Jika suatu hari aku menikah, aku masih akan mencintai laki-laki itu, cintaku padanya begitu besar, bahkan mungkin teramat besar. Dia yang selalu menungguku pulang, yang tak berani marah walaupun aku pulang terlalu malam, padahal dia tak bisa tidur. Matanya tak pernah berani memancarkan kemarahan namun selalu memberi harapan. Harapan yang tak pernah aku dapat dari siapapun. Dia tak pernah membentakku, dia selalu menomor satukan aku.
Dia bapakku, ayah yang membesarkan aku walaupun aku bukan darah dagingnya. Hey tapi sampai kapanpun dia akan menjadi ayahku dan tak ada ayah yang lain lagi. Aku benci jika ada orang yang berkata dia bukan ayahku, bahkan ketika kecil aku pernah menangis seharian ketika ada yang bilang seperti itu.
Aku dan ayah jarang menghabiskan waktu bersama memang , karena intensitas bertemu kita sangat jarang. Tapi ketika telah bertemu, suasana hangat dikeluarga begitu terasa, walaupun ayahku tak pernah bertanya bagaimana kuliahku, tapi dia selalu menunjukan kebahagiannya pada orang lain ketika aku berprestasi.
Kami bukan keluarga kaya raya, kami hanya keluarga yang cukup, penghasilan ayah sangat pas untuk membayar kuliahku dan biaya sehari-hari, tapi ayahku selalu berjuang keras agar keinginan anak-anaknya terpenuhi, dan yang penting anak-anaknya bisa sekolah. Aku masih ingat nasehat dia
“Bapak mah gak akan ngasih warisan harta karna gak punya, cukup mewarisi ilmu saja,”
Padahal ayahku bukan lulusan perguruan tinggi, dia hanya lulusan SD, aku gak malu berkata seperti itu, karena dia ayahku, dia hebat, dia pahlawanku, dia yang paling mengerti aku, bahkan soal laki-laki. Dia tak melarang aku untuk pacraan, tapi dia selalu menekankan agar aku fokus pada mimpiku, pada cita-cita dan pendidikanku. Ayah yang mengajariku kemandirian, tak banyak mengeluh dan mendorongku untuk jadi orang hebat, dia strong Why bagiku.
Dia secara langsung menasehatiku tak pernah, tapi sepanjang waktu bersamanya adalah nasehat, dia percaya pada anak perempuannya. Terkadang aku kangen dulu,dulu aku menghabiskan waktu sepanjang waktu, aku digendongnya, jalan-jalan, dan dia selalu memberikan apapun yang terbaik bagiku. Ayah tak pernah menunjukan muka kekecewaan padaku, dia selalu mendukungku, dia tak mau membuatku patah semangat.
Dan dia akan menghabiskan sayur asem buatanku, walaupun dia bilang katanya sayur asem buatanku kayak sayur jawa, hehehe, tapi aku senang jika dia suka. Dan ayahku sangat menyukai masakanku, dia selalu berharap bulan ramadhan ini aku menghabisakan waktu dirumah untuk memasak untuknya dan keluargaku, tapi lagi-lagi aku tidak bisa. Ternyata anak perempuanpun bisa deket dengan ayahnya.
Aku masih ditempat tidur, dan berselimut
Lagi-lagi ruangan ini terasa hampa dan pagi ini begitu menyesakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dengan mengirim komentar kita telah berbagi