Senin, 24 Desember 2012

Episode Radit dan Desy



01 Desember 2012                                    
Lagi dan lagi aku mengukir namamu disetiap helaan nafasku. Aku ingin berhenti memikirkanmu, melakukan hari-hari tanpa namamu. Ini adalah bulan kesekian Radit dari janjimu untuk menemuiku. Sekarang malah kau tanpa kabar.
02 Desember 2012
Dit, liat segitiga Braga itu? Kamu ingatkan tentang Braga? Nama  jalan di Bandung yang paling aku sukai. Melihat segitiga itu aku ingat kamu dan aku merasa aku ada dipersimpangan segitiga itu. Aku bingung harus memilih jalan yang mana? Atau yang terbaik justru aku menunggumu, agar engkau yang akan membawaku berjalan .
Dit, disini hujan. Huft aku tadi kejebak hujan di Braga, setelah berpikir aku memutuskan untuk berjalan lurus melihat gedung tua yang berjejer dan memperhatikan para pejalan kaki. Dit, barisan gedung tua itu sangat menarik hatiku, terlihat klasik tapi indah sama seperti kamu. Aku ingin berjalan bergandengan melewati gedung tua itu bersama laki-laki yang akan mendampingiku dan semoga itu kamu.
03 Desember 2012
Dit, es krim ku tumpah
04 Desember 2012
Aku kehujanan, dan tiba-tiba aku tak ingat apa-apa hanya melihat bayanganmu saja
05 Desember
Kaos warna putih itu membuatku rindu
06 Desember
Aku cemburu, siapa dia? Tapi aku tidak bisa bertanya langsung.
07 Desember
Terima kasih atas doamu, ternyata kau masih mengingat dan perhatian. Dit, kamu hadir saat aku haus melewati hal tersulit dalam hidupku. Radit, gelapnya malam semakin membuatku merindukanmu.
08 Desember
Mentari menyemburkan cahayanya dipagi hari ini, akhirnya aku bisa menghirup udara segar dikota kecil ini. Dit aku yakin jika kau kesini kau pasti suka dengan kota ini. Tak  ada kemacetan disini, tak ada polusi disini, sungguh ini adalah tempat terbaik untuk melepaskan rasa penat.
11 Desember
Aku kembali ke kota kembang. Rinduku semakin memuncak. Dua hari tak menulis tentangmu. Kamu mengkhawatirkanku, aku kirim DM di twittermu. Aku menunggu kau bertanya lagi kemudian kau cemburu. Aku ingin bercerita tentang dia Dit, tapi tak ada balasan darimu. Setiap menit aku membuka pesan namun tak ada darimu.
12 Desember 2012
Hari ini adalah hari special bagi sebagian orang. Tanggal cantik katanya bagiku sama saja dit karena tak ada kamu. Dit malam ini nafasku terasa sesak saat mengeja namamu.
13  Desember 2012
Aku memutuskan untuk mengirim surat saja padamu. Kau mau membacanya atau tidak bagiku tak menjadi masalah, yang penting aku sudah berusaha mengungkapkan isi hatiku.
Radit yang aku Rindu
Langit menghitam dan pekat, aku takut tapi aku tidak menutup jendela. Sudah beberapa hari ini aku menyukai menatap langit yang hitam, pekat tak ada bulan apa lagi bintang. Dit, aku yakin langit itu merindukan cahaya.
Apa yang sedang kau lakukan dibawah langit yang pekat itu? Atau langit ditempatmu berbeda? Mungkin nampak terang? Dit, aku ingin menatap langit bersamamu kemudian kita menghitung bintang. Permintaanku sederhanakan? Atau itu terlalu berat bagimu?
Dit, aku menulis surat ini seolah-olah bukan tanganku yang bergerak namun hatiku yang menerjemahkannya kedalam tinta, semuanya mengalir begitu saja membentuk huruf-huruf yang berusaha memeluk dirimu yang entah ada dimana?
Radit, malam semakin mencekam, anjing didepan kosntku nampak lelap tertidur tak lama aku mendengar suara-suara yang begitu mengganggu namun aku masih menggerakan tanganku, aku ingin merengkuh bayangmu.
Dit, malam ini jika aku mau aku bisa menelponmu atau langsung mengirim DM di twitter seperti biasanya, namun biarkanlah aku mengukir kata demi kata siapa tahu ini begitu berarti suatu hari nanti. Masih bolehkah aku berharap sesuatu yang begitu sederhana dan sepele? Kau pernah bertanya kepadaku ada kata yang lebih indah selain kata cinta dan itu adalah harapan dit mungkin itu paling tidak penting namun itu adalah hal yang paling Indah sampai dunia ini berakhir. harapan itu akan tetap abadi, saat hati terpuruk harapan itu ada, saat cinta tidak ada harapan ada dit, begitupun aku menunggumu. Saat pertemuan kita yang begitu singkat, disebuah tempat yang tidak penting disaat hariku menyebalkan dan merasa aneh tiba-tiba aku mengenalmu, orang yang sempat aku curigai dan malam itu sebenarnya aku takut berbicara padamu namun entah mengapa kamu mengikutiku dan yah, tiba-tiba kamu mengulurkan tanganmu aku tak bisa menolak Dit.
Kita mengerungi waktu bersama ditempat yang berbeda, tak terasa sejak pertemuan itu hampir dua tahun lamanya.
Jika dua tahun itu dikalikan hari, kemudian jam kemudian menit dan berakhir didetik aku tak tahu berapa jumlahnya? Namun rasa rinduku lebih dari itu Dit, jika kau menyuruhku untuk menerjemahkannya akupun tak mampu. Tulisan rindu begitu sederhana Dit, tapi begitu komplek bergelora didalam dadaku.
Waktu mungkin tak cukup dit untuk menerjemahkannya. Dan waktu juga tak akan cukup dit untuk sebuah keinginan dan impian yang sedang kau geluti. Aku tahu dit saat ini kau sedang bertarung melawan waktu untuk memenuhi impianmu, mengejar anganmu. 
Seandainya aku bisa aku ingin disampingmu mendampingimu melewati semuanya, menjadi pendengar saat kau ingin berbicara tentang harimu, menjadi tempat bersandar saat kau merasa lelah namun ruang tak mengijinkannya.
Namun aku kira kita harus tetap mensyukurinya karena melewati masa muda ini dengan impian Dit, walau rasa Rinduku tidak berujung. Seperti bersyukur karena sempat mengalami hal-hal yang indah. Seperti perasaan kita yang tersiram oleh hujan dan membiarkannya menghapusnya.
Radit, aku tiba-tiba ingin bertanya apakah kita memang akan dipertemukan kembali? Dan apa yang akan kita lakukan dit saat bertemu? Dan apa makna semuanya? Pikiranku berbalik mengingat kisah pertemuan kita? Apakah semuanya kebetulan? Atau ada rencana dari tangan tuhan?
Tapi sudahlah Dit kita kenang saja semuanya, dan kita kembali mengukir kisah lainnya dimasa depan yang akan lebih indah, melewati senja bersama, menikmati secangkir jasmine tea di pagi hari, membangunkanmu, menatap wajahmu sebelum tidur, memasak untukmu, bertamasya di taman dan memberi makan merpati. Itu impianku dit, apakah kaumemikirkan hal yang sama?
Radit yang aku rindu
Diluar langit semakin pekat, malam semakin dingin dan suara itu telah menghilang. Aku membuka twitter dan mengecek timelinemu, mungkin kau tidak pernah tahu bahwa aku sebenarnya mengikuti aktivitasmu, haruskah aku mengirim DM lagi hanya untuk mengucapkan selamat malam? 
Tapi aku sudah memutuskannya untuk tidak melakukannya malam ini, walau hatiku sudah menggerakan jari-jariku u.ntuk mengetiknya. Barangkali aku harus berlaku kejam kepada hatiku sendiri, aku merasa capek terus memanjakan perasaan dan aku harus hidup didalam kenyataan. 
Radit, apa yang sedang kau lakukan? Apakah sedang sibuk dengan tugas kuliahmu? Atau sibuk dengan promo bisnismu? Apakah esok hari kau masih harus berkeliling Jakarta, melawan kemacetan dan panas untuk melakukan tugas kuliahmu? Akh Dit aku rasa kotamu itu sudah tak mampu lagi menampung orang dan mungkin itulah alasan aku tak mau jika nanti harus pindah kesana aku begitu mencintai bandung.
Inilah suratku Dit, surat seorang yang menunggumu dan mengharapkan hidupnya akan bersandar pada dirimu.. Dit, percayalah bahwa aku akan tetap disini, mengenang ketika malam tiba, berharap ketika pagi telah datang dan akan tetap mencetak huruf-huruf untukmu, huruf yang mengalir begitu saja dari hati.
Bandung, 13 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dengan mengirim komentar kita telah berbagi

Sudah ga berasa yah sekarang sudah bulan Desember lagi, yah sudah memasuki musim hujan, dan ornamen taun baru serta natal dimana-mana. Ah De...