Senin, 09 Juli 2012

Rumah yang kesepian


 ‘bangun, ayo solat udah siang,”seorang perempuan paruh baya menarik selimut anak laki-lakinya, anak itu membuka matanya sambil bermalasan.
“ini tehnya udah siap, sebelum sekolah jangan lupa sarapan,”tambah perempuan tua yang biasa dia panggil nenek. Anak laki-laki itu tak menjawab, dia langsung berjalan mengambil handuk dan pergi kekamar mandi.
Tak lama suara DVD memecahkan pagi itu, dan seorang laki-laki paruh baya duduk dengan santai sambil menikmati rokook dan tehnya.
Ramai, dan hangat lebih hangat dari sorotan mentari yang masuk kedalam tubuhku, akh tumben sekali suasana pagi ini sungguh berbeda.Biasanya aku hanya menyaksikan anak laki-laki itu berdua dengan neneknya, hanya berdua mereka melewati hari-harinya.sang nenek dengan penuh kasih sayang membangunkan anak laki-laki itu membuatkannya sarapan walaupun anak itu tak pernah menyentuhnya, tapi herannya nenek itu tak pernah bosan menyiapkannya, seandainya aku anak laki-laki itu, aku pasti akan memakannya. Lalu yang lainnya hanya akan ada saat liburan sekolah atau bulan suci, aku heran mengapa aku dibangun jika akan ditinggalakan seperti ini, malang sekali nasibku harus menjadi saksi kesepian seorang wanita tua dan anak laki-laki, tapi ini nasibku aku harus menerimanya, tak jarang setiap malam aku berdoa semoga aku akan kembali hangat seperti doa nenek tua itu yang tak bosan aku dengar tiap malam dari atas sajadahnya. Aku menegrti sebenarnya dia kesepian, dia ingin orang-orang yang dia sayangi ada didekatnya, menyiapkan makanannya, mencucikan bajunya, atau hanya sekedar bercanda menghilangkan rasa sepinya.
Memang didalam tubuhku semua fasilitas lengkap, nenek itu tak perlu kesusahan memasak nasi, tak perlu kesusahan mencari air untuk mandi, dan tentunya dia punya kawan yang bisa bicara dan bisa dilihat tapi sayangnya tak bisa diajak bicara.
Terkadang aku melihatnya melamun, menatap setiap bagian tubhku yang kosong dia merindukan penghuni-penghuninya, tapi dia juga tak bisa berkata apa-apa saat keadaan memang memaksanya untuk seperti itu, akh kasian sekali kau nenek tua.
Dan anak laki-laki itu? Tak jauh berbeda malangnya dengan neneknya, dia hanya akan melihat perempuan itu lagi saat pulang sekolah, padahal dia ingin melihat orang tuanya. Memang dia punya banyak teman bahkan orang tuanya baru-baru ini memberikannya mainan  baru, tapi itu tak bisa membayar kesepiannya, dia ingin ibunya yang memeluknya dan ,menciumnya sebelum tidur, atau ayahnyalah yang akan mengantarkannya kesekolah. Tapi diapun tak bisa berharap banyak, kalau demikian mungkin dia tak akan sekolah dan menikmati semua fasilitas itu. Tapi pagi itu dia sangat bahagia, akhirnya impiannya terwujud seandainya dia boleh terus bermimpi keadaan sperti ini jangan sampai berubah.
Dan aku? Hanya bisa tersenyum saat melihat semuanya bahagia dan berharap piring dan sendok itu tak beradu, karna terkadang kebersamaan itu membuat mereka malah bertengkar karna ekonomi, akh dasar manusia bukannya memanfaatkan momen kebersamaan itu, aku tidak mengerti jalan pikiran mereka seperti apa, kalau jauh dirindukan tapi saat sudah dekat malah jadi suatu masalah. Aku kesal saat mendengar mereka teriak-teriak hanya karna ego masing-masing dan tak mau ada yang mengalah, seandainya aku bisa memilih aku ingin meninggalkan mereka tapi lagi-lagi aku tidak bisa, mungkin ini nasib sialku dan dengan iklas aku harus menerimanya.
O yah ada cerita tertinggal, ada yang kurang pagi itu, anak perempuan yang sudah menginjak dewasa yang belum aku ceritakan. Dia anak pertama yang sedang menempuh pendidikannya di kota kembang yang jauh dari sana, dia pun jarang bertemu denganku kalau bertemupun hanya beberapa hari tak pernah lebih dari 2 minggu apa lagi 1 bulan, akh dia gadis hebat yang sedang meraih impiannya tak mungkin akan berlama-lama disini bersamaku dan keluarganya. Katanya sih dia sangat sibuk disana benar atau tidaknya akupun tak tahu, aku belum pernah melihat aktivitasnya disana, aku hanya mendengar ceritanya dari neneknya atau suaranya dari alat canggih itu. Mereka bilang dia sering pergi keluar kota, dan pergi ke pelatihan-pelatihan, sebenarnya apa yang ia cari aku tak menegerti. Tapi saat aku menguping cerita neneknya katanya dia ingin jadi orang sukses, yah tapi aku sedih mendengarnya karena dia jarang pulang kesini. Adiknya merengek-rengek padanya minta ditemenin sebentar saja dia sellau berkata “teteh aku gak ada temen,” tapi dia tak peduli, dia malah bilang “teteh harus kuliah,” dan wajah sedih serta kecewa terpancar dari anak laki-laki itu, akh anak yang malang. Dan nenek itu tak beda malangnya dengan anak laki-laki itu, cucu perempuan satu-satunya itu jarang sekali menengoknya, padahal dia ingin cucunya itu ada disampingnya, dia sangat khawatir cucu kesayangannya itu sendirian dikota orang yang menurut informasi kota itu kejam, banyak mahasiswa yang diculik serta menghilang oleh aliran sesat yang disebut NII oleh mereka, tapi kemauan keras dari cucunya mengalahkan itu semua, akh dia memang keras sama seperti impiannya yang berbeda dengan teman-teman dikampungnya yang sebagian besar sudah menikah. Dia begitu keras, walaupun ibunya tak setuju dia tetap pada`keputusannya untuk mengejar mimpinya. Aku kagum padanya tetapi akan lebih kagum lagi jika pagi ini dia ada disini dan merasakan betapa indahnya suasana pagi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dengan mengirim komentar kita telah berbagi

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...