Udah
berapa lama tidak beremu dengan ayah. Hmm hubungan kami memburuk ketika aku mau
luluskuliah. Waktu itu adalah titik dimana rasa kecewaku sangat memuncak,
saking begitu sakit hatinya aku berjanji untuk tidak percaya lagi dengan
janji-janji ayah, dan tidak ingin menemuinya lagi. Bagi hidupku tidak ada ayah tidak
berpengaruh apapun. Toh dari sejak lahir hingga sekarang rasanya aku baik-baik
saja tanpa ayah. Aku tidak pernah dekat dan tidak pernah memiliki seseorang
yang aku panggil Ayah.
Waktu
terus berlalu, setelah aku lulus kuliah aku sekarang tinggal di Jakarta, dan
semakin jarang pulang ke Majalengka, karena keluargaku juga memang disani.
Bayangan tentang ayah sudah benar-benar hilang. Jika dulu aku selalu berdoa dan
berharap dipertemukan dengan ayah, kali ini aku sudah benar-benar merasa yang
aku miliki hanyalah Mama dan Bapak. Aku bahagia, aku tidak kekurangan kasih sayang.
Bukankah dari dulu juga demikian?
Ayah,
Tiba-tiba
menelpon dan mengintimidasiku untuk segera menikah? Hah? Apa-apaan tidak ada
kabar apapun tiba-tiba menelepon dan menanyakan kapan aku nikah? Kenapa enggak
segera menikah? Siapa dia? Aku kesal sungguh, aku merasa dia tidak punya hak
untuk mengatakan itu, toh aku sendiri tidak pernah merasa mendapat hakku
sebagai anak dari ayah.
Ayah
Kemarin
sore juga menelepon, dia menanyakan bagaimana rencana kuliah S2ku. Aku jawab
datar saja dan dia lagi-lagi berjanji akan mengirimiku uang. Ayah, sekarang aku
sudah punya penghasilan sendiri, silahkan jika ada rezeki untuk ayah saja. Aku
sudah tidak berharap apapun dari ayah. AKu tidak berharap materi, ataupun kasih
saying. Aku sekarang suddah cukup dengan kehidupanku.
Ayah,
Tak
usah bertanya kapan aku akan pulang, toh dulu aku juga tidak pernah menuntut
ayah kapan akan datang hanya sekedar menengokku. Tolong, aku sudah merasa
hidupku normal sekarang .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dengan mengirim komentar kita telah berbagi