Selasa, 16 Juni 2015

Cerita Saat-Saat Terakhir Kuliah Part I

Selamat malam


Hari ini saya sedang ingin bernostalgia. pikiran saya tiba tiba melayang pada kejadian beberapa bulan yang lalu. saat itu perasaan saya hancur, saya menangia dan kecewa. Tapi lagi, saya merasa tuhan sedang sayang sama saya dan saya kuat menghadapi itu semua.

Tidak banyak yg tahu jika saya gagal mengikuti ujian sidang Pada bulan Oktober tahun lalu. Saat itu semua sudah selesai, hanya saja Tuhan seperti belum mengijinkan saya untuk menyelesaikan yang satu ini.

Saat itu saya kecea, saya menangis saya mengambil satu keputusan yang terburu-buru. Yaitu "Saya pindah dari Bandung". Seperti patah hati, Bandung terlalu menyimpan cerita dan saya masih enggan sebenarnya, namun saya tidak punya alasan untuk tetap tinggal di Bandung.

Kehidupa saya berubah. Saya harus menata hati, saya harus berdamai dan rencana saya tentu berantakan. saya berada dalm fase kehilangan arah. Saya tidak menjadi saya yang optimis dan bersemangat, meskipun demikian jauh dilubuk hati saya masih percaya akan Tuhan. saya masih percaya akan  rencana Tuhan yang lainnya, yang akan mengubah hidup saya. Saya hanya perlu berdamai, saya hanya perlu berusaha menata hati, mensyukuri hidup dan kembali bangkit.

Setahun, dari seja kejadian itu Saya kehilangan diri saya. Saya tidak lagi jadi seseorang yang tegar, saya takut saya benar-benar merasa terjatuh. Setiap malam saya menangis, mungkin lebay tapi ya saya merasa saya punya tanggung jawab yang lain. saya anak pertama saya harus menyelasaikan ini semua agar tidak jadi beban untuk kedua orang tua.

Hari itu, saya kecewa.. Saya masih ingat pada hari sabtu, saya tak bisa menangis dan berbicara saat melihat kampus tutup. saya bangun dan kembali berjalan di sisa-sisa tenaga saya. Saya diam, ya dan segera berkemas. Dengan hatiyang coba saya tegar-tegarkan saya memesan tiket dan pulang.

Saat menuju ke Jakarta, air mata saya jatuh ya saya menangis mungkin ini puncaknya dan hati saya merasa hancur. Dan saya teringat dengan kejadian ketika nenek saya meninggal.

Tapi ya itu nostalgia, puncaknya kemarin Saya bisa menyelesaikan tugas saya sebagai seorang anak. Saya akhirnya bisa menyelesaikan sisa study saya. Ini mungkin perjalanan yang harus saya lalui ya sehingga saya bisa menceritakannya disini. Jika tidak demikian maka tidak akan cerita.

Senin, 08 Juni 2015

Untuk Mama

Dear mama

Mama, surat ini mungkin tidak akan pernah dibaca mama. Tapi ini adalah pembicaraan kita dari beberapa hari yang lalu.

Mama, aku mengerti khawatirnya mama kepada aku. Seperti yang pernah mama bilang, punya anak perempuan itu seperti  sedang menjaga telur diujung tanduk daj takut jatuh.

Tapi mama, aku mohon mama percaya. . Mama menyekolahkan aku dan aku tidak akan melakukan hal bodoh itu.

Mama, aku mama didik agama, aku mengerti batasan mana yang baik dan buruk. Mama itu adalah bekal untukku. Untuk masalah dia yang belum aku perkenalkan kepada mama, ijinkan aku meyakinkah hatiku. Aku tidak mau mengecewakan mama. Jika aku sudah yakin aku pasti bawa ke rumah dan perkenalkan ke mama.
Mam, aku tidak mau slah memilih. Dia harusla seseorang yang menerima kita.

Mama, aku janji aku akan menjaga harga diri aku dan keluarga. Aku tetap berpegang pada prinsip.


Mama... semoga seperti yang kita harapkan, aku mendapat pasangan yang terbaik. Tolong percayalah padaku. Percaya aku bisa menjaga diri. Aku hanya sedang ingin mengenal seseorang. 

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...