Aku benci berada ditempat ini, aku benci ,melihat tembok-tembok putih yang membisu dan tuli serta monster-monster yang selalu berpakain putih-putih itu. Mereka tersenyum manis tapi menurutku senyuman itu seperti belati yang mengiris-ngiris hati. Kenapa aku selalu ada di tempat ini, seperti yang tak punya rumah saja. Akh haruskah aku menyalahkan anak-anakku yang telah mengirimkan aku ke tempat ini, tapi mereka selalu berdalih agar aku tidak kesepian di rumah sendirian, tapi mengirimku ke tempat terkutuk ini malah membuat hatiku menangis, dan membuat dadaku semakin sesak.Ingin rasanya aku kabur dan keluar secepatnya dari neraka ini, tapi kenapa tak pernah bisa, kapan aku bisa mewujudkannya.
Tak lama ketika aku termenung, tiba-tiba ada dua orang yang mendatangiku, aku tak mengenal mereka, tapi mereka seolah-olah baik kepadaku dan memberi sambutan hangat. aku mencoba berkomunikasi pada mereka meminta bantuan agar mengantarku ke kamar mandi, tapi akhhh lagi-lagi mereka tak mengerti papa yang aku ungkapkan, begitu sulitkah hidup ini sampai-sampai untuk berkomunikasi saja sulit, aku terdiam dan berpikir apa yang harus aku lakukan biar mereka mengerti. Aku tak menyerah untuk berjuang mencoba memberi tahu mereka kalo aku ingin ke kamar mandi.
" kenapa oma, aku gak ngerti maksudnya apa" hanya jawaban itu yang aku dengar dari gadis yang ada disampingku
" aku mau ke kamar mandi, aku ingin kencing" aku coba menjelaskan dan tanganku mencoba menunjuk kamar kecil yang ada disamping kamarku
" Oma ingin kekamar mandi" kata gadis itu yang tak tahu siapa namanya karna dari tadi dia belum memperkenalkan diri, aku hanya mengangguk dan tak lama gadis itru membantuku un tuk ke kamae kecil. Begitu kejamnya tuhan padaku, membuat hidupku sungguh tak berdaya begitu bencikah tuhan padaku sampai aku disiksa sepedih ini, dosa apa yang telah aku lakukan.Aku ingin segera meninggalkan dunia yang fana ini, aku ingin segera menyusuk anakku yang baik yang begitu mencintai aku, aku yakin jika dia ada disisni sekarang dia tak akan rela melihatku menderita seperti ini, tapi tuhan lebih mencintai dia dari pada aku sehingga dia lebih dipanggil lebih dulu dari pada aku.
Tak lama aku mendengar suara rame diluar, entah apa yang terjadi aku tak begitu jelas mendengar semua itu. Aku kaget sekaligus bahagia, aku melihat anakku, oh apa mungkin dia akan membawaku pergi dari tempat terkutuk yang tak pernah disukai semua orang ini.
" Mama apa kabar??" tanya anak laki-laki yang telah aku besarkan dengan penuh kasih sayang itu.
" Mama baik, mama udah sembuh mama ingin pulang" jawabku sambil meegang tangannya dengan erat dan memohon agar membawaku pergi.
" ya kita akan pergi dari sini" jawaban yang begitu menyenangkan dan semoga dia tidak berbohong padaku.
Aku melihat semua orang sibuk merapihkan barang-barangku, dan semoga harapanku untuk keluar dari tempat ini terwujud. Tak lama perawat yang selama ini mengurusku datang, dia membawaku dengan kursi roda, dan mengantarkanku ke da;lam mobil.
Ada hal yang tak aku mengerti disini kedua orang yang tadi datang mendatangiku salah satunya ikut denganku entah mau apa dia, jadi ada yang ganjil rasanya, aku mencoba bertanya
" dia siapa?" tanyaku
" Dia akn nemenin mama agar mama gak merasa sepi" jawab ank perempuanku
" iya oma, aku akan sama oma" kata perempuan kecil berkulit putih, dan umurnya masih sangat muda sekitar 19 tahunnan, haruskah aku senang atau bersedih entahlah, aku terdiam dan rasanya kepalaku sakit, ah mungkin karena umurku yang sudah udzur sehingga aku tak mampu melakukan perjalanan ini.
Ada hal lain yang aku rasakan, perjalananku dari rumah sakit abdi waluyo menuju rumah dikawasan pasar baru jakarta pusat terasa lama, oh bukankah jaraknya tidak terlalu jauh, dan ya lagi-lagi aku tidak merasa nyaman dengan deapers, hmmm seperni inikah orang tua yang sudah renta, seperti bayi, aku bukan bayi dan akupun gak akan ngompol seperti anak umur enam bulan, mengapa mereka memperlakukan aku seperti ini? aku seperti tidak punya wibawa lagi, anak-anakku memandangku sebelah mata, mereka tak pernah anggap aku ada, aku benci semuanya, apa mereka tak tahu itu?
" MAu kemna?mama ingin pulang kerumah, mama gak mau jalan-jalan" aku mencoba mengutarakan pa ayuang ada diisi hatiku
" kita ke bBogor ma, ke puncak" jawab anak lelakiku
************************************
Aku dibawa ketempat yang sama sekali asing bagiku entah tempat apa itu, tapi yang aku lihat banyak orang tua yang menghabiskan senjanya ddisana, ya tuhan ini adalah tempat yang paling terkutuk yang ada dimuka bumi ini, siapa yang ingin menghabiskan masa tuanya disebuah panti jomo, ya walaupun kamar yang aku tempati cukup mewah, tempat tidur lengkap, kulkas kecil dan tivi walaupun bogor daerahnya sejuk namun kamarku dilengkapi dengan ac, kamar mandi berukuran cukup besar sekitar 2x3 cm serta dilengkapi dengan air pana dan dingin, ya semua fasilitas bintang lima ada disana dan satu lagi perawat yang dikirim anakku untuk menemaniku.
Hari-hariku dilalui di tembok penjara bintang lima, aku ingin pergi, berlari dan tak mau berada ditempat terkutuk itu, hari-hari yang kujalani begitu membosankan. Dan hal ya g menyakitkan ialah anakku, hari berganti hari aku hanyan melaluinya bersama perawatku, gadis yang berkulit putih dan tingginmya hanya sekitar 150 cm itu sangat telaten mengurusku, bahkan anakku saja rasanya tak peduli, berbulan-bulan aku ada dipenjara ini namun hanya sekali mereka menengokku, ya tuhan apa aku salah mendidik mereka sampai mereka tak mau berjumpa denganku. begitulah senja yang harus kujalani, senja yang harusnya dinikmati dengan orang terkasih, senja yang seharusnya membawa kedamaian setelah lama sibuk menerangi dunia, demi orang terkasih