Minggu, 22 November 2015

Seusai Hujan



Aku suka hujan di bulan juni kalau kata Sapardi, tapi aku juga menyukai hujan-hujan di bulan lainnya. Aku tetap pecinta hujan yang akan menunggu hujan turun. Tapi aku tidak akan bersedih ketika hujan reda. AKu tahu hujan juga sang pecinta, dia akan datang lagi, menggenggam tanganku dengan erat, dengan hangat dan dengan sukarela.

Aku mencintai hujan, itu kau sudah tahu. Tapi aku tidak sedih jika hujan tak kunjung datang. Bagiku cinta bukan soal pertemuan, tapi cinta lebih dari itu.

Hujan, dia akan merengkuh tubuhku, dia akan membawaku pergi menuju kebahagiaan, aku percaya meski itu mustahil menurutmu, tapi inilah hujan. hujan kekasihku, cintaku.

Memiliki hujan. Tentu itu tidak mungkin, karena terkadang jatuh cinta itu tidak bisa memiliki sepenuhnya, harus ada bagian yang kau relakan untuk dimiliki orang lain. Jangan tanya itu karena tidak cinta dengan sepenuh hati.

Merasakan kehadiran hujan sudah cukup bagiku, aku juga percaya hujan akan sadar jika aku merasakan dia hadir, jika aku menantinya berhari-hari bahkan berbulan bulan. Hujan akan selalu tahu ada aku yang menunggunya, mencintainya tanpa syarat, tanpa kenapa dan inilah memang yang aku rasakan.

Ah hujan, aku memang ingin kau memegang erat tanganku, menggandengku dengan tanpa malu kau bicarakan pada semua orang jika aku kekasihmu. Tapi katamu lebih baik cerita kita jadi rahasia, biar orang lain tidak iri pada cinta kita. Kalau sudah begitu aku hanya bisa mengangguk iya, sebari mendekapmu dengan erat. Kamu tahu hujan, ternyata benar apa kata orang-orang itu, pelukan adalah obat.

Hujaaannn

*Jakarta, Seusai hujan

Belajar Berdamai


Setiap langkah yang kita lakukan ternyata memiliki makna, setiap keputusan yang kita ambil tidak hanya menjadi sembarang keputusan. Dan aku memilih, memutuskan lalu menjalani, itu semua tidak boleh ada sesal. Aku semakin belajar dalam hidup memang tidak akan selamanya menyenangkan, memang tidak akan selamanya pahit. Dalam hidup perlu berdamai-dan terus berdamai.

Aku semakin terus melangkah, maju, tapi bahkan sesekali perlu mundur untuk bisa berlari lebih kencang. Aku semakin belajar untuk tidak menyesali, tapi terus berupaya memperbaiki walaupun seburuk apapun akibat dari sebuah keputusan.

Menjadi dewasa itu belajar dari kesalahan, menjadi dewasa itu tidak takut lagi, ya berdamai dengan rasa takut pada diri sendiri rasanya sangat berat. "Berdamai" kata itu tidak hanya berlaku untuk kita dan orang lain, tapi untuk diri kita sendiri. Bagaimana rasanya berdamai dengan hati sendiri, perasaan sendiri? tentu saja perlu waktu, perlu keikhlasan, ah sudahlah kata itu terlihat sulit dijalankan, tapi jika kita sudah mencobanya pasti tidak sesulit itu.
Jalan itu masih panjang, dan esok adalah esok, berbuatlah sebaik mungkin untuk hari ini.

Jakarta, seusai hujan

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...