01
Desember
2012
Lagi
dan lagi aku mengukir namamu disetiap helaan nafasku. Aku ingin berhenti
memikirkanmu, melakukan hari-hari tanpa namamu. Ini adalah bulan kesekian Radit
dari janjimu untuk menemuiku. Sekarang malah kau tanpa kabar.
02 Desember 2012
Dit, liat segitiga Braga itu? Kamu ingatkan
tentang Braga? Nama jalan di Bandung yang paling aku sukai. Melihat
segitiga itu aku ingat kamu dan aku merasa aku ada dipersimpangan segitiga itu.
Aku bingung harus memilih jalan yang mana? Atau yang terbaik justru aku
menunggumu, agar engkau yang akan membawaku berjalan .
Dit,
disini hujan. Huft aku tadi kejebak hujan di Braga, setelah berpikir aku
memutuskan untuk berjalan lurus melihat gedung tua yang berjejer dan
memperhatikan para pejalan kaki. Dit, barisan gedung tua itu sangat menarik
hatiku, terlihat klasik tapi indah sama seperti kamu. Aku ingin berjalan
bergandengan melewati gedung tua itu bersama laki-laki yang akan mendampingiku
dan semoga itu kamu.
03 Desember 2012
Dit, es krim ku tumpah
04 Desember 2012
Aku kehujanan, dan tiba-tiba aku tak ingat
apa-apa hanya melihat bayanganmu saja
05 Desember
Kaos
warna putih itu membuatku rindu
06
Desember
Aku cemburu, siapa dia? Tapi aku tidak bisa
bertanya langsung.
07 Desember
Terima kasih atas doamu, ternyata kau masih
mengingat dan perhatian. Dit, kamu hadir saat aku haus melewati hal tersulit
dalam hidupku. Radit, gelapnya malam semakin membuatku merindukanmu.
08 Desember
Mentari menyemburkan cahayanya dipagi hari ini,
akhirnya aku bisa menghirup udara segar dikota kecil ini. Dit aku yakin jika
kau kesini kau pasti suka dengan kota ini. Tak ada kemacetan disini, tak
ada polusi disini, sungguh ini adalah tempat terbaik untuk melepaskan rasa
penat.
11 Desember
Aku kembali ke kota kembang. Rinduku semakin
memuncak. Dua hari tak menulis tentangmu. Kamu mengkhawatirkanku, aku kirim DM
di twittermu. Aku menunggu kau bertanya lagi kemudian kau cemburu. Aku ingin
bercerita tentang dia Dit, tapi tak ada balasan darimu. Setiap menit aku
membuka pesan namun tak ada darimu.
12 Desember 2012
Hari ini adalah hari special bagi sebagian
orang. Tanggal cantik katanya bagiku sama saja dit karena tak ada kamu. Dit
malam ini nafasku terasa sesak saat mengeja namamu.
13 Desember 2012
Aku memutuskan untuk mengirim surat saja
padamu. Kau mau membacanya atau tidak bagiku tak menjadi masalah, yang penting
aku sudah berusaha mengungkapkan isi hatiku.
Radit yang aku Rindu
Langit menghitam dan pekat, aku takut tapi aku
tidak menutup jendela. Sudah beberapa hari ini aku menyukai menatap langit yang
hitam, pekat tak ada bulan apa lagi bintang. Dit, aku yakin langit itu
merindukan cahaya.
Apa yang sedang kau lakukan dibawah langit yang
pekat itu? Atau langit ditempatmu berbeda? Mungkin nampak terang? Dit, aku
ingin menatap langit bersamamu kemudian kita menghitung bintang. Permintaanku
sederhanakan? Atau itu terlalu berat bagimu?
Dit, aku menulis surat ini seolah-olah bukan
tanganku yang bergerak namun hatiku yang menerjemahkannya kedalam tinta,
semuanya mengalir begitu saja membentuk huruf-huruf yang berusaha memeluk
dirimu yang entah ada dimana?
Radit, malam semakin mencekam, anjing didepan
kosntku nampak lelap tertidur tak lama aku mendengar suara-suara yang begitu
mengganggu namun aku masih menggerakan tanganku, aku ingin merengkuh bayangmu.
Dit, malam ini jika aku mau aku bisa menelponmu
atau langsung mengirim DM di twitter seperti biasanya, namun biarkanlah aku
mengukir kata demi kata siapa tahu ini begitu berarti suatu hari nanti. Masih
bolehkah aku berharap sesuatu yang begitu sederhana dan sepele? Kau pernah
bertanya kepadaku ada kata yang lebih indah selain kata cinta dan itu adalah
harapan dit mungkin itu paling tidak penting namun itu adalah hal yang paling
Indah sampai dunia ini berakhir. harapan itu akan tetap abadi, saat hati
terpuruk harapan itu ada, saat cinta tidak ada harapan ada dit, begitupun aku
menunggumu. Saat pertemuan kita yang begitu singkat, disebuah tempat yang tidak
penting disaat hariku menyebalkan dan merasa aneh tiba-tiba aku mengenalmu,
orang yang sempat aku curigai dan malam itu sebenarnya aku takut berbicara
padamu namun entah mengapa kamu mengikutiku dan yah, tiba-tiba kamu mengulurkan
tanganmu aku tak bisa menolak Dit.
Kita mengerungi waktu bersama ditempat yang
berbeda, tak terasa sejak pertemuan itu hampir dua tahun lamanya.
Jika
dua tahun itu dikalikan hari, kemudian jam kemudian menit dan berakhir didetik
aku tak tahu berapa jumlahnya? Namun rasa rinduku lebih dari itu Dit, jika kau
menyuruhku untuk menerjemahkannya akupun tak mampu. Tulisan rindu begitu
sederhana Dit, tapi begitu komplek bergelora didalam dadaku.
Waktu mungkin tak cukup dit untuk
menerjemahkannya. Dan waktu juga tak akan cukup dit untuk sebuah keinginan dan
impian yang sedang kau geluti. Aku tahu dit saat ini kau sedang bertarung
melawan waktu untuk memenuhi impianmu, mengejar anganmu.
Seandainya
aku bisa aku ingin disampingmu mendampingimu melewati semuanya, menjadi
pendengar saat kau ingin berbicara tentang harimu, menjadi tempat bersandar
saat kau merasa lelah namun ruang tak mengijinkannya.
Namun aku kira kita harus tetap mensyukurinya
karena melewati masa muda ini dengan impian Dit, walau rasa Rinduku tidak
berujung. Seperti bersyukur karena sempat mengalami hal-hal yang indah. Seperti
perasaan kita yang tersiram oleh hujan dan membiarkannya menghapusnya.
Radit, aku tiba-tiba ingin bertanya apakah kita
memang akan dipertemukan kembali? Dan apa yang akan kita lakukan dit saat
bertemu? Dan apa makna semuanya? Pikiranku berbalik mengingat kisah pertemuan
kita? Apakah semuanya kebetulan? Atau ada rencana dari tangan tuhan?
Tapi sudahlah Dit kita kenang saja semuanya,
dan kita kembali mengukir kisah lainnya dimasa depan yang akan lebih indah,
melewati senja bersama, menikmati secangkir jasmine tea di pagi hari,
membangunkanmu, menatap wajahmu sebelum tidur, memasak untukmu, bertamasya di
taman dan memberi makan merpati. Itu impianku dit, apakah kaumemikirkan hal
yang sama?
Radit yang aku rindu
Diluar langit semakin pekat, malam semakin
dingin dan suara itu telah menghilang. Aku membuka twitter dan mengecek timelinemu,
mungkin kau tidak pernah tahu bahwa aku sebenarnya mengikuti aktivitasmu,
haruskah aku mengirim DM lagi hanya untuk mengucapkan selamat malam?
Tapi
aku sudah memutuskannya untuk tidak melakukannya malam ini, walau hatiku sudah
menggerakan jari-jariku u.ntuk mengetiknya. Barangkali aku harus berlaku kejam
kepada hatiku sendiri, aku merasa capek terus memanjakan perasaan dan aku harus
hidup didalam kenyataan.
Radit,
apa yang sedang kau lakukan? Apakah sedang sibuk dengan tugas kuliahmu? Atau
sibuk dengan promo bisnismu? Apakah esok hari kau masih harus berkeliling
Jakarta, melawan kemacetan dan panas untuk melakukan tugas kuliahmu? Akh Dit
aku rasa kotamu itu sudah tak mampu lagi menampung orang dan mungkin itulah
alasan aku tak mau jika nanti harus pindah kesana aku begitu mencintai bandung.
Inilah suratku Dit, surat seorang yang
menunggumu dan mengharapkan hidupnya akan bersandar pada dirimu.. Dit,
percayalah bahwa aku akan tetap disini, mengenang ketika malam tiba, berharap
ketika pagi telah datang dan akan tetap mencetak huruf-huruf untukmu, huruf
yang mengalir begitu saja dari hati.
Bandung, 13 Desember 2012