Sabtu, 23 Maret 2013

Surat Untuk Iqbal


Selalu ada rindu disetiap penghujung minggu. Mengenalmu adalah point plus, belajar dari kamu dan berkata tidak bisa jika saya tidak bisa, dan mengakui kamu pintar. Saya merasakan bagaimana menjadi guru, dan mengakui kata-kata Gie “Bahwa Guru, bukan dewa”.

Saya tidak selalu tahu, bahkan ada kalanya salah. Namun muka polos kamu dan semangat kamu adalah kebahagiaan tersendiri.

Dan tadi pagi saat kamu bilang bahwa nilai Bahasa Indonesia kamu meningkat dan tertinggi dikelas saya adalah orang yang bahagia. Sederhana memang ya kebahagiaan itu.

Kamu bilang sekolah itu tidak asyik dan banyak tugas. Dan kamu ingin cepat meloncat kuliah. Katamu lagi guru-guru di sekolah itu pengen di hormatin yang berlebihan. Ya iqbal itu memang potret nyata dunia pendidikan kita. Semoga suatu saat kalo kamu jadi guru tidak seperti itu. Eh iya saya lupa cita-cita kamu kan ingin jadi diplomat dan pengacara.

Jadi apapun kamu semoga bisa menjadi yang terbaik di bidangnya. Jika kamu jadi pengacara permintaan saya cukup sederhana, semoga kamu membela orang-orang yang butuh pertolongan hukum.

Bagaimana buku Daud Beureuh yang saya pinjami ke kamu? Seruu kan? Ini permintaan saya yang lain semoga kamu bisa mengenal para pahlawan yang mendirikan bangsa ini. Sehingga kita tidak lupa pada jasa-jasa mereka.

Selamat ketemu besok Iqbal. saya sudah tidak sabar apa yang akan saya temukan besok dari kamu. Saya jadi semangat dan percaya republik ini akan bangkit jika punya tunas-tunas bangsa seperti kamu. 

Sudah ga berasa yah sekarang sudah bulan Desember lagi, yah sudah memasuki musim hujan, dan ornamen taun baru serta natal dimana-mana. Ah De...