Rabu, 23 Agustus 2017

Proses Memaafkan

Ada beberapa hal yang harus dimaafkan, yah proses memaafkan itu sebenarnya simple, tapi menerima adalah hal yang sulit. Entah kenapa tiba-tiba jadi ingat sama ayah hari ini. Rasanya kok sulit yah menerima dia, memaafkan dan bersikap menjadi anak yang biasa saja.

Ketika hati sudah terluka dan sungguh sungguh terluka, mau menerima kembali itu perlu waktu. Dulu, saya selalu ingin bertemu dengan ayah, berdoa setiap malam ingin melihat rupanya seperti apa, mungkin ayah akan menyayani saya ketika sudah bertemu, tapi sayang dia memang bukan yah impian saya.  Jika harus memilih saya lebih baik memang tidak pernah bertemu dengannya. Untuk urusan ini saya rasanya telah menjadi seorang pendendam. Ini seperti trauma dari masa kecil saya dan tersimpan rapat hingga saat ini.

Sejak kecil saya sama sekali tidak mengenal sosok ayah kandung saya. Saya tidak pernah berjumpa, bahkan mama saya pernah beberapa kali mengantar saya ke rumah saudara dari ayah saya, dan pernah juga saya menginap disana ketika sudah SMA hanya untuk mempererat tali silaturahim. Seiringnya berjalan waktu, ketika masuk universitas, ayah saya mencoba mendekatkan diri kepada saya, beberapa kali saya menginap dirumahnya, mengenggapnya ayah saya, tapi sayangnya kita memang seperti berjarak, saya seperti memiliki trauma dari masa kecil saya untuk sosok ayah kandung itu.

Saya mulai percaya padanya, dia akan menjadi ayah yang baik, yah setidaknya itu yang saya tanamkan. Tapi sayangnya kepercayaan saya padanya hilang ketika dia banyak mengingkari janjinya, bagi saya dia hanya orang asing saja bahkan saya merasa tidak punya ikatan apapun dengannya.

Sejak lulus kuliah, saya memutuskan untuk berhenti berusaha menjadi bagian dari hidup ayah saya. Saat saya benar-benar kecewa, saya memutuskan untuk menjalani kehidupan seperti 20 tahun silam, tidak ada ayah saya bukan saat itu? Dan keadaan saya masih baik-baik saja, saya memiliki semua hal yang diidamkan semua keluarga, orang tua yang baik, kebebasan untuk memutuskan sesuatu, adik, nenek, ibu, bapak yah memutuskan untuk berhenti menghubungi ayah saya. Saya akan menjalani kehidupan saya seperti sedia kala, seperti saya dulu yang belum bertemu dengannya. Orang-orang sudah mengetahui bahwa Ai dibuang oleh ayahnya, Ayah ai  itu ya tidak ingat sama anaknya. Saya sudah memaafkan dia, tapi  saya tidak ingin lagi memasukan dia dikehidupan saya. 

Dan nyatanya dia mencari saya hanya mencecar pertanyaan, kapan saya akan menikah? Kok saya makin enggak respect, dia tidak mendidik saya, tidak membesarkan saya kok seolah-olah menjadi orang tua saya. Orang yang dekat dengan saya, yang menjadi bapak dalam arti sesungguhnyapun tidak pernah menghakimi saya, tidak pernah menanyakan kapan saya akan menikah, tidak pernah bilang  nanti ketuaan kalo enggak menikah-menikah.  Tuhan saya sungguh ingin berdamai, ingin membuat keluarga saya memahami ini, ingin mempertemukan kedua orang tua saya tapi saya malah merasa bahwa saya belum menerima ayah saya sepenuhnya.

Sudah ga berasa yah sekarang sudah bulan Desember lagi, yah sudah memasuki musim hujan, dan ornamen taun baru serta natal dimana-mana. Ah De...