Senin, 07 November 2016

Berjalan Menikmati History



Prasasti Soe Hok Gie

Hay dear

Hari ini saya berjalan sendirian, awalnya datang keacara diskusi tapi saya bosan, terus saya main ke museum nasional.

Dear kamu tahu?
Saya suka museum dan disini selain melihat benda bersejarah saya menonton festival dongeng. Banyak keluarga yang memonton ini, saya pikir ini penting loh saat kita punya anak nanti. Kita bisa mengedukasi dia dengan cara seperti ini,eh kenapa saya berpikiran begini yah.

Dear
Saya berjalan sendirian sambil melihat-lihat patung. Ada patung Dewa Wisnu, Dewa Siwa, Ganesha dan masih banyak saya tidak ingat semuanya. Lalu ada yang memanggil saya tante, hahaha sudah tua kah saya? Baiklah, sebagian teman saya sudah menikah.
Dia lalu meminta saya untuk menjawab kapan tanggal sumpah pemuda, tapi sebelumnya dia kasih tau jawabannya, saya hanya tersenyum dan melakukan apa yg dia minta. Eh kemudian dia meminta maaf dan memanggil saya kakak, lucu deh.

 







Lychee Tea di Caffe Museum
Dear
Saya mencari caffe dan sempat ingin minum coffe, tapi saya ingat saya takut tidak bisa tidur nanti malam. Walau saya sempat tergoda dengan secangkir cappuccino, jangan suruh saya minumespreso yah, karena saya tidak berani.
Tapi akhirnya, saya memesan lyche tea dengan gula sedikit, o yah saya sedang mengurangi konsumsi gula.


Patung di Museum Gajah



Museum Gajah 










Dan duduk dekat charger sambil sesekali ambil foto haha narsis yah saya.lalu ada laki-laki paruh baya minta ijin duduk depan saya dengan berbicara bahasa inggris tapi dia tampangnua jawa.
Dia bertanya dengan siapa saya kesini, tentu saya ingin jawab sama kamu tapi nyatanya saya memang sendirian, dengan ekspresi tidak percaya dia sedikit heran.
Akhirnya kita ngobrol dengan logat inggris aneh haha yang sulit dimengerti dan nanya apa saya bisa bahasa jawa. Dari dulu saya memang tidak bisa bahasa jawa bukan. Setelah itu saya juga ngobrol dengan para penjaga caffe hehe seru sedikit berhenti dari rutinitas. O yah saya setelah ini sedang berpikir mau kemana lagi? Kamu ada ide dear?


Hay dear,
Akhirnya saya menuju ke taman prasasti, kamu pernah kemari ? O ya dulu saya pernah kesini pas lagi liputan dan mengasingkan diri, yah saya bingung mau nulis apa akhirnya saya menemukan tempat ini.
 
Disini hanya semacam prasasti tokoh belanda di Batavia, dan ini menarik,soal lengkap tulisannya saya pernah ada di kompas.com, saya lupa linknya.

H. van Der Grinten (Pastor Batavia)



Taman Museum Prasati



Setelah mengunjungi prasati Soe Hok Gie, dan mencoba mencari prasasti Adriana namun tidak ketemu saya memutuskan untuk pulang. Dear rasanya hari ini saya merasakan hal yang luar biasa, berjalan sendirian, benar-benar sendiri, ini yang sering saya lakukan dulu ketika saya kuliah atau ketika saya sedang sangat sedih.
Hari ini saya sudah kembali ke rutinitas, bekerja dan mencari ide, tapi proposal saya mangkrak ah saya sampe kesal.

Dear saya ingin segera bertemu kamu.


Jumat, 07 Oktober 2016

Perjumpaan adalah persiapan untuk perpisahan


Saya tidak menyukai setiap perjumpaan-perjumpaan, tapi obrolan mengenai perjumpaan mengalir begitu saja saat kita sedang menikmati senja dan secangkir kopi hitam.

“Bukannya kamu tidak menyukai kopi?” tanyamu sambil melirik penuh penasaran.

“Obrolan, senja dan kopi itu menjadi bagian yang rasanya sulit dipisahkan. Mereka seperti perjumpaan yang sudah ditakdirkan Tuhan, hanya bedanya perjumpaannya tidak akan terpisahkan,”Saya berkata dengan serius.

Lalu obrolan begitu hangat bukan sore itu. Musik yang mendayu-dayu dari sang diva yang menambah hangatnya suasana. Kamu memakai jaket yang sama saat perjumpaan pertama kita. Saya tidak menyukainya, namun entahlah rasanya rasa tidak suka itu melebur dengan sendirinya.

“Kenapa kamu tidak suka perjumpaan?”

“Karena setelah perjumpaan akan ada perpisahan,saya tidak suka ada tangisan untuk perpisahan,”

Senja telah berganti menjadi malam. Orang-orang di caffe suda berganti, sang diva sudah berhenti bernyanyi tapi obrolan kita semakin liar, sesekali kita menertawakan hal-hal konyol soal perjumpaan pertama kita.

“Saya beruntung bisa berjumpa denganmu?”

“Saya sebenarnya tidak suka dengan perjumpaan ini, karena kita akan berpisah,”tegas saya sambil menyeruput kopi yang sudah dingin.

“Kopi dingin itu enggak enak, diminumnya harus pas, tidak terlalu panas dan dingin, sama seperti perjumpaan bukan?”

“Tapi perjumpaan itu tidak bisa direncanakan, beda dengan minum kopi,”

“Saya bahagia bisa berjumpa dengan kamu,”

Saya tidak menjawab, hanya meminum kopi itu lagi. Karena kalimat itu tidak membutuhkan jawaban bukan, hanya sebuah ungkapan.

“Kamu tidak bahagia berjumpa dengan saya,?”Tanyamu sambil memegang tangan saya erat, dan sorot mata itu seperti meyakinkan bahwa saya adalah orang yang kamu tunggu.

“Saya tidak suka perjumpaan karena akan berakhir dengan perpisahan,”
Malam berakhir dengan kecupan mesra dan pelukan hangat. Lalu seuntai doa terucap dari mulutmu dan begitu hangat ditelingaku, kamu berharap malam panjang ini tidak akan berakhir. Dan esok akan ada malam panjang lainnya.

                               *********
“Saya sudah lelah dengan semuanya, saya sudah berusaha untuk berada disampingmu, bukankah itu yang selalu kita harapkan?”katamu mengawali perjumpaan kita setelah dua bulan berlalu sejak pertemuan terakhir dan kecupan terakhir seusai kita menonton film favoritemu.

“Saya sudah menduga, kamu akan berkata seperti itu,”Saya menatap keluar dan memperhatikan seorang gadis kecil yang menggendong adiknya dijalan raya.

“Kamu jangan marah atau benci saya, kita akan tetap jadi teman bukan,”

“Mungkin. saya tidak bisa berjanji, lihat saja besok,”ujar saya, dengan tatapan yang sama kepada gadis kecil itu, dia sedang bernyanyi menghampiri setiap orang yang sedang menunggu di trotoar.

“Perasaan bukan untuk dipaksakan, saya sudah berusaha tapi,”

“Cukup, saya sudah tahu, bukankah setiap perjumpaan itu perpisahan?”

“Kamu akan sangat benci pada saya?”

“Harus saya jelaskan?apa itu akan mengubah semuanya?”

“Kamu berhak seperti itu, tapi saya ingin berdamai dengan hatimu, saya ingin kita tetap 
baik,”

“Apakah harus selalu saya yang mengikuti setiap keinginanmu?”

Kamu hanya diam dan tidak ada obrolan lagi. Kopi digelas saya tidak dingin karena saya 
sudah meminumnya sejak dari panas tadi. Rasa kopi tanpa gula itu menjadi lebih pahit. 




Rabu, 28 September 2016

Memaafkan Lebih Mahal dari Harga Diri


Dengan meminta maaf, kamu tidak akan menjadi tinggi atau rendah, dan dengan memaafkan kamu akan memiliki hati yang damai”

Saya lupa mendapatkan kutipan itu dari mana, namun kadang kata maaf dan memaafkan adalah kata yang tidak jauh dari hidup kita. Terkadang kita melukai hati sesorang, tidak sengaja membuat kesalahan yang membuat orang lain kecewa, marah sedih dan terluka. Yah mungkin sebenarnya kita tidak mau melakukan itu tapi tanpa sengaja sikap kita melukai seseorang.

Karena bagi saya hanya manusia yang tak punya hati dan mengedepankan ego yang dengan sengaja membuat orang lain terluka dan bersedih. Lalu, ketika kita meminta maaf sudahkah kata maaf itu benar-benar tulus ingin disampaikan oleh kita kepada seseorang yang pernah kita lukai perasaannya, seseorang yang sudah kita buat kecewa yang mendalam. Seseorang yang tulus menyayangi kita namun kita dengan terang-terangan membuatnya kecewa, contoh yang paling sering kita lakukan adalah kepada orang tua.

Atau kata maaf yang kita sampaikan yang dengan sadar kita telah melukai hatinya hanya semacam kata "persyaratan dan tidak ikhlas", meminta maaf menjadi syarat agar kita terlihat menjadi baik, syarat agar kita bisa mendapatkan apa yang kita harapkan? Padahal kata maaf itu harus tulus dari lubuk hati, kata maaf keluar karena kita menyadari telah berbuat salah, dan menyadari sudah membuat orang lain terluka hatinya.

Yah “maaf” meminta maaf itu sederhana, kamu bisa kirim via pesan singkat, email atau berbagai media lain, tapi coba tanya pada hati apakah itu kata maaf yang benar-benar tulus, kata maaf yang tanpa ego, kata maaf yang tanpa mengharapkan kamu mendapatkan keuntungan dari kata maaf itu. Meskipun kita sudah meminta maaf kepada seseorang, tetap saja apa yang kita tanam adalah apa yang akan kita panen nanti.

Tapi terkadang tidak semua orang bisa  memaafkan dan meminta maaf, harga kata maaf kadang sangat mahal bahkan bisa  lebih mahal dari harga diri. 

Semoga saya bisa member maaf lebih banyak. Maaf untuk diri sendiri dan maaf untuk orang lain. Setidaknya dengan hati yang telah dimaafkan kita akan hidup lebih tenang. Semoga saya bisa meminta maaf dan memberi maaf. Terima kasih untuk semua yang membuat saya kecewa, itu yang membuat saya sadar bahwa kecewa itu mebuat kita belajar agar bisa memberi maaf dan meminta maaf untuk diri sendiri dan orang yang membuat kecewa.

Kamis, 01 September 2016

Surat Untuk Ayah



 










Dear Ayah

Apa kabar? Setelah 2 tahun lebih kita tak bertanya kabar apa lagi bertemu. Ayah, saya tidak tahu harus bagaimana bersikap pada ayah. Jika saya tidak baik, saya takut karena bagaimana pun ayah adalah ayah kandung saya. Tapi yah, jika mengingat semuanya saya kecewa pada ayah dan rasa kecewa itu sudah sangat besar ada di hati saya, hingga saya sudah tak punya rasa lagi sepertinya.
Dua hari yang lalu, ayah sms saya, katanya istri ayah sakit dan ingin bertemu saya. Jujur saja, saya masih ada ego untuk tidak mau peduli tentang hal itu, seperti selama 25 tahun ini bukan? Ayah tak mau tahu bagaimana susahnya saya menjalani kehidupan saya, bagaimana saya saat sakit, bagaimana saat saya tersakiti oleh orang lain. Tapi saya belajar satu hal dari ayah bahwa kebahagiaan dan rasa kecewa itu satu paket yang tidak bisa dihindarkan dalam hidup kita.

Ayah,

Tuhan ingin saya belajar untuk menerima, Tuhan juga ingin saya tumbuh menjadi seseorang yang mampu memaafkan. Seberapa sering ayah membuat saya kecewa, tapi saat ayah datang dan meminta maaf serta ingin memperbaiki semuanya, tangan saya selalu terbuka, tapi lagi dan lagi ayah tidak membuat semuanya menjadi lebih baik.
Saya piker, pertemuan pertama kita itu akan mengubah hubungan kita menjadi lebih baik, selayaknya seorang ayah dan anaknya tapi sayangnya sebaliknya. Ayah lagi-lagi membuat saya dan nenek kecewa. Tapi gak apa, itu membuat saya belajar bahwa orang tersdekat itu justru yang akan lebih membuat kita kecewa.

Saya tidak tahu kenapa saya ditakdirkan dengan jalan hidup seperti ini. Yang berbeda dengan kebanyakn orang lain. Tapi sudahlah, bukankah ini justru yang bisa membuat saya tegar dan tidak lemah menghadapi semua persoalan yang ada dalam hidup saya. Bukankah ini justru membuat saya harus berdamai dengan keadaan, harus menerima dan memeluknya. Saya tidak bisa mengutuki apa yang sudah menajdi takdir hidup saya, jika dulu memang saya megingkarinya, sekarang saya sedang belajar untuk menerima semua rasa kecewa, rasa sedih, rasa takut dan bahagia. Itu semua tidak bisa diingkari dan pasti akan datang dalam hidup kita.

Ayah

Bagaimanapun saya tidak bisa mengingkari bahwa darah yang ada dalam tubuh saya ini adalah darah ayah. Walaupun kita tidak dekat dan bertemu pun hanya dalam hitungan jari, tapi yaah itu semuanya tidak bisa diingkari. Saya sepenuhnya menerima ayah sebagai ayah saya, saya memeluk semua rasa kecewa, saya belajar untuk mempunyai hati yang lapang, memaafkan apa yang telah terjadi dan menerima apa yang sudah dituliskan tuhan untuk saya. Mungkin saya terlambat untuk memahami itu semua, saya masih harus belajar untuk menaklukan segala ego yang ada dalam diri saya, tapi ayah keadaan ini membuat saya belajar tentang hidup.  Terima kasih sudah menjadi ayah saya, dan semoga kita bertemu

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...