Hey, hellow entah bagaimana aku menyapamu. Apa kabarmu hari ini? Ini adalah hari kesekian aku menunggumu dan surat ini adalah surat yang kesekian untukmu, entah kedua, ketiga, keempat mungkin keseratus karena aku lupa sudah keberapa aku menulis surat untukmu. Ini hari kesekian juga aku menunggumu, mungkin tepat keseratus, karena lagi-lagi aku tak menghitungnya. Kamu apa masih seperti dahulu? Hatimu untukku? Perasaanku berkata tidak, apa lagi saat kau berkata tak ada yang kau rindukan selain Semarang dan Bandung. Yah dua kota yang sama-sama kita sukai,dan perkataanmu membuatku yakin, aku tak ada dalam kehidupanmu, dan dalam pikiranmu, itu membuatku berhenti berharap, dan aku akan berhenti menunggumu. Aku harus menjalani hidup seperti biasa, dan kehilangan harapan tentangmu.
Hey, kamu tahu kenapa aku masih suka padamu, karena kamu sekarang berbeda, tapi aku yakin kelembutanmu tetap seperti dulu saat pertama kita bertemu. Hmmm mungkin itu sudah kau lupakan, tentang tahun baru dan jembatan itu, dan tentang nyasar saat kau mengantarkan aku pulang, lalu kau marah padaku, aku hanya bisa diam. Ternyata, bukan hanya aku yang suka nyasar, tapi kamu juga. Tapi nyasarnya aku lebih parah dari kamu, aku pernah bawa rombongan study tour nyasar, dan bahkan aku harus muter jalan jauh banget karena aku tak tahu arah. Dikelompokku aku dikenal sebagai orang yang paling sering nyasar dan ngesasarin orang, ah aku tak yakin kamu mau mendengarkan ceritaku ini.
Kita sangat berbeda dalam segala hal memang, kamu suka musik, dan aku yakin kamu menyimpan impian pada musik, sedangkan aku? Aku suka sama buku, aku punya impian dan harapan dari buku dan menulis . Tapi itu bukan masalah yang besarkan? Namun apa masih mungkin aku memilikimu?? Tiba-tiba pikiranku pesimis tentang hal itu, dan malam ini aku memutuskan untuk berhenti berharap tentang kamu, dan tentang kedatanganmu kekota ini.
Aku tak percaya dengan kata kebetulan, karena bagiku itu tak ada, dan aku yakin jika tuhan telah berencana kita pasti akan bertemu.