Rabu, 27 Februari 2013

Belajar Menulis Perjalanan dari "Titik Nol"




Hari ini saya bertemu dengan seorang penulis perjalanan yang menurut saya sangat keren dan bisa dijadikan referensi. Namanya Agustinus wibowo, dia telah menelurkan 3 buah buku. Walaupun saya belum membaca semua buku dan hanaya membaca sinopsisnya dan membaca tulisannya di website pribadinya saya sudah sangat terekesan dengannya. Awalnya saya tidak tahu siapa dia, tapi ketika diskusi dikelas menulis mentor saya bercerita tentang Agustinus, gaya penulisan dia sangat keren dan memberikan warna yang berbeda. 

Saya penasaran kemudian search di google akhirnya saya menemukan siapa dia dan mengikuti tulisan-tulisannya. Dan tak lupa sayapun memfollownya di twitter. Saya dengar Agustinus mau ke Indonesia dalam rangka mempromosikan buku ketiganya yaitu Titik Nol yang terbit pada tanggal 7 februari.   Saat ini Agustinus menetap di China tapi sekarang dia telah menetapkan untuk tinggal di Indonesia yaitu di Jakarta.Ternyata benar hari ini dia mengisi bedah buku di Unpad, tentu saja kesempatan ini  tidak saya sia-siakan. Walaupun agak telat setidaknya saya masih bisa mendengarkan beberapa sesi pertanyaan, 

Ketika ada yang bertanya tentang titik nol, dia menjelaskan jika titik nol adalah angka yang sempurna, kemanapun kita pergi pada akhirnya kita akan kembali ketempat semula. Itulah yang disebut dengan titik nol.  Bagi Agustinus perjalanan tidak hanya menikmati keindahan alam namun kita juga harus bias belajar tentang kehidupan manusai. Dan belajar budaya mereka.  Agustinus mengubah cara pandang menulis saya tentang “Travel writing”.

Menulis sebuah catatan perjalanan tidak hanya  tentang keindahan alamnya saja, namun manusia-manusia serta budaya yang ada didalamnya.  Dengan semakin lama kita menetap disuatu tempat maka kita akan semakin mengenal tempat tersebut. Perilaku, adat istiadat, itu tidak semata-mata terjadi begitu saja, namun ada sejarahnya. Untuk tahu sejarahnya kita harus menggali dan terus menggali hingga faham.

Saya jadi ingin melakukan perjalanan yang berbeda, mengenal manusia serta adat yang berbeda. Dan sayapun termotivasi untuk menulis catatan perjalanan yang hanya bercerita keindahan alam. Mungkin suatu hari nanti saya akan mewujudkannya. Seperti pergi ke pulau Buru, melihat budaya tempat pembuangan tahanan politik.

Uniknya lagi hari ini, ternyata saya bertemu lagi dengan Agustinus di Tobucil, saat saya akan meeting dengan teman untuk sebuah projek buku. Dengan mimik kaget saya sapa dia. Agustinus hanya tersenyum kemudian kita sedikit diskusi lagi tentang  travel writing, ok semoga saya bisa menulis travel writing yang memadukan unsur manusia. Dan semuanaya dimulai dari “Titik Nol”.


My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...