Akhirnya memasuki usia dimana sudah ditanyakan “Kapan akan menikah?” atau
kamu calonnya mana? Jangan kerja terus mau cari apa lagi sih, ayok nikah. Well
dulu mungkin biasa saja mendengar hal itu, tapi sekarang kok kesel yah sama
pertanyaan itu, wajar gak sih? Kenapa orang-orang mau banget ikut campur urusan
pribadi.
Well, saya sendiri bukan tidak ingin menikah. Saya tentu ingin
sama seperti kalian yang sudah menikah, tapi bukankah itu semua ada waktunya
sendiri. Tidak harus saya ceritakan bukan ke semua orang bahwa bagi saya
menikah itu adalah keputusan yang besar dalam hidup ini, dan bagi saya menikah
bukan suatu pencapaian, bukan suatu hal yang menjadi tanda bahwa saya sukses
jika menikah.
Bagi saya, menikah adalah hal yang harus dipersiapkan dengan matang. Ketika memasuki fase ini saya harus sudah bisa menahan ego sendiri,
harus sudah bisa berkompromi dengan diri sendiri, artinya saya harus merasa
selesai dengan diri saya sendiri, baru saya akan siap hidup berdampingan dengan
seseorang.
Ada hal lain yang harus saya perjuangkan terlebih
dahulu, kedua orang tua, saya tidak mau menyesal tidak sempat membahagiakan
mereka, saya tidak mau suatu hari saya menyalahkan pernikahan saya, karena ada
satu hal dalam hidup saya yang tidak sesuai.
Menikah bagi saya itu adalah suatu kompromi,
suatu penerimaan, siap menahan ego, siap dengan segala hal macam permasalahan didalamnya. Menikah itu bukan
representasi suatu kebahagian, tapi tantangan besar sehingga butuh persiapan
sendiri.
Jika saat ini saya masih belum menikah, bukan
berarti saya tidak mau menikah. Saat ini saya sedang dalam proses belajar. Saya ingin punya kemampuan agar bisa jadi partner
yang baik, saya juga sedang dalam proses menerima diri saya, dalam proses belajar bersabar agar bisa menahan ego dan saya
sedang berusaha membangun niatan yang baik untuk menikah. Ingat niat menikah itu bukan hanya untuk bahagia saja.
Menikah bukan solusi masalah hidup, menikah bukan
menjadi pencapaian suatu kebahagian, menikah adalah bentuk perjuangan lain dalam hidup.
Bukankah pasangan kita berhak mendapatkan seorang
partner yang seimbang, bukankah anak kita berhak mendapatkan seorang ibu yang
baik dan bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dengan mengirim komentar kita telah berbagi