Rabu, 20 Desember 2017

It Matters How This End




ttps://www.blf.org.uk/sites/default/files/end-of-life-sunset.jpg

                       
Bagaimana cara kamu mengakhiri sesuatu? Kalimat itu tiba-tiba muncul dalam kepala saya. Mengakhiri adalah bagian yang tak kalah penting dari memulai. Bukankah sesuatu yang dimulai pasti akan diakhiri? Memulai kehidupan pada akhirnya kita akan mengakhir kehidupan ini, lalu bagaimana cara kita mengakhiri kehidupan yang kita jalani saat ini? 

Apakah yang akan dikenang oleh orang-orang yang kita kenal? Apakah kenangan baik? kenangan buruk, atau bahakan kita dilupakan? Tidak ada kenangan yang membekas dalam ingatan orang-orang yang kita kenal tentang diri kita. Sedih rassanya ketika benar-benar dilupakan dan dibenci, mau meminta maaf tapi sudah terlambat?

Bagaimana cara kita mengakhiri jabatan yang diamanahkan kepada kita? Apakah dengan baik atau buruk? Jangan lupa bagian terakhir adalah bagian yang banyak dikenang oleh seseorang.

Bagaimana cara kita mengakhiri sebuah hubungan dengan seseorang?Apakah ketika awalnya kita mengejarnya dengan manis, dengan penuh rayu, dan gombalan serta janji janji manis? Tapi kemudian mengakhirinya dengan sikap pengecut? Kemudian kita tidak diberi kesempatan untuk memperbaikinya?

Semoga kita bisa menitipkan kenangan manis pada semua yang kita kenang, dengan selalu mengakhiri sesuatu dengan baik.


#Jakarta, dan hari ini sangat dingin.

Senin, 18 Desember 2017

Melamun










Hujan akhir-akhir ini mengguyur Jakarta lebih sering, berita banjir dan menyalahkan gubernur menghiasi sosial media dan berita lebih banyak. Tapi kadang saya lebih suka kalau hujan turun. Sepulang miting sambil melihat kaca dari mobil ditegah kemacetan saya sering malah berpikir banyak. Mengingat betapa waktu yang saya rasakan akhir-akhir ini sering terenggut.

Bayang-bayang mas kecil saya sering tiba-tiba hadir. Berlarian disawah sambil menunggu bedug maghrib, padahal saat itu sudah mandi sore. Jam 4 sore itu harus sudah mandi, dan jam 7 malam udah harus pulang kerumah, jam 9 yah tidur karena besok sekolah.

Pagi hari, saya masih merasakan hangatnya matahari, berpapassan dengan orang-orang yang hendak pergi kesawah, saya berjalan sambil makan sarapan nasi goreng yang dibekalin sama mama,”Kamu tuh harus sarapan,”kata nenek.

Sarapannya nasi goreng kencur dan dibungkus pake bungkus mie instan, bukan di atas tumblr. Sambil tertawa dan becanda saya berjalan hampir 1,5 Km ke sekolah. JIka hujan saya hanya memakai sendal jepit agar sepatu saya tidak kotor, lalu setelah sampai sekolah saya ganti sendal dengan sepatu.

Eh kok saya melamun yah, entah kenapa saya emang ridu yah sama ketenangan hidup di desa. Tidak sibuk dengan setumpukpekerjaan yan harus dikerjakan dengan cepat, dengan hiruk pikuk kemactean. Dan saya merasa akhir-akhir ini emosi saya sering naik, sering kesal, apa lagi jika saya buru-buru dan gojek yang saya tumpangi malah nyasar, sering ingin merasa tidak puas dengan apapun yang saya dapatkan dan parahnya lagi sering merasa tidak adil sama Tuhan.

Pernah saya mengirimkan artikel keseorang teman, tentang kisah anak agency, yang menghabiskan waktunya didepan laptop, memikirkan konsep dan permintaan klien.
“Itu mah kamu,”seloroh teman, terus aku malah tertawa,
Sebegitukah saya? Memang benarkah sudah banyak waktu yang terbuang? Atau memang beginilah kehidupan di kota besar, membuat hatimenjadi keras, membuat diri penuh obsesi yang berlebihan, dan membuat diri sendiri merasa sendiri ditengah keramaian kota.
Bunyi klakson mengguyarkan lamunan saya, dan saya lihat orang-orang terburu-buru dijalanan agar segera sampai rumah. Dan satu lagi, apakah di Jakarta itu orang harus selalu terburu-buru?

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...