Senin, 22 Juli 2013

Pergi Bersama Pagi

Aku hanya ingin bercinta dengan pagi. Saat mentari menyusup kedalam selimu tidurku, saat itu dia mencumbuku. Mengecup manis bibirku. Memelukku dengan damai, membuatku enggan bangun. Aku tidak ingin melewatkan saat-saat ini.

Pagi adalah waktu yang aku tunggu.  Menunggu pagi sangat panjang. Aku harus melewati malam yang menyesakkan dulu, karena aku  sangat rindu pada pagi. Rindu itu semacam perasaan yang menindih paru-parumu hingga kamu merasakan sesak dan sulit untuk bernafas. Menahan rindu itu  semacam melewatkan malam tanpa tidur panjang.

Aku hanya ingin terbangun jika mentari telah memasuki jendela kamarku. Saat itu dia akan menyapaku dengan hangat dan tulus.  Mungkin mereka berkata aku gadis pemalas karena bangun terdahului mentari. Tapi tahukah kalian aku hanya menunggu pagi.

Aku jatuh cinta pada pagi. Salahkah aku jatuh cinta pada pagi? Salahkah aku menunggu pagi? Bukankah cinta itu anugerah Tuhan? Dan pagi adalah ciptaan Tuhan yang terindah.
Saat pagi tiba, aku akan bangun dengan penuh harap. Aku akan bangun dengan kembali menyusun puzle-puzle impianku. Saat pagi tiba aku akan tersenyum padanya dan berterima kasih karena dia telah mengingatkan impianku. Saat pagi tiba dia yang akan berkata “kamu tidak boleh menyerah”

Aku benar-benar mencintai pagi. Jatuh cinta yang sangat besar. Aku tak tahu sebesar apa, apakah sebesar bola? Aku rasa lebih besar dari itu. Apakah sebesar istana? Aku tak tahu karena aku rasa lebih besar dari itu. Aku juga tak tahu mengapa aku suka pagi. Padahal pagi tidak seromantis senja. Bukankah jatuh cinta karena ketidak tahuan itu lebih tulus? Lebih murni?

Hari ini hari sabtu, pagi kembali menemuiku lewat hangatnya mentari. Dia menyelinap lewat jendela kamarku kemudian menyusup kedalam selimutku. Pagi mengecup pipiku. Aku tahu pagi datang, namun aku tetap diam, biarkan dia melakukan apa yang dia suka karena dia kekasihku. Salahkah sang kekasih melakukan itu pada kekasihnya.

Hari ini pagi ingin mengajakku pergi. Dia bilang didunia ini sudah tidak aman lagi. Dia bilang akan banyak monster yang mengacaukan dunia ini hingga pagi tidak akan sehangat ini. Dia tidak ingin melihat aku menangis karena tak ada pagi yang indah lagi. Pagi yang mencintaiku dengan tulus. Aku menganggukan kepala. Biarlah pagi membawaku kemana yang dia mau toh dia kekasihku.

Aku lebih percaya pagi, dia tidak bohong, dia tulus. Pernahkah pagi enggan menyapa? Pernahkah pagi lupa datang? Pernahkah pagi telat datang?  Itu sudah cukup untuk meyakinkanku mempercayainya. Karena aku suka pagi. Biarlah pagi membawaku ketempat terindah.

Jika suatu hari pagi tidak datang katakan saja dia sedang bersama kekasihnya, jangan ganggu dia. Kalian jangan marah jika pagi tidak datang. Bukankah kalian enggan pagi datang karena kalian harus kembali bekerja, bertemu dengan bos yang galak, dosen yang kiler, macet yang panjang.

Bukankah jika pagi tidak datang kalian akan tetap berada dibalik selimut, melewati hari-hari penuh mimpi indah. Bukankah kalian kadang mengutuk pagi karena kalian masih ingin terlelap. Jadi biarlah pagi menjadi milikku, biarlah aku bercinta terus dengan pagi.  Karena aku jatuh cinta pada pagi.


Selamat tinggal bumi. Kamu jangan marah padaku karena pagi pergi bersamaku. Kamu jangan marah jika pagi tidak menyapamu lagi. Pagi hanya bosan mendengar keluhan manusia yang mengisimu. Biarlah pagi bahagia bersamaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dengan mengirim komentar kita telah berbagi

My Oktober Journey

Hey Oktober Luar biasa yah dibulan ini, ah nano-nano sekali. Meskipun tiap weekend ga sibuk event tapi di Oktober ini aku jadi sering pergi,...