Melihat bulu-bulu mereka yang berbea. Suara mereka yang berbeda.aku tidak tahu
pasti ada berapa jenis burung di negeriku. Mungkin ribuan.
Aku
pernah bertemu burung hitam, burung gagak, elang, dan si gagah Garuda. Semuanya
baik, kami berbeda tapi kami sangat mencintai negeri kami. Di negeri burung
tidak pernah ada perselisihan karena perebuatan kekuasaan. Kami punya adat yang
mesti ditaati.
Aku
seekor burung yang mulai takut. Aku masih ingin terbang diatas awan. Aku masih ingin bertemu dengan
burung-burung berbeda di negeriu. Tapi aku melihat ibu sekarang sudah tidak
seperti dulu. Aku adalah anak tertua, aku harus bertanggung jawab terhadap
keuarga. Di negeri burung berbakti pada orang tua itu kewajiban, kau akan batal masuk syurga jika menelantarkan mereka.
Aku
adalah burung petualang, tapi mulai saat ini aku harus menjadi burung yang
bertanggung jawab atas kelarga. Aku sudah bisa dibiang dewasa. Kata dewasa
sungguh menyebalkan karena kau akan mengakhiri masa petualanganmu. Aku harus
bekerja, kemudian punya keluarga. Tapi tak apa yang penting aku pernah menjadi
burung petualang. Suatu saat nanti aku akan menceritakannya pada anakku. Semoga
mereka menjadi burung petualang sepertiku.
Sayap
adalah anugerah tuhan bagi kami para burung. Dengan sayap itu kami bisa terbang
bebas kemanapun yang kami sukai. Aku tidak menyesal menjadi burung. Tuhan Maha
Baik, dia selalu punya rencana untuku walau aku hanya seekor burung.