Cinta
adalah bahaya yang lekas pudar," kalimat tersebut adalah kutipan dari
salah satu puisi Chairil
Anwar berjudul Tuti
Artic. Pernahkah mendengar puisi-puisi Chairil Anwar? Dia adalah penyair
besar yang dimiliki Indonesia, lalu bagaimana jika kisah dibalik puisi-pusinya
itu dibuatkan teater? yah, dibalik puisi-puisi Chairil ada sosok-sosok
perempuan yang sangat mempengaruhi dirinya membuat puisi.
“Perempuan-perempuan
Chairil” dipentaskan selama dua hari, tanggal 11 dan 12 November, dan saya
beruntung sekali bisa menonton pertunjukan itu. Adegan dibuka dengan Chairil
yang diperankan oleh Reza Rahardian, yang monolog soal perbedaan pendapatnya dengan H.B Jasin soal perempuan malam.
Adegan
selanjutnya berlanjut dengan adegan Chairil bersama dengan Ida Nasution yang
diperankan oleh Marsha Timothy. Ida adalah penulis prosa dan perempuan yang
cerdas. Ida adalah teman berdebat
Chairil, bahkan untuk menaklukan hati Ida, Chairil rela mencuri sebuah buku
namun sayang buku yang dicuri Chairil itu sudah dibaca oleh Ida, seolah percuma
saja perjuangan Chairil, adegan ini mengundang gelak tawa para penonton, belum
lagi usaha Chairil yang mencoba mendekati Ida. Ida adalah cinta intelektual
Chairil. Namun sayang Ida dikatakan hilang saat melakukan perjalan menuju
Bogor.
Wanita
kedua yang dicintai oleh Chairil adalah Sri Ajati yang diperankan Chelsea Islan,
Sri adalah penyiar radio dan pemain teater. Dengan latar ruang tamu rumah Sri,
dialog antar keduanya mengundang keluacuan, apa lagi katanya Chairil datang
saat jam makan siang, apakah Chairil memang ingin mengunjungi Sri atau meminta
makan siang. Sri adalah cinta tak sampai Chairil. Sri menikah denggan orang
lain, kisahnya dengan Sri adalah insipari membuat puisi yang berjudul “Senja di
Pelabuhan Kecil”.
Adegan Chairil dan Mirat Photo By Pos Kota |
Yang
ketiga adalah Sumirat diperankan Tara Basro, Mirat adalah cinta yang penuh
gelora, pertemuan chairil dan Mirat tidak sengaja saat keluarga Mirat sedang
berlibur di pantai Cilincing. Dalam Dialog Mirat menceritakan pertemuannya
“Cril,
demikian aku selalu memanggilnya, adalah seorang yang aneh sejak pertemuan kami
pertama kali di Cilincing. Ketika itu Cril duduk bersandar ke sebatang pohon,
membaca buku tebal. Mula-mula tiada menjadi perhatianku, tapi beberapa kali
melewatinya, melihat dia tekun membaca tanpa peduli sekelilingnya, benar-benar
membuatku heran. Aneh, pikirku, orang-orang bersenang-senang di sini, tapi dia
lebih tenggelam dalam bukunya. Siapakah dia?”
Meskipun Mirat adalah cinta berbalas Chairil
namun Chairil dan Mirat tidak bersatu. Chairil seperti tidak memberikan
kepastian pada Mirat, hingga akhirnya mirat menikah dengan orang lain.
Pencarian Chairil terhadap Rumah berakhir
pada Hapsah Wiriaredja yang diperankan Sita Nursanti, mereka bertemu di
Karawang saat Jakarta mengalami kerusuhan. Hapsah adalah perempuan yang
dinikahi Chairil dan yang memberikannya seorang putri yang diberi nama Evawani
yang artinya berani. Hapsah adalah perempuan realistis, dia tidak memahami
pusi-puisi Chairil. Pernikahan mereka yang berjalan dua tahun dipenuhi oleh
pertengkaran demi pertengkaran yang dipicu karena masalah ekonomi. Chairil yang
ingin menjadi manusia bebas dan tidak diatur-atur berbanding berbalik dengan
kebutuhan kehidupan mereka.
Selain pertengkaran adegan Chairil dan
Hapsah adalah adegan yang mengundang gelak tawa. Apa lagi saat hapsah bercerita
bagaimana dia dilamar dengan bunga teratai yang diambil chairil dari tengah
sawah. Saat Hapsah ngomel dengan bahasa sunda hingga keluar kalimat “Eta
Terangkanlah” yang menjadi viral. Namun sayangnya pernikahan Chairil dan Hapsah
bertahan hanya dua tahun.
Pada pertunjukan ini tampil pula sosok perempuan malam (diperankan oleh
Sri Qadaratin) dan pelukis Affandi (Indra Jatnika) di awal dan akhir
pertunjukan serta kisah dibalik tulisan poster perjuangan 'Boeng, Ajo Boeng!'.
Menonton
Perempuan-perempuan Chairil membuat saya semakin mengenal sosok salah satu
pujangga Indonesia yang dinobatkan HB Jasin sebagai pelopor Pujangga Baru. Kemasan
yang disajikan Titimangsa Foundation sangat keren. Semua rasa bersatu disitu,
Merasakan chairil yang patah hati, Chairil yang bersemangat dan Chairil yang
jail sehingga mengundang tawa. Para pemain, jangan diragukan lagi, semuanya
seperti menjiwai semua sosok yang diperankan. Semuanya begitu terlihat apik, lighting, music dah pokoknya luar biasa.