Kamis, 28 Februari 2013

Mengubah Pendidikan dari Calon Pendidik



Lagi-lagi pendidikan di negeri ini masih menjadi permasalahan besar yang belum menemukan titik temu. Saya sadar semenjak duduk di fakultas pendidikan, saya masih saja merasa kurang dan malu karena belum bisa memberikan kontribusi nyata terhadap dunia pendidikan.
 Dan hari ini saya kuliah evaluasi pendidikan, entah kenapa tiba-tiba saya tidak sreg dengan mata kuliah ini. Dalam mata kuliah ini begitu sangat menenkankan kompetisi, nilai, serta test-test. Karena menurut saya untuk meningkatkan kualitas siswa tidak harus memperbanyak test.

Dengan memperbanyak test serta pekerjaan rumah justru memberatkan sisiwa. Saya pernah melihat sendiri bagaimana siswa merasa sangat terbebani dengan Pr yang menumpuk, ulangan yang banyak dan pada akhirnya siswa tersebut merasa enggan untuk sekolah dan sekolah tidak lagi jadi hal yang menyenangkan, hal itu dialami sendiri oleh murid less saya.

Kuliah yang saya ikuti itu jauh sekali dengan kehidupan nyata, artikel  dan buku yang saya baca serta diskusi yang saya ikuti. Di dalam kelas para calon guru ini, ditekankan untuk terus berlomba untuk nilai. Paracalon guru ini tidak diberikan keterampilan bagaimana memberikan pendidikan yang baik untuk muridnya nanti.
O ya, apakah para calon guru ini pernah menonton film dokumenter “Finland Phenemon” sebuah film yang dibuat oleh Bob compton dan seorang peneliti Harvard Dr Tony Wayner. 

Jika belum saya rasa para guru serta calon guru wajib menonton film tersebut.
Serta ada film referensi lain seperti Dead Poet Society, walaupun film tersebut adalah film lama namun masih relevan untuk ditonton saat ini. Tidak hanya film saya punpernah membaca sebuah buku sederhana yang sangat bermakna yaitu Toto Chan.

Apakah para calon guru ini mengenal Paulo Freire, jangan jauh ke pemikirannya namun mendengar namanaya saja itu sudah bagus. Menurut freire, siswa adalah subjek pendidikan bukan objek berbeda dengan apa yang saya dapat dikelas.

Jika hanya mengandalkan ilmu didalam kelas saat kuliah, pantas saja pendidikan di Indonesia tidak berkembang karena para calon pendidiknyapun tidak mau mengembangkan diri. Saat ini ada banyak diskusi-diskusi pendidikan, sekolah alternatif dan gerakan-gerakan pendidikan.

Untuk berkembang maka kita perlu bertemu dengan orang-orang hebat pemikirannya, banyak membaca, peka terhadap lingkunagan. Peduli terhadap peristiwa di negeri ini. Dengan demikian saya yakin kita semua bisa menciptakan para guru yang mampu mendidik, membuat sekolah mengasyikan  tidak ada lagi siswa yang dendam terhadap guru. Dan setiap hari mereka akan dengan senang hati pergi sekolah.

“Negara Maju bukan dilihat dari kuatnya angkatan perang, namun dari pendidikannya” 

Rabu, 27 Februari 2013

Belajar Menulis Perjalanan dari "Titik Nol"




Hari ini saya bertemu dengan seorang penulis perjalanan yang menurut saya sangat keren dan bisa dijadikan referensi. Namanya Agustinus wibowo, dia telah menelurkan 3 buah buku. Walaupun saya belum membaca semua buku dan hanaya membaca sinopsisnya dan membaca tulisannya di website pribadinya saya sudah sangat terekesan dengannya. Awalnya saya tidak tahu siapa dia, tapi ketika diskusi dikelas menulis mentor saya bercerita tentang Agustinus, gaya penulisan dia sangat keren dan memberikan warna yang berbeda. 

Saya penasaran kemudian search di google akhirnya saya menemukan siapa dia dan mengikuti tulisan-tulisannya. Dan tak lupa sayapun memfollownya di twitter. Saya dengar Agustinus mau ke Indonesia dalam rangka mempromosikan buku ketiganya yaitu Titik Nol yang terbit pada tanggal 7 februari.   Saat ini Agustinus menetap di China tapi sekarang dia telah menetapkan untuk tinggal di Indonesia yaitu di Jakarta.Ternyata benar hari ini dia mengisi bedah buku di Unpad, tentu saja kesempatan ini  tidak saya sia-siakan. Walaupun agak telat setidaknya saya masih bisa mendengarkan beberapa sesi pertanyaan, 

Ketika ada yang bertanya tentang titik nol, dia menjelaskan jika titik nol adalah angka yang sempurna, kemanapun kita pergi pada akhirnya kita akan kembali ketempat semula. Itulah yang disebut dengan titik nol.  Bagi Agustinus perjalanan tidak hanya menikmati keindahan alam namun kita juga harus bias belajar tentang kehidupan manusai. Dan belajar budaya mereka.  Agustinus mengubah cara pandang menulis saya tentang “Travel writing”.

Menulis sebuah catatan perjalanan tidak hanya  tentang keindahan alamnya saja, namun manusia-manusia serta budaya yang ada didalamnya.  Dengan semakin lama kita menetap disuatu tempat maka kita akan semakin mengenal tempat tersebut. Perilaku, adat istiadat, itu tidak semata-mata terjadi begitu saja, namun ada sejarahnya. Untuk tahu sejarahnya kita harus menggali dan terus menggali hingga faham.

Saya jadi ingin melakukan perjalanan yang berbeda, mengenal manusia serta adat yang berbeda. Dan sayapun termotivasi untuk menulis catatan perjalanan yang hanya bercerita keindahan alam. Mungkin suatu hari nanti saya akan mewujudkannya. Seperti pergi ke pulau Buru, melihat budaya tempat pembuangan tahanan politik.

Uniknya lagi hari ini, ternyata saya bertemu lagi dengan Agustinus di Tobucil, saat saya akan meeting dengan teman untuk sebuah projek buku. Dengan mimik kaget saya sapa dia. Agustinus hanya tersenyum kemudian kita sedikit diskusi lagi tentang  travel writing, ok semoga saya bisa menulis travel writing yang memadukan unsur manusia. Dan semuanaya dimulai dari “Titik Nol”.


Selasa, 26 Februari 2013

Menjadi Pemain Cadangan



Senja di kelas itu sesuatu banget apalagi bisa betah. Saya tiba-tiba merasa bingung dan masih saja asing dengan suasana kelas dan kuliah. Ok ini semester 6 jadi hampir tiga tahun saya menggeluti ini semua. Bertemu dosen yang hampir sama, teman kelas yang sama, ruang kelas yang sama walau kadang berpindah.

Tapi sore ini seperti berbeda, saya masih belum mengerti tentang mata kuliah yang sama yaitu akuntansi. Sama disini maksudnya berbau akuntansi. Ketika saya mengikuti tiap jam kuliah dari mulai pagi dan berakhir hingga sore sensasi yang saya rasakan sama yaitu hambar.

Semangat diawal tentu saja, tapi ketika duduk dikelas hilang semuanya. Kuliah jadi tidak sesuai bayangan saya.

Ternyata benar ungkapan teman saya bahwa saya hanya jadi pemain cadangan di klub besar dan selamanya mungkin akan menjadi pemain cadangan. Entah apa pernah terpikirkan didalam diri saya untuk menjadi pemain inti? Justru yang saya rasakan saya malah ingin menjadi pemain inti diklub lain.

Lagi-lagi ini tentang pasion. Masalah yang saya hadapi saat ini adalah saya tidak punya pasion di akuntansi. Terlambat merasakan bahwa ini bukan bidang saya iya mungkin, namun ini tanggung jawab saya, jadi mau tidak mau harus saya selesaikan. Bahkan orang baru yang pertama mengenal saya biasanya menebak saya kuliah di komunikasi atau sastra. Ok saya memang menyukai dua hal itu.

Saat ini keputusan saya adalah tetap menjadi pemain cadangan hingga permainan selesai. Kemudian saya akan menengok klub lain yang menjadi impian saya. Saya akan berjuang sesuai kemampuan saya, hingga saya menjadi bintang. Toh setidaknya saya mendapatkan sesuatu di klub yang sedang saya jalani saat ini walau saya bukan pemain inti didalamnya.

Senin, 25 Februari 2013

Hikmah Sakit



Setiap manusia pasti pernah sakit. Apa yang dirasakan saat sakit? Tentu saja apa-apa gak enak,, makan ga enak, tidur ga nyenyak dan pekerjaan jadi terbengkalai.
Akh.. ternyata sakit itu menyebalkan, badan ga enak dan aktifitas tidak bisa full. Pernah pas lagi OPMB aku kena kecelakaan dan memaksa untuk tetap di kosnt. Cuma 1 minggu tapi rasanya serasa setahun, tidak bisa wara-wiri kesana kemari.

Dan saat inipun saya baru saja periksa ke dokter, dan dokter menyuruh saya untuk bedrest 3 hari total hanya boleh baring saja. Langsung saja saya kaget dan dikepala saya bermacam-macam pekerjaan yang akan terbengkalai. Saya nawar sama dokter, plis dok jangan sampe tiga hari . Dokternya geleng-geleng. huhhhh

Tapi sakitpun sebuah anugerah untuk tubuh kita. Mungkin saja dari 1 minggu tak ada istirahat, selalu full aktivitas. Dan disaat sakit adalah wakt terbaik untuk memanjakan tubuh. Istirahat, menikmati buku. Bersantai, menonton acara TV atau film kesukaan, hal-hal yang begitu sulit didapat saat kita sehat. Bahkan saat hari minggupun masih ada saja pekerjaan.

Saat sehat kita fokus kuliah, projek-projek yang banyak, bisnis, kerja dan hobby . Tapi saat sakit itu semua harus sejenak kita tinggalkan, kita fokus saja dulu ke kesehatan kita dan sedikitnya memperhatikan tubuh, seperti asupan gizi yang baik, makan yang teratur dan istirahat yang cukup.

Tubuhpun harus kita perhatikan, jangan sampai terbengkalai karena fokus saja sama pekerjaa. Setidaknya kita harus menyayangi tubuh kita sendiri agar kita tetap bisa bermimpi, beraktifitas dan menikmati semua hoby kita.

Siapapun yang lagi sakit, semoga cepet sembuh dan beraktivitas seperti biasa.

Selasa, 12 Februari 2013

Meet Dua Ransel At Kedai Kopi Mata Angin



Siapa dua ransel? Awalnya saya tidak tahu sama sekali. Cuma pernah teman saya dian bercerita tentang petualangan suami istri menjelajahi sudut-sudut alam di setiap negara, dia juga menyarankan saya untuk melihat websitenya naun lagi-lagi saya acuh.

Saya melihat salah satu Display Picture teman saya di BB yang mengumumkan akan ada gathering dua ransel dan lagi-lagi saya tak tertarik untuk hadir. Hari terus berjalan entah telah berapa lama dari kejadian itu saya membaca personal massage teman saya dan tiba-tiba saya mengirim pesan dan memutuskan hari itu untuk hadir diacara gathering dua ransel keesokan harinya. 

Tentu saya tidak pergi sendiri namun mengajak teh lisa dan Dwi.
Keesokan harinya ujan mengguyur kota Bandung dari sejak siang hari namun waktu itu tidak menyurutkan niat saya untuk datang ke gathering dua ransel di kedai kopi mata angin yang kebetulan ownernya adalah teman saya.

Setelah menembus hujan dan lalulintas kota Bandung yang tak braturan akhirnya sampai di jalan Laswi namun kedai kopinya terlewat sehingga memaksa saya dan Dwi memutar arah yang cukup jauh. Namun tetap mencoba untuk menikmatinya. Ok akhirnya saya sampai di kedai kopi Mata angin, saat itu acara belum dimulai. Saya dan teman-teman memilih duduk di belakang dan kebetulan ada seorang  yang ikut gabung dengan kita. Sepertinya para peserta gathering itu adalah para backpacker sejati hehe.

Berbeda dengan saya yang notabenenya memang bukan seorang Backpaker. Tak lama ada seorang perempuan yang berperawakan sedang dan berambut panjang menghampiri meja kami dan memberikan beberapa lembar quesioner untuk pemilihan kamar saat kita backpacker.

Acara masih belum dimulai dan adzan telah berkumandang, saya solat terlebih dahulu. o iya lupa saat itu ketemu sama teh Emma juga owner kedai kopi mata angin itu. namun dia sangat sibuk karna pegawai masuk jadi sayang sekali gak bisa ngobrol.

Acara dimulai, saya sudah melihat Dina dan Ryan yaitu dua orang yang mengatakan dirinya dua ransel tersebut. Dina dan Rian nampak menyapa beberapa pengunjung. Ramah sekali mereka. Tak alam MC pun membua acara, namun sayang sekali suaranya tidak begitu jelas entah yang bermasalah itu micknya atau memang suara si mick itu tidak jelas.

Sebelum Dina dan Ryan maju kami semua disuruh untuk membenarkan posisi duduk terlebih dahulu. Dan dengan sedikit kesusahan karena bangku yang diduduki itu berasal dari kayu sehingga cukup berat akhirnya kami bisa duduk memanjang dan lebih dekat lagi.

Dina membuka acara dengan ucapan terima kasih dan menyapa beberapa peserta yang berasal dari luar kota.  Kemudian dia bercerita bagaimana awalnya sehingga memutuskan untuk melepaskan sewa apartemen dan menjadikan langit sebagai atap serta bumi sebagai lantai rumahnya.

Dina yang saat itu tengah menyelesaikan S2 kimianya disalah satu universitas di Kanada merasa bosan dengan hidupnya yang monoton hanya begitu saja. Mereka hanya mendapat libur saat weekend dan itu dirasa kurang, begitupun dengan Ryan. Akhirnya mereka memutuskan untuk cuti dari aktivitas masing-masing. Padahal saat itu Dina tengah mengajukan S3nya sebab menurutnya jika nilai cukup bagus di Kanada bisa langsung mengajukan S3,  begitupun rian yang sedang berada dipuncak karirnya.

Keputusan mereka berdua cukup disayangkan oleh orang-orang disekitarnya seperti bos Rian dan dosennya Dina, namun itu semua tidak membuat keputusan mereka batal.
Bos Ryan memberikan kelonggaran pada Ryan, dia boleh bekerja saat ada internet, yang terpenting adalah terhubung dengan internet. Dan sejak keputusan tersebut diambil mereka melepas sewa apartemen dan menjual barang-barang mereka.

Dan mulailah mereka berdua mengelilingi berbagai daerah dipenjuru dunia. Rencana awal 1 tahun ternyata mereka ketagihan dan terus backpacker hingga saat ini.
Mereka bisa bekerja sambil backpacker. Dina melepaskan rumus-rumus kimia diotaknya dan berubah jadi penulis. Website mereka duaransel.com cukup menarik perhatian sehingga banyak yang membukanya.

Ada kata-kata Dina yang menurut saya sangat menarik. Ketika ada seseorang yang bertanya apakah kalian tidak pernah menghadapi masalah? Dengan santai Dina menjawab, saya tidak tahu pengertian masalah bagi sebagian orang. Saya pernah hampir tenggelam disalah satu lautan saat itu, tapi saya selamat dan masih berdiri hingga saat ini jika itu dinamakan masalah justru menurut saya itu adalah keseruan.

Dina merasa setelah mencoba berjalan dan terus berjalan dia tidak ingin kakinya terhenti. Dia selalu terpanggil untuk terus menjelajah melihat betapa Tuhan menciptakan bumi ini dengan tangan yang sempurna.

Apakah kita berani mencoba apa yang dilakukan Dina dan Ryan? Keluar dari zona nyaman melihat dunia dari sisi berbeda yang kita lihat saat ini.

Seperti dalam buku Dunia Sophie, manusia itu bagaikan kutu dalam tubuh kelinci hanya ada d
ua pilahan bagi kutu tersebut. Terus menyusup masuk ketubuh kelinci menghisap darah kelinci dan tubuhnya jadi gemuk. Atau kamu memilih naik keatas bulu-blu kelinci hingga puncak dan tubuhmu terbawa angin hingga kamu terbang melihat sisi yang berbeda

Jumat, 08 Februari 2013

Secoret Pendapat


Besok natal dan Hari raya umat kristiani itu sangat menarik ketika dirayakan di negeri beragam ini. Menariknya tentu saja tentang Toleransi beragama. Saya sangat prihatin masih saja ada oknum tertentu yang mengaku taat beribadah kepada tuhannya namun merusak ibadah orang lain. Saya akan post dari status FB seseorang.....

Bukankah dalam alquran juga tertulis bagiku agamaku dan bagimu agamamu, jadi biarlah mereka beribadah sesuai keyakinannya tak usah kita mengusik apa lagi dengan menyebut nama tuhan dan demi kebenaran, lalu kebenaran milik siapa jika seperti itu?

Saya rasa tuhan tidak menyukai kekerasan, jika benar mengaku bertuhan dan taat pada ajaran nabi seharusnya orang-orang tersebut tidak melakukan hal demikian. Nabi kitapun tidak pernah melakukan hal seperti itu bahkan nabi tidak pernah berperang dengan umat quraisy hanya karena persoalan agama.
Jika berkata itu jihad dijalan allah, dimananya dikatakan jihad saat melukai sesama manusia, bukankah membunuh binatang saja kita dilarang. Padahal agama saya adalah agama yang menjunjung nilai kedamaian nabipun tak pernah berdakwah dengan kekerasan apa lagi memaksa seseorang untuk berpindah keyakinan. 

Setahu saya paman nabi yang dicintaipun sampe menutup matanya tidak beragama islam dan sepanjang hidup pamannya itu nabi Muhammad selalu hormat, tidak memaksa untuk masuk islam hanya nabi sering berdoa agar Allah memeberinya hidayah. kenapa tidak mencontoh hal tersebut?
Jika kita saling menghormati mungkin saja saat natal menjelang para polisi tidak perlu diturunkan sebegitu banyaknya, saya yakin mereka umat kristiani merasa tidak nyaman ibadahnya jika harus dijaga dengan ketat. 

Coba saja kita ada dalam posisi tersebut, saat merayakan hari raya idul fitri misalnya disekitaran mesjid atau lapangan solat ied kita dipagari para personil polisi, tentu saja akan merasa risih.
Sayapun jadi ingat kejadian di kampus saya yang notabennya muslim. Ada teman saya yang non muslim dan sudah dua tahun dia tidak merayakan natal di rumah karena rumahnya jauh berada diluar jawa, sedih tentu saja dan dia berencana untuk pulang natal tahun ini namun ketika meminta ijin pada dosen untuk tidak kuliah dosennya tidak memberi iji. Ya mungkin saja dia bisa merayakan natal disini tapi suasanya akan berbeda dengan merayakan natal dirumah, coba saja dosen itu disuruh tidak merayakan lebaran idul fitri tidak dengan keluarganya saya yakin dosen tersebut akan protes.

Tapi kenapa dosen itu tidak merasakan apa yang dirasakan teman saya. Hari senin ini juga kampus saya tidak libur lalu bagaimana dengan teman-teman saya yang akan mempersiapkan misa untuk malam kudus nanti malam? Sama saja ketika kita harus mempersiapkan idul fitri besok dan hari ini masih ada kuliah belum berada ditengah-tengah keluarga.

Saya sangat berharap ada toleransi didunia pendidikan, setahu saya di sekolah kristiani ketika akan idul fitri sudah ada libur hari sebelumnya karena menghormati, maaf disini saya tidak menjelekan agama manapun saya hanya sedih melihat toleransi yang belum sepenuhnya dilakukan.
Saya pernah hidup ditengah-tengah perbedaan selama hampir 9 bulan, dan saya merasakan suatu kedamaian. Saya selalu diingatkan untuk solat, bahkan saat idul fitri mereka mendatangi saya menyalami saya dan mengucapkan selamat idul fitri merekapun masak ketupat kemudian berbagi, lal ketika mereka merayakan natal saya hanya diam saja, seolah-olah tidak terjadi apapun. lalu salahnya mengatakan selamat natal dimana? 
Apakah kita menjadi murtad hanya karena ucapan itu? Bukankah harus di baptis dahulu sehingga kita dinyatakan sah berpindah agama bukan sebuah ucapan selamat.
Dari sejak kecilpun saya sering bermain dengan teman non muslim keluarga kita sangat dekat tapi kita hidup berdampingan tidak saling mengusik tentang keyakinan. keluarga saya ibadah menurut kepercayaan dan begitupun keluarga tetengga saya itu. Setiap minggu mereka ke greja, ibu saya tidak merasa aneh berkata agama saya lebih baik, padahal ibu saya mendidik saya dengan kepercayaan yang diyakininya dan selalu berkata sampai kapanpun tetap pegang teguh kepercayaan itu, tapi tidak kepada orang yg berbeda keyakinan.

Ibu saya bukan lulusan sarjana tapi mengerti toleransi. Dan dari sejak kecil itu saya diajarkan toleransi jika bertanya tentang apa itu greja, kenapa mereka kesana ibu saya menjelaskan jika tempat ibadah mereka disana kalau kita pergi ke mesjid dan greja itu seperti mesjidnya umat kristen.
Presiden soekarno mendirikan mesjid istiqlal berdampingan dengan greja... itu punya maksud tersendiri agar kedua pihak bisa hidup rukun. Umat islam menjalankan ibadahnya di mesjid dan begitupun umat kristiani menjalankan ibadahnya di greja, lalu keindahan itu kenapa harus di cederai dengan aksi brutal yang tak berperi kemanusian.

Gusdurpun pernah berkata soal fatwa haram selamat  natal itu: alangkah pengapnya kehidupan kita semua, kalau sampai demikian (Tempo, 30 Mei 1981). Dan saya rasa fatwa tersebut semakin menjauhkan kita dari kata toleransi. Nah buat apa ribut tentang ucapan natal, atau ibadah umat kristiani sampe melakukan aksi brutal, lebih baik urusi saja ibadah kita apakah sudah bener dan sesuai dengan apa yang ada di alquran atau hadist.

Betapa indahnya jika kita saling menghormati, bertoleransi dan mensyukuri perbedaan itu saya yakin negeri ini akan damai. Selamat Natal Damai bersama kita J.


Perkara Senja



Senja, akh lagi-lagi aku terjebak dalam ruang tanpa kata dan dalam dunia tanpa gerakan. Aku bingung, sebenarnya aku ingin bergerak maju, melangkah, dan tak berjalan lagi, aku ingin berlari menembus cakrawala, dan ruang tanpa batas. Tapi kenapa aku tertahan disini, terdiam, terpaku dan mematung, kau bilang ini duniaku, sekali lagi aku teriakan bukan, ini bukan duniaku.

Apa yang salah dengan semua ini?

Senja aku iri padamu, kenapa kamu bisa jadi begitu indah.  Banyak orang yang menulis tentang  warnamu. Romantis, indah kata-kata sipat itu sering keluar untukmu. Padahal kamu hanya fatamorgana, kamu hanya muncul beberapa detik. Dan lihat senja sepasang kekasih itu? Bibirnya saling berpagutan saat dia melihatmu.

Sedikit aku ceritakan kejadian kecil yang bagiku itu sangat memalukan
Si cowok tiba-tiba saja membuat puisi tentangmu, dan senja coba amati perempuan disampingnya? Apa dia bodoh? Dia amat tersanjung. Wajahnya merah seperti rebusan kepiting kemudian memejamkan mata. Dan perlahan-lahan wajah laki-laki itu mendekatkankannya pada  wajah wanita itu. Dia tidak menolak kemudian yang ada wanita itu memjamkan mata dan mereka berpagutan, tanpa malu seperti tidak ada yang mengintip.
Senja, lalu itu salah siapa? Aku rasa itu salahmu. Kenapa tuhan memberimu warna keemasan dan seperti telur  rebus setengah matang. Bukankah kebayakan orang suka telur rebus setengah matang? Sehingga tak salah jika mereka menyukaimu.

Senja kamu masih ingat tentang seseorang yang menculikmu? Dia  memotongmu, melipatnya dan memasukannya kedalam sakunya. Tidak tahu malu orang itu dan sebagai hukumannya dia harus dicari oleh seluruh mahluk di bumi ini. Semua orang mencarinya. Di televisi ada wajahnya, dipinggir jalan, di radio, di twitter semua orang membahasnya. Wajahnya menghiasi seluruh media. Bahkan anak-anak kampung yang sedang bermain layang-layangpun berhenti hanya untuk mencarinya.
Dia pikir, jika hanya mengambilmu sepotong tak masalah karna masih ada sepotong lagi. Tapi orang-orang murka, dia tidak suka jika melihatmu sepotong.

Senja, aku mengintipmu, menatapmu, sesekali aku memejamkan mataku berharap jika aku membukanya lagi kau berubah jadi merah dan sangat jelek jadi tak ada orang yang suka padamu. Tapi Tuhan sangat adil, dia tidak mau mengecewakan mahluk-mahluknya. Jika hanya aku yang  tak mau kamu cantik, memang aku kalah jumlah dengan mereka yang suka padamu. Dan tuhan itu selalu adil bukan?
Banyak orang yang menulis namamu, bahkan ada yang pekerjaanya menelitimu. Dia seorang gadis yang aneh. Dia pindah ke kota yang kata orang-orang romantis dan cantik. Dia menolak semua pekerjaan, saat ditanya kenapa? Dia menjawab hanya ingin menelitimu. Gadis itu setip hari hanya duduk di jendela kamarnya yang sangat luas itu kemudian dia menatapmu tanpa kedipan mata, tak lama saat kau meninggalkan bumi gadis itu menagis. Wajahnya nampak murung. Tapi gadis itu menulis laporan tentangmu. Duh senja, kamu tahu tulisannya sangat indah, detail dan menyentuh hati. Aku tak tahu mengapa demikian? Padahal dia hanya menatapmu.

Senja, aku sudah lancang membicarkanmu. Aku yakin kamu tidak akan mengenalku? Kamu akan menganggapku tidak penting. Kamu lebih segala-galanya. Jadi sudahlah kamu jangan mengenalku. Dan belum tentu kamu membaca semua yang aku tulis ini. Kamu akan lebih senang membaca surat dari orang-orang trekenal bukan? Dari mereka yang setiap hari berbicara sampai mulutnya berbusa di TV. Atau jika mereka sudah tak laku mereka bikin sensasi agar namanya terus eksis menghiasi layar kaca.

Atau kamu akan lebih suka berfose dengan mereka yang katanya pejabat. Mereka yang menggunakan sorban dan kopiah. Mulutnyapun sama berkata sampai berbusa dan membawa-bawa nama Tuhan dalam setiap ucapannya. Tapi tak lama tertangkap di sebuah kamar hotel dengan gadis yang duh, bibirnya tipis, kukunya yang lentik, tingginya semampai dan rambutnya yang hitam dan lurus sekarang dijadikannya penutup muka karena semua kamera menyorotnya. Mungkin itulah alasanku kenapa aku lebih suka rok mini di etalase toko daripada sorban didalam televisi.

Ah senja, sudah cukup ceritaku. Dan surat kaleng ini tak usah kamu balas.


My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...