Rabu, 27 Maret 2013

Nenek Terhebat


Apa kabar Emi? Aku yakin Emi disana pasti baik-baik saja dan bahkan lebih baik. O ya mi udah lama ya kita tidak berjumpa. Udah lama aku tidak merasakan belaian, cerewetnya Emi yang selalu menanyakan kapan aku pulang, apakah aku sudah makan? Atau bagaimana perkembangan kuliah aku?

Dan aku rindu dibukakan pintu saat aku pulang atau diantarkan sampai kedepan sampai aku naik motor. Emi juga yang sering nyuruh aku bawa beras yang banyak dari rumah, katanya biar jika ga ada uang kalau ada beras bisa makan.

Emi yang khawatir jika aku sakit dan pasti mimpiin aku. Mi, aku sekarang kehilangan jika boleh meminta kenapa emi tidak melihat aku diwisuda dulu, seperti impian kita dulu saat membeli baju kebaya, kata emi baju itu akan dipakai saat aku diwisuda. Akh tapi kita hanya bisa berencana, karena lagi-lagi takdir itu tidak bisa dibeli apalagi diminta.
Emi tahu, aku sangat menyesal, aku tidak ada disaat terakhir. Aku terlalu sibuk ya sibuk mengejar impian. Saat itu seandainya waktu bisa diputar kembali aku ingin kembali pulang berada disaat terakhir, sepertinya aku anak yang durhaka karena tidak ada disana, dan sekembalinya ke rumah aku sudah tidak bisa melihat emi yang terakhir. Berarti pertemuan terakhir kita itu saat aku pulang beberapa hari yg lalu sebelum emi benar-benar pergi  untuk selamanya.

Dan saat aku meninggalkan emi dulu, aku sedang dalam keadaan marah karena aku ada masalah dengan mama. Jika aku mengingat itu aku merasa bersalah, aku ingin memutar waktu, merubah segalanya.

Namun aku belajar ikhlas disana, ini yang terbaik buat emi, aku tidak tega melihat Emi setiap hari merasakan sakit yang teramat sakit. Bahkan diamnya aku karena aku tidak kuat dan ingin menangis.

Emi, ada impian yang belum aku wujudkan. Naik hajikan emi, tapi aku janji jika aku punya rezeki nanti aku akan naik hajiakn emi yah itu nadzar aku.
Emi, malami ni aku tidak tahan aku rindu, emi tahukan  aku masih manja bahkan setahun  yang lalu saat emi di operasi kanker emi takut ninggalin mama karena anak-anak mama masih kecil.

Emi, sekarang Rendy harus diem di Haurgeulis. Dulu Emi tidak rela jika Rendy tinggal disana, tapi sekarang tidak ada pilihan lagi. Aku kasihan sama dia tidak ada yang mengurusnya setelaten emi, sesabar emi bahkan disaat sakitpun emi masih ingat sama makannya  Rendy, sweeternya, sekolahnya akh Emi memang nenek terhebat.

Emi, mala mini aku ingin dipeluk dan dicium. Didoakan seperti dulu.  Saat aku sedih dan mennagis dipangkuan emilah hatiku bisa tenang.  

Emi, maafkan aku belum bisa membahagiakan emi, aku belum bisa memberikan apapun. Aku malah sering menyusahkan, merepotkan membuat emi capek dan emi harus tahan saat ada orang yang mencibir cita-citaku. Tapi emi percaya jika suatu hari nanti aku bisa meraihnya itulah kekuatanku hingga sekarang aku masih bisa berdiri dan bertahan.
Emi.. aku kangen, rasa rindu dan sedih ini sudah tidak bisa dilukiskan lagi. O yah aku janji jika aku pulang nanti aku kana mengunjungi emi.

Emi sekarang aku belum bisa bercerita banyak apa lagi tentang kesuksesan, saat ini aku masih berjuang. Tapi nanti aku janji aku akan bercerita lagi dengan keadaan aku yang berbeda.

Aku benci kanker mi, kenapa ada penyakit itu? Kenapa emi harus terkena dua kali. Itu mimpi buruk. Emi tahu saat ponis yang kedua saat itu aku begitu lemas, ingin menjerit dan berkata tuhan tidak adil, tapi aku harus terlihat kuat didepan emi, aku tidak boleh terlihat lemah. Karena riwayat penyakit emi ini aku berjanji, aku akan membuat yayasan Kanker agar bisa menolong orang-orang yang seperti emi. Semoga impian ini terwujud.

Emi cukup ya ceritaku, tapi aku janji aku akan terus bercerita dan mendoakan emi semoga emi bahagia, karena saat ini hanya itu yg bisa aku lakukan. Miss you so much

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dengan mengirim komentar kita telah berbagi

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...