Rabu, 02 Oktober 2013

Gadis yang Jatuh Cinta pada Senja

Apakah kamu pecinta pagi. Aku adalah pecinta pagi dan selamanya akan mencintai pagi. Entahlah bagiku pagi itu seperti alunan musik syahdu yang tak akan berhenti bernyanyi.  Jika tuhan menakdirkan aku hadir kembali, aku ingin jadi pendamping pagi. Apakah itu gila? Tentu saja tidak bagi mereka yang pernah merasakan jatuh cinta. Cinta itu adalah nyawa. Jika kamu sudah tidak pernah jatuh cinta hati kamu sedang mati dan itu berbahaya. Bukankah hidup ini sejatinya adalah saling berdampingan dan berbagi.

Aku bertahun-tahun mencintai pagi. Aku pernah diculik pagi dan pagi enggan ke bumi, lalu orang-orang murka. Mereka mengata-ngataiku. Lah bukannya itu anugerah biar kalian terlelap. Tapi sudahlah akhirnya aku mau berbagi pagi lagi. Aku memang tak bisa egois. Pagi juga berkata “jika kamu mencintaiku kamu harus mau berbagi”

Apakah cinta itu tidak boleh egois? Tapi aku pernah dilabrak cewek orang karena pacarnya ketahuan berpacaran denganku. cewek itu egois karena tidak mau berbagi pacar denganku? Padahal aku tidak akan merebutnya. Pacarnya  hanya teman untuk bersenang-senang. Dan aku juga sudah yakin dia akan menikahi pacarnya bukan aku.

Tapi cinta juga ternyata membosankan. Aku sudah bosan dengan pagi, entah kenapa.  Sudah berhari-hari aku tidak menyambut pagi, bahkan aku mengacuhkannya saat dia datang.
Pagi tidak marah. Itulah pagi yang selalu baik hati. Dia sabar. Dia terus merayuku. Menaruh mawar dekat bantalku. Tetap mengecup keningku.

Suatu hari aku pergi kepantai. Aku duduk dan mendengar ombak bernyanyi dengan merdu. Tiba-tiba aku melihat cahaya kuning. Seperti telur yang direbus. Aku terus menatapnya. Jantungku berdebar kencang. Wajahku memerah bagai rebusan kepiting. Senja tersenyum kepadaku. Aku hanya terdiam. Duh apa aku jatuh cinta lagi? Apa iya aku bisa jatuh cinta selain pada pagi.

Senja menyapaku kemudian pergi . Hatiku semakin bergetar. Tapi itulah senja, dia tak akan lama, dia akan segera pergi. Dan entahlah apakah esok senja akan datang seperti hari ini. Tapi sejak saat itu aku tidak peduli aku setia menunggu senja. Aku duduk ditepi pantai berdandan dengan cantik agar senja jatuh cinta padaku.

Senja melirikku. Dia tak berkata hanya mengecup bibirku. Mataku terpejam. Aku lupa jika saat itu semua orang melihatku. Dan mereka pasti melaporkannya pada pagi. Bukankah mereka masih dendam padaku. Aku mendengar mereka berbisik “coba lihat perempuan itu, bukankah itu pacar pagi. Kenapa dia berciuman dengan senja. Ah wanita itu tidak tahu malu”

Aku tak peduli, aku sedang jatuh cinta. Apakah mereka lagi-lagi tidak mengerti jatuh cinta. Kemudian senja pergi. Aku tidak sedih karna esok senja pasti akan menemuiku kembali. Dia sudah janj padaku. Keesokan harinya aku kembali duduk menanti senja. Esoknya lagi aku melakukan hal yang sama hingga suatu hari aku tidak bertemu senja. Aku kecewa, apakah senja sudah dimiliki orang lain.

O ya apa kabarnya pagi. Dia tetap baik dan seperti yang sudah aku bilang dia akan selalu baik. Jangan kira tidak ada yang melaporkan apa yang aku lakukan dengan senja. Tapi pagi bilang dia tidak peduli, mungkin saja aku hanya anak kecil yang sedang mencari mainan baru tapi setelah puas akan embali kerumah.

Bukan aku tidak peduli pagi. Aku masih mencintai pagi. Hanya saja saat ini aku juga mencintai senja. Aku percaya Pagi akan mengerti karena pagi mencintaiku tidak dengan egois. Dan selamanya aku akan mencintai pagi. Namun biarlah aku juga mencintai senja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dengan mengirim komentar kita telah berbagi

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...