Senin, 15 Juli 2013

Si Jago Merah Melahap di Bulan Berkah


Kepulan asap menghiasi langit malam di desa Maruyung Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung. Sijago merah  melahap rumah dsaat  para penghuni rumah tengah khusu menjalankan solat tarawih.

Disalam yang ketiga, para jamaah menghambur meninggalkan mesjid saat mendengar teriakan kebakaran, semuanya kalap dan mencoba memadamkan api. Namun usaha itu sungguh sulit ditambah lagi karena kekeringan, satu jam kemudian datanglah petugas kebakaran,  dan setengah jam kemudian api berhenti melahap.

Apin, (60) masih ingat api itu menyambar rumahnya hingga ludes tak menyisakan apa-apa hanya baju yang dikenakan di badannya saja, apa lagi rumah yang ditempatinya adalah rumah semi permanen.
”Api itu langsung menyambar rumah saya, aneh tidak kepinggir tapi langsung keatas, tidak ada yang bisa diselamatkan yang tertinggal ya baju yang dibadan ini,”katanya.

Tak hanya Apin yang masih mengingat kejadian itu, Rowa (70) hingga kini masih trauma jika melihat ketempat kejadian, tak ada lagi rumah yang meneduhinya disaat terik matahari dan hujan.Nenek tua itu masih ingat pada ayam-ayamnya yang ikut terbakar,”Aduh neng ayam emak 20 semuanya terbakar pas pagi liat tinggal bangkainya saja pada item,”katanya.

Rohmah, yang kesehariannya mengurus ayam-ayamnya, kini merasa jenuh dengan aktivitas dipengungsian, yang hanya diam.
“Biasanya, pagi-pagi subuh tuh udah ke air biar ga ngantri, kan disini susah air, kekeringan terus ngurusin ayam, sekarang diem terus bosen,”katanya.

Kebakaran melanda Desa Maruyung pada tanggal 7 Agustus 2012,  22  rumah rusak berat  dan 5 rumah rusak ringan, termasuk rumah Apin dan keluarganya , satu balita mejadi korban dari kejadian tersebut.

Menurut penuturan Rahmat Hidayat ayah korban, anaknya tengah tidur dikamar dan istrinya salah mengambil, bukan anaknya yang dia gendong dan selamatkan namun bantal. kini Apin dan seluruh korban mengungsi di Sekolah dasar. Konsleting listrik  menjadi penyebab  sijago merah itu merambah.

Hari ketiga setelah kejadian saya dan enam teman dari Unit Kegiatan Mahaisiwa di Unpas menyambangi para korban di pengungsian, raut muka kesedihan masih terlihat jelas dimuka mereka, walaupun bantuan yang diterima terus berdatangan, namun beban psykologi masih mendera mereka.
“Kalau untuk makanan, gak kekurangan alhamdulilahnya banyak, pakaian juga banyak coba saja lihat, tapi kejadian itu seperti masih menghantui,”ujar Apin sambil mengelus dadanya.

Walaupun terkadang Rahmat Hidayat (50) salah seorang korban sering bercanda agar menghibur tapi ia sendiri tak bisa membohongi bahwa kejadian itu merupakan ujian yang berat dalam hidupnya.”bapak mah bercanda terus neng, agar semuanya terhibur gak terlalu keingetan,”katanya.

Diapun bercerita, rumah baru yang ditempati anaknyapun ikut ludes terbakar, apa lagi anaknya itu baru saja melahirkan,”disini tuh semuanya hampir saudara, jadi anak sayapun ikut jadi korban, padahal rumahnya baru saja dibangun dan bayinya masih merah,”katanya.
Nasib rumah Para korban tersebut masih menunggu keputusan dari pemerintah setempat apakah akan dibuat seperti semula atau setengahnya.

”Semoga aja cepet dibangunin lagi rumah, gak apa-apa jelek juga yang penting tuh punya rumah gak kayak gini luntang-lantung gak jelas,”ujar Rahmat. Satu lagi kesedihan yang melanda mereka, saat hari raya iduk fitri nati mereka harus pulang ke tempat pengungsian, bukan rumah seperti biasanya,”yah lebaran tahun ini mah pulang teh nanti kesini mungkin, kan kita sudah tak ada rumah,”tambah Rahmat.

Menurut Koordinator BPBD Hendrawan, BPBD agar berusaha cepat memperjuangkan rumah untuk para korban,”kita akan berusaha secepatnya, agar nasib mereka jelas,”katanya.
Hendrawanpun membenarkan, bahwa saat ini bantuan yang masuk memang telah banyak berdatangan,”untuk logistik sudah banyak, jadi kalau mau nyumbang coba  buat korban yang lain saja, dan yang mereka perlukan saat ini hiburan untuk mengurangi beban psykoligi,”katanya.

Tak hanya rumah, merekapun saat ini kehilangan pekerjaannya, karena sebagian besar dari mereka adalah penjual es Cendol. “Gimana bisa kerja, gerobak sama semua peralatannya terbakar abis gak bersisa,”kata Rahmat.

Malam semakin larut, dan sebagian pengungsi bersiap-siap beristirahat apa lagi mereka harus bangun untuk makan sahur, saya berpamitan untuk pulang dan kembali ke Bandung,  salaman hangat saya rasakan dari tangan para pengungsi, dan sorotan mata penuh harapan mengantarkan saya hingga diteras sekolah.

3 komentar:

  1. blognya sudah saya follow, ditunggu follow baliknya ke www.muslimahonline.net ya.. ^_^
    salam kenal..

    BalasHapus
  2. Ini kejadiannya 2012 ya? Apa sampai sekarang mereka masih di pengungsian, Ai? Semoga mereka diberi ketabahan menjalani cobaan. Terutama di bulan Ramadan :)

    BalasHapus
  3. Dian: ini setaun yang lalu dan mereka sudah tidak dipengungsian. aku nemu tulisan ini sayang aja kalo ga di post :)

    BalasHapus

Dengan mengirim komentar kita telah berbagi

Sudah ga berasa yah sekarang sudah bulan Desember lagi, yah sudah memasuki musim hujan, dan ornamen taun baru serta natal dimana-mana. Ah De...