Tembok pertahanan yang sudah
aku bangun dengan jerih payah seketika runtuh dengan tiba-tiba saat kamu hadir
kembali.
Tangis yang sudah berubah
jadi senyuman kini berubah lagi, ternyata pertahanan yang aku bangun
bertahun-tahun itu kembali roboh.
Saat ini aku mengikuti
kemana air akan mengalir, aku mengikuti apakah hati ini benar-benar berlabuh
atau hanya singgah seperti sebelumnya.
Aku kira ini sederhana dan
tidak rumit, aku hanya tidak mau ada masa lalu yang tertinggal dan tidak
terselesaikan, aku mau semuanya berakhir dengan baik agar aku bisa melangkah
tanpa beban.
Pertemuan pertama itu, aku
mendengar semua pengakuan kesalahanmu, aku menerima semua maafmu, yah bagiku
semua sudah usai, sudah terjadi sangat lama, aku tak mau ada dendam, aku hanya mau
semua tuntas.
Lalu, kamu kembali hadir
menghias layar ponselku, menyapaku tiap hari, dan entah kenapa hatiku kembali
bergetar, aku hanya berkata tidak aku sudah memiliki tembok pertahanan lebih
kuat, aku tidak mau kecewa seperti sebelumnya.
Aku kembali seperti dulu,
menjadi pendengar setia keluh kesahmu, berusaha sebaik mungkin mengerti kamu,
memberikan semangat ketika kamu menyerah, berusaha untuk melibatkan diri dalam
keputusan yang kamu akan ambil, sederhana aku hanya tidak bisa melihat kamu
sendirian.
Lalu tadi malam, aku
berpikir ulang atas apa yang aku lakukan, semuanya masih sama seperti dua tahun
lalu, kamu hanya memikirkan apa yang kamu harapkan, apa yang kamu mau, dan
tetap sama kamu lupa ada aku. Dan aku tiba-tiba sadar bahwa kamu lupa tentang
apa yang aku mau, apa yang aku harapkan, dan bagaimana soal aku. Bukankah dari
dulu selalu sama bukan? Kamu lupa soal aku, kamu hanya ingat tentang apa yang
kamu inginkan. Pesanku sederhana
“Carilah orang yang nggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segalanya”
“Carilah orang yang nggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segalanya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dengan mengirim komentar kita telah berbagi