Senja, akh
lagi-lagi aku terjebak dalam ruang tanpa kata dan dalam dunia tanpa gerakan.
Aku bingung, sebenarnya aku ingin bergerak maju, melangkah, dan tak berjalan
lagi, aku ingin berlari menembus cakrawala, dan ruang tanpa batas. Tapi kenapa
aku tertahan disini, terdiam, terpaku dan mematung, kau bilang ini duniaku,
sekali lagi aku teriakan bukan, ini bukan duniaku.
Apa yang salah dengan semua ini?
Senja aku
iri padamu, kenapa kamu bisa jadi begitu indah.
Banyak orang yang menulis tentang
warnamu. Romantis, indah kata-kata sipat itu sering keluar untukmu.
Padahal kamu hanya fatamorgana, kamu hanya muncul beberapa detik. Dan lihat
senja sepasang kekasih itu? Bibirnya saling berpagutan saat dia melihatmu.
Sedikit aku
ceritakan kejadian kecil yang bagiku itu sangat memalukan
Si cowok
tiba-tiba saja membuat puisi tentangmu, dan senja coba amati perempuan
disampingnya? Apa dia bodoh? Dia amat tersanjung. Wajahnya merah seperti
rebusan kepiting kemudian memejamkan mata. Dan perlahan-lahan wajah laki-laki
itu mendekatkankannya pada wajah wanita
itu. Dia tidak menolak kemudian yang ada wanita itu memjamkan mata dan mereka
berpagutan, tanpa malu seperti tidak ada yang mengintip.
Senja, lalu
itu salah siapa? Aku rasa itu salahmu. Kenapa tuhan memberimu warna keemasan
dan seperti telur rebus setengah matang.
Bukankah kebayakan orang suka telur rebus setengah matang? Sehingga tak salah
jika mereka menyukaimu.
Senja kamu
masih ingat tentang seseorang yang menculikmu? Dia memotongmu, melipatnya dan memasukannya
kedalam sakunya. Tidak tahu malu orang itu dan sebagai hukumannya dia harus dicari
oleh seluruh mahluk di bumi ini. Semua orang mencarinya. Di televisi
ada wajahnya, dipinggir jalan, di radio, di twitter semua orang membahasnya.
Wajahnya menghiasi seluruh media. Bahkan anak-anak kampung yang sedang bermain
layang-layangpun berhenti hanya untuk mencarinya.
Dia pikir,
jika hanya mengambilmu sepotong tak masalah karna masih ada sepotong lagi. Tapi
orang-orang murka, dia tidak suka jika melihatmu sepotong.
Senja, aku
mengintipmu, menatapmu, sesekali aku memejamkan mataku berharap jika aku
membukanya lagi kau berubah jadi merah dan sangat jelek jadi tak ada orang yang
suka padamu. Tapi Tuhan sangat adil, dia tidak mau mengecewakan
mahluk-mahluknya. Jika hanya aku yang
tak mau kamu cantik, memang aku kalah jumlah dengan mereka yang
suka padamu. Dan tuhan itu selalu adil bukan?
Banyak
orang yang menulis namamu, bahkan ada yang pekerjaanya menelitimu. Dia seorang
gadis yang aneh. Dia pindah ke kota yang kata orang-orang romantis dan cantik.
Dia menolak semua pekerjaan, saat ditanya kenapa? Dia menjawab hanya ingin
menelitimu. Gadis itu setip hari hanya duduk di jendela kamarnya yang sangat
luas itu kemudian dia menatapmu tanpa kedipan mata, tak lama saat kau meninggalkan
bumi gadis itu menagis. Wajahnya nampak murung. Tapi gadis itu menulis laporan
tentangmu. Duh senja, kamu tahu tulisannya sangat indah, detail dan menyentuh
hati. Aku tak tahu mengapa demikian? Padahal dia hanya menatapmu.
Senja, aku sudah lancang
membicarkanmu. Aku yakin kamu tidak akan mengenalku? Kamu akan menganggapku
tidak penting. Kamu lebih segala-galanya. Jadi sudahlah kamu jangan mengenalku.
Dan belum tentu kamu membaca
semua yang aku tulis ini. Kamu akan lebih senang membaca surat dari
orang-orang trekenal bukan? Dari mereka yang setiap hari berbicara sampai mulutnya
berbusa di TV. Atau jika mereka sudah tak laku mereka bikin sensasi agar namanya
terus eksis menghiasi layar kaca.
Atau kamu akan lebih
suka berfose dengan mereka yang katanya pejabat. Mereka yang menggunakan sorban
dan kopiah. Mulutnyapun sama berkata sampai berbusa dan membawa-bawa nama Tuhan
dalam setiap ucapannya. Tapi tak lama tertangkap di sebuah kamar hotel dengan
gadis yang duh, bibirnya tipis, kukunya yang lentik, tingginya semampai dan rambutnya yang
hitam dan lurus sekarang dijadikannya penutup muka karena semua kamera
menyorotnya. Mungkin itulah alasanku kenapa aku lebih suka rok mini di etalase
toko daripada sorban didalam televisi.
Ah senja, sudah cukup
ceritaku. Dan surat kaleng ini tak usah kamu balas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dengan mengirim komentar kita telah berbagi