Senin, 12 Februari 2018

Cinta Pertama


Part II
Masa SMP Part I





Hari ini adalah pengumuman kelulusan disekolahku, meskipun aku yakin sepertinya akuakan lulus tapi tetap saja deg-degan, bagaimana jika aku tidak lulus sekolah, pasti akan malu banget dan harus mengulang sekolah setahun lagi.

Jam 08.00 pagi, walikelasku masuk dan memberikan beberapa petuah sebelum membagikan amplop kelulusan, dengan hati yang deg-degan kami menyimaknya, beliau berpesan banyak pada kami yang akan segera duduk di bangku SMP, katanya kami harus lebih rajin belajar dan mengharumkan nama sekolah kami di SMP nanti. Setelah petuah-petuah dia berikan, kemudian nama kami dipanggil satu persatu, kami maju dengan perasaan cemas dan deg-degan. Setelah semua amplop dibagikan kami membukanya bareng-bareng, dan 

Alhamdulillah aku lulus sekolah dasar. Yeaayy bahagia sekali rasanya, satu jenjang pendidikan sudah kulewati, aku siap untuk melewati jenjang pendidikan berikutnya.

Aku sekolah di SMP Negeri 1 Bungur Sari, jaraknya lumayan jauh dari rumah. Sebenarnya ada sekolah yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku, tetapi saat itu aku ingin sekolah di sekolah yang cukup baik sekaligus aku masuk ke pondok pesantren, ibuku berpesan aku tidak hanya mendalami ilmu dunia tetapi juga harus punya bekal untuk kehidupanku di akhirat.
“Mama akan sangat berdosa jika tidak membekali kamu di ilmu agama,”katanya.

Ini fase kehidupan yang baru bagi hidupku, aku harus mulai belajar mandiri, tidak boleh cengeng lagi dan tentunya harus bisa menyelesaikan setiap permasalahan hidupku sendiri. Jarak dari pesantren ke sekolahku sekitar 700 meter, aku bisa berjalan kaki setiap harinya. 
Pesantren yang aku masukin adalah pesantren tradisional, jangan ahrap ada kasur yang nyaman dan fasilitas yang kengkap. Aku hanya tidur beralaskan tikar dan untungnya mmebawa bantal. Jadwal dipesantren itu sangat padat, pagi hari jam 02.00 kita dibangunkan untuk solat tahajud, sambil menunggu adzan subuh, setelah itu kami lanjut lagi kajian ba’da subuh sampe jam 06.00 untuk yang paginya melaksakan sekolah.

Aku yang masih terkantuk-kantuk biasanya menunggu giliran untuk mandi sambil tertidur, ah apakah aku akan kuat berada dipesantren ini dengan jadwalnya yang sangat padat. Malam hari aku harus mengaji sampe jam 10 malam, setelah itu aku baru bisa tertidur.

Di sekolah, karena nilai ujianku cukup besar aku masuk kelas favorit yaitu kelas 1A. Isinya adalah anak-anak yang pintar dari berbagai sekolah serta anak-anak orang kaya. Aku merasa minder dengan pergaulanku, aku lebih sering diam dan jarang mengobrol dengan mereka, terlebih aku tidak punya teman satu sekolah dasar yang masuk ke sekolahku sekarang ini.

Aku duduk di bangku nomor tiga dengan yang bernama Nina, dia juga lebih banyak diam sama sepertiku. Jika jam istirahat tiba, aku hanya jajan ke kantin sebentar tapi makannya di kelas. Aku lebih menjadi pendiam, sangat berbeda dengan karakter asliku ketika sekolah dasar yang dikenal sangat supel dan cerewet. Aku takkut dan tidak nyaman, aku merasa aku salah memilih sekolah, orang-orang yang tidak ku kenal, dan mereka lebih terlihat sombong.

Sepulang sekolah aku berada dilingkungan yang sama juga tidak membuatku nyaman. Suatu hari aku pernah disuruh mengambiil air minum sama seniorku di pondok.

“Ambilnya dimana teteh?”tanyaku
“kamu ambil di selang di kamar mandi,”suruhnya
“Hah, jadi selama ini kita minum air mentah teh,”tanyaku seolah ga percaya
“Iyah, gak apa-apa gak akan sakit perut kan air pesantren, pasti berkah,”
Aku hanya menuruti saja, dan selama ini aku tidak pernah meminum air mentah, tapi mau atau tidak ini adalah kehidupanku sekarang dan jalan yang sudah aku pilih.

Di sekolahku mengadakan kemah pramuka, ini adlaah moment yang paling meneynangkan biasanya bagiku. Tidur di tenda dan menjelejah ke tempat baru. Aku menjadi wakil ketua regu di kelasku, dan ketua reguku adalah Laura. Dia anak keturuna arab dan anak dari keluarga terpandang. Keluarganya mempunya toko mas dan kecantika, otomatis laura adalah anak orang kaya. Aku sebagai wakilnya tentu saja mengikuti apa yang menjadi perintahnya, aku menjadi anak yang pengecut dan takut. Laura lebih sering membulyku sebagai wakil, dia menyuruhku seenaknya sendiri. Kadang aku di bully, dan aku merasa kegiatan 3 hari pramuka ini sangat menyiksaku.

“Kamu harus sering dibelakang, kan kamu wakil, o yah jangan lupa ini bawa minuman, dan barang-barang ini juga,”kata dia saat kami sedang hiking.

“kamu kenapa gosok-gosok hidung, kamu ngupil yah ikh jorok banget sih, kamu jangan tidur disini deh jorok,”katanya sambil marah.

“Aku ga ngupil, ini debu-debunya masuk kehidungku,”kataku membela.

Tidak hanya kejadian ketika kegiatan pramuka, aku sering menerima buly dari Laura. Ini membuatku tidak betah disekolah, nilai-nilai ujianku merosot, aku tidak lagi pintar rasanya aku jadi siswa yang sangat kuper, pendiam.

Aku pulang kerumah setiap sabtu sore dan senin pagi sudah kembali ke pesantren. Sabtu ini aku bercerita pada nenekku kalau aku tidak betah disekolah. Aku menangis dan ingin pindah sekolah, selain itu aku tidak betah tinggal dipesantren. Nenekku setuju aku pindah sekolah, agar lebih dekat dari rumah dan bisa mengontrolku.

Senin aku mendaftar ke sekolah baru, SMP 2 yang jaraknya tidak jauh dari tempatku. Aku menunggu di kantor guru, karena waktu itu semua siswa sedang melakukan upacara bendera. Aku memperhatikan kegiatan upacara bendera dari tempatku menunggu.

Mataku tertuju pada seseorang yang aku kenal, dia menjadi pemimpin upacara pagi itu.Orang yang beberapa bulan ini hilan diingatanku karena aku sibuk dnegan sekola dan berbagai hal yang aku alami. Dia sungguh berbeda dengan seragam birunya yang baru, dia seperti menjadi lebih dewasa dari yang aku ingat dulu.

Selesai upacara bendera, guru-guru berdatangan ke ruang guru. Aku ditanya beberapa hal dan disuruh mengisi data-data sekolah. Kebetulan ada guru yang dikenal sehingga prosesnya menjadi mudah. Setelah mengisi data, aku diantarkan menuju ke eklas 1B. kelas yang akan menjadi kelasku nanti.

Aku masuk dan disana sudah ada seorang guru yang mengajar, guru yang mengantarkannku bilang kalau aku adalah murid pindahan. Kemudian aku dipersilahkan untuk duduk.

Aku bingung mau duduk dimana, tiba-tiba ada seseorang yang meyapaku.
“Hai, sini kamu duduk disini aja, ini kosong ko, benar kan Dina,?”Kata dia
Aku menghampirinya dengan muka bingung dan deg-degan, ya Tuhan aku satu kelas dengan dia, orang yang selama ini aku hanya liat diam-diam.

Bersambung






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dengan mengirim komentar kita telah berbagi

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...