Waktu ternyata berjalan begitu cepat, yups setahun lalu aku bisa merayakan idul adha di rumah, sambil merasakan badan yang sakit semua karena pulang berdua dengan adikku menggunakan motor, nekad banget sih waktu itu, dan yah sudah setahun juga aku sendiri di Jakarta.
Masih ingat awal penyesuaian saat pandemi, rasanya berat, meeting full tiap hari, tapi pelan-pelan mulai bisa beradaptasi. Yah begitulah manusia, mahluk yang paling mudah beradaptasi Ini masa yang tidak mudah bagi semua orang, kabar duka datang silih berganti, rasa cemas dan khawatir selalu ada dibenak semua orang.
Dan, sekali lagi hari ini juga pasti bisa aku lalui, aku kembali percaya entah cerita bahagia atau sedih, suatu hari hanya akan bisa dikenang, di tertawakan. Manusia terkadang takut berada di titik terendah dalam hidupnya, takut merasa kehilangan, takut bersedih dan kecewa, tapi cerita itu adalah cerita yang paling membekas, cerita yang bisa membuat kita tumbuh, dan kuat seperti hari ini.
Akhir-akhir ini juga aku berusaha sekuat tenaga untuk belajar ikhlas, belajar untuk menyerahkan semua urusan dan skenario jalan hidupku pada Allah. Aku hanya bisa berusaha dan berdoa semampuku, sisanya biarkan Allah yang bekerja.
Tanpa kita sadar, Allah selalu menyelamatkan kita, meskipun bentuk penyelamatannya adalah saat kita terjatuh atau kecewa, tapi itu jalan terbaik yang harus diterima. Aku masih ingat betapa kecewanya aku saat aku selesai menjadi wartawan di kompas, saat itu perasaanku sangat sesak, yups, kecewa, dan sedih. Lalu Allah memberikan jalan lain, yah aku bahagia dengan pekerjaanku saat ini, dan inilah pekerjaan yang cocok buatku , yang membuatku bisa bertumbuh, aku bahagia.
Makna idul adha bagiku saat ini adalah segala sesuatu memang harus di ikhlaskan, dilepaskan dan di kurbankan. Dan kita tidak pernah memiliki apa-apa, segala sesuatu yang ada pada kita saat ini adalah titipan, dan terkadang itu adalah ujian. Semoga aku bisa lolos ujian lagi di tahun ini, aku bisa mengikhlaskan segala sesuatu yang memang bukan menjadi milikku. Bukankah sekeras apapun kita menggenggam jika bukan milik kita maka akan lepas, dan jika itu bukan milik kita meskipun kita tidak mengejarnya maka itu akan menghampiri.
Hal yang bisa aku lakukan saat ini adalah menjaga dengan baik apa yang aku miliki, dan menitipkannya kepada sang pemilikNya.
Selamat idul adha, semoga tahun depan aku bisa memaknai idul adha dengan pemikiran dan hati lebih dewasa lagi.
*Jakarta, menuju senja dan aku sangat rindu
Selasa, 20 Juli 2021
Memaknai Idul Adha
Selasa, 06 Juli 2021
Welcome Juli
Juli
Saat ini lebih banyak mendengar berita duka, sampai rasanya kepalaku penuh. Bulan ini perasaanku naik turun. Aku merasa khawatir, takut, cemas tak jarang diam-diam aku menangis. Entahlah akhir-akhir ini emang aku sering merasa cengeng.
Banyak ketakutan yang datang, banyak rasa rindu yang terpendam dan aku sadar ternyata aku juga tidak bisa memaksakan apa yang aku rasakan. Sekali lagi aku harus mulai berdamai dengan keadaan, menerima hal yang tidak sesuai dengan keinginanku, yups setelah melewati proses denial akhirnya aku memasuki fase sebuah penerimaan. Dan menuju proses ini memang tidak mudah, menerima hal yang tidak kita harapkan pasti ada perasaan kecewa, marah, kesal dan sedih. Namun itulah emosi, emosi yang tidak diinginkan tapi ada dan harus diterima.
Bulan ini, aku kembali full wfh, bagi sebagian orang mungkin terlihat enak yah, kerja dirumah dan digaji, tapi yah bagiku si extrovert ini adalah perjuangan yang cukup sulit. Karena energiku didapatkan dengan bertemu banyak orang, kebayangkan gimana aku menjalani hari-hariku sekarang, yah energiku mulai terkuras. Tapi ini harus aku terima, harus survive.
Tahun lalu aku berharap tahun ini aku bisa hidup normal, hari yang normal, weekend yang normal, tapi yah Tuhan selalu punya rencana untuk mendekatkan umatnya kepadanya. Aku menyadari setelah memasuki masa pandemi ini aku lebih sering mendekatkan diri, mencari perlindungan kepada Tuhan. Jika dulu waktuku aku habiskan dengan bekerja, dan tengah malam baru tidur lalu solat subuh yang kesiangan, semenjak pandemi aku mulai kebiasaan baru. Terima kasih, terkadang manusia harus melewati masa sulit terlebih dahulu agar bisa kembali kepada Tuhannya.
Aku juga belajar berserah diri, menahan diri, menahan ego, dan lebih sering memeluk diri sendiri. Aku juga sedang beajar merasa cukup dengan apa yang sudah Tuhan kasih. Cukup, kata yang sering mamah pesankan kepadaku. Karena jika kita tidak merasa cukup, kadang kita tidak bersyukur dangan apa yang kita punya, dan pasti menginginkan lebih dan lebih.
Aku percaya setiap hari adalah proses yang panjang, proses menerima dan berdamai sama keadaan, proses untuk mindfullnes agar pikirannya ga negatif atau penuh dengan banyak prasangka hehe. Untuk menjadi lebih baik memang perlu melewati banyak hal. Tahun ini aku juga bersyukur karena ujiannya tidak seberat tahun kemarin, karena keluargaku masih baik-baik saja hingga saat ini. Yups ga ada hal yang lebih di syukuri selain orang yang kita sayangi tetap baik, bahagia dan sehat-sehat. Ingat ai chintia, hidup itu adalah gagal, jatuh, lelah, tapi kamu harus bangkit, berdiri lagi, berjeda sebentar lalu kembali berjalan dan berlari, berbahagialah selalu..
Sabtu, 03 Juli 2021
3 Perempuan Inspiratif
My Oktober Journey
Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...