Jumat, 08 Februari 2013

Perkara Senja



Senja, akh lagi-lagi aku terjebak dalam ruang tanpa kata dan dalam dunia tanpa gerakan. Aku bingung, sebenarnya aku ingin bergerak maju, melangkah, dan tak berjalan lagi, aku ingin berlari menembus cakrawala, dan ruang tanpa batas. Tapi kenapa aku tertahan disini, terdiam, terpaku dan mematung, kau bilang ini duniaku, sekali lagi aku teriakan bukan, ini bukan duniaku.

Apa yang salah dengan semua ini?

Senja aku iri padamu, kenapa kamu bisa jadi begitu indah.  Banyak orang yang menulis tentang  warnamu. Romantis, indah kata-kata sipat itu sering keluar untukmu. Padahal kamu hanya fatamorgana, kamu hanya muncul beberapa detik. Dan lihat senja sepasang kekasih itu? Bibirnya saling berpagutan saat dia melihatmu.

Sedikit aku ceritakan kejadian kecil yang bagiku itu sangat memalukan
Si cowok tiba-tiba saja membuat puisi tentangmu, dan senja coba amati perempuan disampingnya? Apa dia bodoh? Dia amat tersanjung. Wajahnya merah seperti rebusan kepiting kemudian memejamkan mata. Dan perlahan-lahan wajah laki-laki itu mendekatkankannya pada  wajah wanita itu. Dia tidak menolak kemudian yang ada wanita itu memjamkan mata dan mereka berpagutan, tanpa malu seperti tidak ada yang mengintip.
Senja, lalu itu salah siapa? Aku rasa itu salahmu. Kenapa tuhan memberimu warna keemasan dan seperti telur  rebus setengah matang. Bukankah kebayakan orang suka telur rebus setengah matang? Sehingga tak salah jika mereka menyukaimu.

Senja kamu masih ingat tentang seseorang yang menculikmu? Dia  memotongmu, melipatnya dan memasukannya kedalam sakunya. Tidak tahu malu orang itu dan sebagai hukumannya dia harus dicari oleh seluruh mahluk di bumi ini. Semua orang mencarinya. Di televisi ada wajahnya, dipinggir jalan, di radio, di twitter semua orang membahasnya. Wajahnya menghiasi seluruh media. Bahkan anak-anak kampung yang sedang bermain layang-layangpun berhenti hanya untuk mencarinya.
Dia pikir, jika hanya mengambilmu sepotong tak masalah karna masih ada sepotong lagi. Tapi orang-orang murka, dia tidak suka jika melihatmu sepotong.

Senja, aku mengintipmu, menatapmu, sesekali aku memejamkan mataku berharap jika aku membukanya lagi kau berubah jadi merah dan sangat jelek jadi tak ada orang yang suka padamu. Tapi Tuhan sangat adil, dia tidak mau mengecewakan mahluk-mahluknya. Jika hanya aku yang  tak mau kamu cantik, memang aku kalah jumlah dengan mereka yang suka padamu. Dan tuhan itu selalu adil bukan?
Banyak orang yang menulis namamu, bahkan ada yang pekerjaanya menelitimu. Dia seorang gadis yang aneh. Dia pindah ke kota yang kata orang-orang romantis dan cantik. Dia menolak semua pekerjaan, saat ditanya kenapa? Dia menjawab hanya ingin menelitimu. Gadis itu setip hari hanya duduk di jendela kamarnya yang sangat luas itu kemudian dia menatapmu tanpa kedipan mata, tak lama saat kau meninggalkan bumi gadis itu menagis. Wajahnya nampak murung. Tapi gadis itu menulis laporan tentangmu. Duh senja, kamu tahu tulisannya sangat indah, detail dan menyentuh hati. Aku tak tahu mengapa demikian? Padahal dia hanya menatapmu.

Senja, aku sudah lancang membicarkanmu. Aku yakin kamu tidak akan mengenalku? Kamu akan menganggapku tidak penting. Kamu lebih segala-galanya. Jadi sudahlah kamu jangan mengenalku. Dan belum tentu kamu membaca semua yang aku tulis ini. Kamu akan lebih senang membaca surat dari orang-orang trekenal bukan? Dari mereka yang setiap hari berbicara sampai mulutnya berbusa di TV. Atau jika mereka sudah tak laku mereka bikin sensasi agar namanya terus eksis menghiasi layar kaca.

Atau kamu akan lebih suka berfose dengan mereka yang katanya pejabat. Mereka yang menggunakan sorban dan kopiah. Mulutnyapun sama berkata sampai berbusa dan membawa-bawa nama Tuhan dalam setiap ucapannya. Tapi tak lama tertangkap di sebuah kamar hotel dengan gadis yang duh, bibirnya tipis, kukunya yang lentik, tingginya semampai dan rambutnya yang hitam dan lurus sekarang dijadikannya penutup muka karena semua kamera menyorotnya. Mungkin itulah alasanku kenapa aku lebih suka rok mini di etalase toko daripada sorban didalam televisi.

Ah senja, sudah cukup ceritaku. Dan surat kaleng ini tak usah kamu balas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dengan mengirim komentar kita telah berbagi

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...