Banyak keraguan yang membayangku, banyak ketakutan yang menghampiriku. Semuanya seolah-olah terlalu cepat.Kenapa aku punya hati selemah ini, entahlah ini lemah atau bagaimana, hanya saja bagiku sesederhana “memaafkan dan memberi kesempatan”.
Aku takut tentu saja, bagaimana jika kesalahan itu kamu ulangi lagi? Lalu aku harus kembali menerima rasa sakit itu, lalu aku harus kembali tenggelam dalam kesibukan dan kembali melupakan jika hati kembali terluka.
Yang sangat aku pelajari dari kejadian masa lalu itu adalah, terkadang hati tidak bisa menerima rasa sakit, yah hati selalu menyangkal jika memang terluka dan itu membuatnya semakin luka.
Dan aku sudah lelah dengan semua drama itu, pintaku pada Tuhan sederhana “dicintai dengan sungguh,” rasanya aku ta menuntut apapun, jika memang tidak sungguh sudahlah aku lebih bahagia dengan kesendirian, bersama mereka yang sungguh menyayangiku tanpa kenapa, bersama mereka yang tetap disampingku dan membuatku tertawa.
“kamu bisa mendapatkan yang lebih baik,” kata seorang teman. Jangan kembali padanya dia sudah memberikanmu banyak luka. Yah benar, aku tidak lupa pada luka itu, tapi kenapa hatiku merasa baik baik saja saat kita bertemu. Aku tetap menjadi diriku yang dulu, mendengar semua keluh kesahmu, yah aku tetap menjadi diriku yang memahami semua sibuk dan tetap disampingmu saat susahmu.
Karena bagiku sederhana, “Setelah memilih itu yah harus menerima pilihan,”
Aku iri pada dia, yah dia seseorang yang telah membuatmu meninggalkanku, dia yang kamu perjuangkan dengan sungguh, dia yang kamu hapus air matanya dan dia yang sudah kamu beri segalanya, benar bukan “Cinta itu memberi tanpa diminta,”. Tapi tetap saja aku memaklumi semuanya, saat itu kamu hanya sedang jatuh cinta bukan? Dan yah semuanya memang normal, ini hanya aku saja yang sedang merasa cemburu dan akhirnya aku memang memaklumi semua yang sudah terjadi, menerima dan berdamai.
Saat ini aku sudah berdamai dengan masa lalu itu, toh Tuhan sepertinya sedang memantaskan diriku, dengan kejadian itu aku menjadi seseorang yang lebih pemaaf, seseorang yang lebih bekerja keras untuk pekerjaanku, dan buat apa juga menyesali semuanya. Mungkin dengan kejadian itu kita sama-sama belajar untuk memantaskan diri masing-masing.
Dan untuk kamu, Semoga aku memang ‘Rumah’ tempatmu pulang dari segala lelahmu, tempatmu berbagi semua ceritamu, dan aku bukan persinggahanmu.