Rabu, 12 April 2017

Ayah




Udah berapa lama tidak beremu dengan ayah. Hmm hubungan kami memburuk ketika aku mau luluskuliah. Waktu itu adalah titik dimana rasa kecewaku sangat memuncak, saking begitu sakit hatinya aku berjanji untuk tidak percaya lagi dengan janji-janji ayah, dan tidak ingin menemuinya lagi. Bagi hidupku tidak ada ayah tidak berpengaruh apapun. Toh dari sejak lahir hingga sekarang rasanya aku baik-baik saja tanpa ayah. Aku tidak pernah dekat dan tidak pernah memiliki seseorang yang aku panggil Ayah.
Waktu terus berlalu, setelah aku lulus kuliah aku sekarang tinggal di Jakarta, dan semakin jarang pulang ke Majalengka, karena keluargaku juga memang disani. Bayangan tentang ayah sudah benar-benar hilang. Jika dulu aku selalu berdoa dan berharap dipertemukan dengan ayah, kali ini aku sudah benar-benar merasa yang aku miliki hanyalah Mama dan Bapak. Aku bahagia, aku tidak kekurangan kasih sayang. Bukankah dari dulu juga demikian?

Ayah,
Tiba-tiba menelpon dan mengintimidasiku untuk segera menikah? Hah? Apa-apaan tidak ada kabar apapun tiba-tiba menelepon dan menanyakan kapan aku nikah? Kenapa enggak segera menikah? Siapa dia? Aku kesal sungguh, aku merasa dia tidak punya hak untuk mengatakan itu, toh aku sendiri tidak pernah merasa mendapat hakku sebagai anak dari ayah.

Ayah
Kemarin sore juga menelepon, dia menanyakan bagaimana rencana kuliah S2ku. Aku jawab datar saja dan dia lagi-lagi berjanji akan mengirimiku uang. Ayah, sekarang aku sudah punya penghasilan sendiri, silahkan jika ada rezeki untuk ayah saja. Aku sudah tidak berharap apapun dari ayah. AKu tidak berharap materi, ataupun kasih saying. Aku sekarang suddah cukup dengan kehidupanku.

Ayah,
Tak usah bertanya kapan aku akan pulang, toh dulu aku juga tidak pernah menuntut ayah kapan akan datang hanya sekedar menengokku. Tolong, aku sudah merasa hidupku normal sekarang .

Sudah ga berasa yah sekarang sudah bulan Desember lagi, yah sudah memasuki musim hujan, dan ornamen taun baru serta natal dimana-mana. Ah De...