Senin, 06 Mei 2013

Balada Maman



Srek..srek..Srek

Suara sapu lidi terdengar di basement kampus Unpas Tamansari padahal langit telah menghitam, sudah dari 5 jam yang lalu matahari kembali ke peraduan. Masyarakat  kampus yang lainnya telah meninggalkan kampus  kecuali beberapa aktivis yang memilih untuk tidur di sekretariat mengerjakan beberapa tugasnya yang belum selesai. Adalah Maman  petugas kebersihan Unpas yang telah mengabdikan dirinya selama 18 tahun. Laki-laki berusia 40 tahun itu memilih membersihkan  kampus di malam hari dan besok pagi saat para warga kampus tiba semua sudut telah besih.

 “Kalau malamkan bersihinnya juga enak gak ada motor,”katanya.  

Maman hanya bertugas membersihkan Basement saja, menurutnya sampah basement Unpas cukup banyak apa lagi didepan sekre Unit Kegiatan Mahasiswa, terkadang para penghuni sekre itu sembarangan saja membuang sampahnya dan berantakan,” suka berantakan dan diacak-acak kucing,”ujarnya.                                                                                                                                                                                                                         

Keesokan harinya , laki-laki berkulit hitam legam tersebut membantu para penjaga parkir. Dia duduk sambil melipatkan kakinya dan sesekali tangannya bergerak membuka   tali palang pintu parkir ketika ada kendaraan yang akan masuk dan keluar.  Sesekali ada beberapa mahasiswa yag menyapanya sambil tersenyum. Maman membalasnya sambil bertanya,” buru-buru banget pulangnya,  mau kemana?”

Untuk membuat pekerjaannya tak bosan Maman sering mengajak becanda para mahasiswa yang menitipkan helmnya. Terkadang dia menjahili dengan pura-pura tidak tahu helm yang dititipkannya dan memberi helm yang lain.

Maman juga tak jarang mendengar ocehan para Mahasiswa yang merasa kesal oleh dosen Dan parkiran yang penuh sehingga menyulitkan atau jadwal kuliah yang cukup padat. Maman menanggapinya dengan candaan ,” Ya udah neng jangan kuliah, nikah aja,”candanya pada seorang mahasiswi  yang mengeluh capek karena jadwal kuliah yang padat.

Ketika sedang menyimpan helm-helm titipan, Maman hari itu langsung cepat-cepat pergi memarkirkan motornya, setelah menerima panggilan di telpon genggamnya.” Sebentar ya, saya harus mengantarkan ini ke setiabudhi,”ujarnya sambil mengatur letak wireles di depan motornya.

Selang 1 Jam kemudian dia  telah kembali  tidak menungu waktu lagi dia langsung duduk di pos penjaga parkir. Sesekali dia mengentep uang recehan 500 yang diberi dari para mahasiswa sambil berujar,”ya begini saja kerjaan saya mah, syukurin aja.”
Kemudian Maman dan teman kerjanya Jumhana mengobrol tentang permainan persib, seperti warga Jawa Barat lainnya Maman sangat menyukai klub sepak bola itu. Walaupun sering kalah baginya nonton Persib tetap asyik. Terkadang Maman tidur di pos penjagaan parkir jika  ada pertandingan bola  apa lagi jika timnas yang maen,”kalahan aja maennya, tapi rame,”ujarnya.

Maman datang ke Bandung sekitar tahun 1987, kemudian dia bekerja sebagai petugas kebersihan di SMA Patri Kliningan. Pada tahun 1993 SMA tersebut dijual kepada Yayasan Paguyuban Pasundan.  Untungnya Maman Punya paman sehingga dititipkan bekerja di yayasan Paguyuban Pasundan kemudian ditempatkan di Unpas.”Ada tiga orang yang dititipkan waktu itu,”kenang Maman.

Setelah satu tahun bekerja di Unpas, Maman kemudian mendapatkan Surat Keputusan dari rektor, jadilah dia pegawai tetap Unpas.”Baru dapat Sknya tahun 1994,”ucapnya.
Sebelum menjadi pertugas kebersihan Maman pernah menjadi Satpam di kampus Unpas. Dia mengaku kurang cocok dengan pekerjaan itu sehingga ia minta dipindahkan lagi ke bagian rumah tangga.  Alasannya sangat sederhana, menurutnya menjadi satpam itu sulit untuk pulang dan jadwal libur yang tidak jelas. Terkadang hari rayapun memaksanya untuk tetap bekerja, sehingga sedikit waktu  yang bisa diluangkan bersama keluarga.

Sebagai petugas kebersihan setiap 4 tahun sekali Maman harus mengikuti tes kenaikan pangkat. Tes yang ia ikuti memang tidak sulit menurutnya hanya tes matematika hitungan sederhana, bahasa Indonesia , PPKN dan agama.”Gak susah neng Cuma formalitas aja,”ujarnya. Namun karena pendidikan Maman hanya sampai SD maka pangkatnya hanya akan sampai di golongan tiga sehingga saat ini Maman tidak akan mengalami kenaikan gaji lagi.

Maman asli dari Ciamis, tepatnya didaerah Kawali. Maman tidak memiliki adik atau kakak. Orang tuanya bukan dari keluarga berada, hingga selesai sekolah Dasar dia memutuskan untuk  langsung bekerja tidak melanjutkan pendidikan.”Saat itu ibu nyuruh buat sekolah di SMP tapi saya kasihan sama ibu, jadi saya memilih untuk bekerja,”kenangnya.

Orang tua Maman dikampung hanya petani biasa yang hanya memiliki sebidang tanah yang penghasilannya hanya cukup untuk menutup kebutuhan sehari-hari, itulah alasan Maman ingin bekerja, dia berpikir dengan dia bekerja bisa menambah penghasilan kelarganya.
Maman kini telah berkeluarga, dia menikahi  Sri Utami tetangga desanya.  Setelah hampir 14 tahun menikah kini  Maman dikarunia dua orang anak. Anaknya yang  pertama kini sudah kelas 6 SD sedangkan yang kedua baru 3,5 tahun.

Keluarga  kecil Maman memilih untuk menetap di Ciamis, hanya terkadang saat liburan saja mereka berkunjung ke Bandung.”Keluarga mah di kampung Neng, gak ikut,”katanya.

Tinggal di Basement

Bukan kontrakan petak apa lagi rumah dinas yang luas tempatnya bernaung, melainkan hanya sebuah ruangan kecil  sekitar  3X4 meter . kondisi kamar tersebut sangat tidak layak untuk dihuni, ventilasi yang tidak memadai serta tidak ada cahaya matahari yang cukup jika disiang hari. Ruangan 3x4 itu berjejeran dengan gudang-gudang penyimpanan barang, dan menurut peuturan Maman ruangan tersebut dulunya juga gudang namun dia memintanya untuk dijadikan kamar.

Tidak ada barang-barang mewah dalam ruangan itu, hanya ada lemari tempat penyimpanan dokumen yang dimanfaatkan Maman untuk menyimpan baju-bajunya dan bebrapa  baju yang bergelantungan, sebuah kasur yang lepek tempat maman melepas lelahnya dikala malam. 
Namun Maman tidak mengeluh dengan kondisi ruangan tempatnya beristirahat setelah selesai bekerja.

Maman tinggal diruangan itu berdua dengan rekannya Dedi yang berprofesi sebagai  penjaga Parkir.Namun sesekali rekan-rekan seprofesinya yang lain menginap disana jadi tak jarang mereka tidur bertumpuk.”kalau banyakan malah rame neng, walau tutumpukan.”

Maman tidak mempersalahkan dimana dia harus tidur, menurutnya tidur dimanapun sama saja memejamkan mata,”tidur mah dimana aja neng, di atas rumput  juga kalu nyenyak mah ga masalah,”ujarnya.
Maman menerima gaji sebesar 1,5 juta rupiah. Jika uang gajinya sudah habis dan belum waktunya gajian dia kadang-kadang suka menghutang ke warung.”bayarannya ya kalau udah gajian,”ujar Maman.
 Jika Maman  harus mengontrak rumah yang harganya minimal 200 ribu perbulan ditambah biaya makan 20 ribu sehari tentu saja jatah uang yang harus ia kirim ke keluarganya akan berkurang.
Saat ini Maman mengambil cicilan motor dan setiap bulannya dia harus membayar 527 ribu rupiah. Tujuan Maman mengambil cicilan motor tersebut agar memudahkannya untuk bekerja yang terkadang disuruh oleh para birokrat kampus untuk mengantarkan barang-barang seperti speaker atau yang lainnya.  Maman sering mendapat uang tambahan dari sana,”kalau uang tambahan ga tentu dikasihnya kadang 20 ribu, kalau ngangkutin kursi suka dikasih 50 ribu paling besar,”katanya.
Sebenarnya jika Maman mendapatkan sk sebagai satpam Maman bisa mendapatkan uang 20 ribu rupiah jika dia piket dimalam hari. “Tapi uang 20 ribu juga kalau buat beli piza mah kurang, kalau beli bala-bala baru dapat,”ujarnya.
Air di kampus menjadi tanggung jawab Maman juga, saat air itu mati Mamanlah yang akan ditegur oleh masyarakat kampus. Maman akan beristirahat lewat dari jam 11 malam setelah ia selesai membersihkan basement  atau kadang dia tidak segera tidur namun bergabung dengan teman-temannya di kios untuk mengopi.
Untuk menutupi biaya rumah tangganya istri Maman di kampungnya membuka warung kecil yang menjual makanan ringan dan gorengan, walaupun hasilnya tidak seberapa  tapi setidaknya bisa menambah uang jajan untuk nak-anaknya.
Menurut penuturan Maman anak-anaknya adalah anak yang penurut dan tidak banyak meminta. Anak-anak Maman mengerti kondisi keluarganya yang hidup serba pas. Anak Maman kadang hanya diberi bekal 1000 rupiah. Maman saat ini bersyukur  karena biaya pendidikan anaknya masih gratis sampe SMP. Saat ini Maman masih belum terpikirkana pakah anaknya amu dimasukkan ke perguruan tinggi atau tidak. Walaupun di Unpas ada potongan bagi karyawan namun Maman belummempunyai tabungan yang cukup untuk memasukkan anaknya ke Unpas.
Maman cukup dikenal baik oleh teman-teman kerjanya. Dedi teman sekamar sekaligus rekan kerja yang sudah bersama Maman selama bertahun-tahun mengenal sosok Maman yang suka menolong, menurutnya Maman akan menolong siapa saja yang bisa ia tolong.“kita suka pulang bareng kalau ke kampung, kebetulan satu arah juga.”ujar Dedi. Maman akan melewati rumah Dedi di Garut jika ia akan ulang ke Kawali.
Tidak hanya Dedi, menurut penuturan Jumhanapun Maman adalah sosok baik yang ia kenal. “Maman adalah orang yang  rajin jika disuruh pasti dia mau,”katanya.
Maman menyadari karyawan kecil seperti dirinya memang tak akan bisa menuntut apapun kepada pihak kampus. Dengan tetap di pekerjakan disanapun dia sudah cukup mensyukurinya. “kalau disuruh minta harapanmah ya banyak neng, maunya ya dikasih mobil tapi enggak mungkin,”ujarnya sambil bercanda.
Maman pun cukup dekat dengan mahasiswa yang sering menitipkan helm atau sekedar parkir, bahkan tak jarang ada mahasisiwa yang mengirimnya makanan. Seperti hari ini ada sekotak bolen pisang di pos parkir yang dikirim oleh seorang mahasiswa.
“Mang Maman mah baik orangnya, sering nonton bola sama dia,”ujar Andri mahasisiwa manajemen 2008 yang saat itu datang kesana hendak menonton liga Indonesia.
Ketika Andri datang mereka langsung membicarakan bola kemudian menyalakan tv dan mereka taruhan yang menang yang mana.
Kebijakan kampus untuk para karyawan kecil sepertinya memang terkadang dirasa  kurang baik. Apalagi di Unpas tidak ada asuransi kesehatan penuh untuk karyawankecil, Maman bercerita jika ada yang sakit pihak kampus hanya menangung biaya sekitar 10 persen dan sisanya ditanggung sendiri. Maman tidak pernah mengharapkan apapun hanya sedikit perhatian  dari para pejabat kampus. Dia akan merasa senang ketika ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu salah satu pejabat tersebut datang mengoknya untuk mengucapkan belasungkawa.
Selesai bercerita Maman kemudian berpamitan untuk membantu mengeluarkan motor salah satu mahasiswa yang kesulitan karena penuhnya basement Unpas.

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...