Sudah hampir 2 bulan saya bergabung
dengan klub Global Literacy di Museum Konferensi Asia Afrika. Seru tentu saja,
banyak ilmu yang saya dapat, dan tutor yang berpengalaman. Kita belajar
membaca, selama saya lahir baru kali ini saya membaca buku dalam bahasa
inggris, sebuah novel anak-anak klasik yang berjudul The Screet Garden. Namun bahasa
yang digunakan cukup sederhana sehingga saya faham apa artinya.
Setiap minggu selain membahas novel
itu kita juga membahas tentang literacy dan membandingkan dengan bangsa kita.
Arti dari kata literacy itu sendidri adalah melek huruf, lalu apakah bangsa
Indonesia ini telah melek huruf? Ok secara umum memang negara Indonesia sudah
melek huruf, dalam artian angka buta
huruf di Indonesia telah menurun.
Lalu lantas bangsa kita menjadi bangsa yang
literate?
Menurut saya bangsa kita masih bangsa
yang Aliterasi artinya yaitu bangsa yang mempunyai kemampuan membaca namun tidak
tertarik untuk melakukannya. Dan fenomena ini sudah menjadi rahasia umum. Contohnya
saja ketika saya menjual koran Tempo dikampus dari sekian banyaknya masyarakat
kampus yang notabenennya adalah masyarakat yang intelektual namun susah sekali
rasanya menjual koran itu bahkan teman saya secara terang-terangan bilang saya
tidak suka membaca. So itu adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri lagi. Ahkan saya
sendiri terkadang kesulitan untuk membaca cotoh karena sok sibuk padahal gak
sibuk-sibuk banget.
Lalu apakah bangsa yang Aliteracy
tersebut sangat berbahaya? Tentu saja
sangat berbahaya karena jika kita tidak banyak membaca kita tidak tahu banyak. Contohnya
saja ketika tadi saya mengikuti Bincang Edukasi, salah seorang pembicara dan
dia seorang guru berkata bahwa keterlambata ujian nasional merupakan kesalahan
lembaga independen seperti perguruan tinggi, padahal ketika saya membaca di
koran Tempo dan menjadi headline hari ini keterlambatan itu dikarenakan PT Ghalia
yang terlambat mencetak soal UN paket 3 untuk Indonesia bagian tengah. Dan
tender yang dimenangkan PT Ghalia terindikasi korupsi, sebab PT Ghalia
melakukan penawaran yang paling tinggi dibandingkan perusahaan lainnya.
Berbahaya bukan jika kita tidak membaca
karena kita akan memberikan informasi yang salah, jika kita memberi informasi
salah maka itu menular kepada yang lain dan begitu seterusnya sehingga bisa
salah semua. Maukah bangsa kita menjadi bangsa yang salah?
Mulai saat ini mari kita memulai menjadi
literacy, setidaknya kita membaca 1 atau 2 halaman. Yah bahkan untuk memancing
membaca dalam bahasa inggris saya diberi buku dongeng anak-anak oleh tutor saya.
Dan saya mencobanya, o ya sangat menarik sekali.
Yuk kita liat kalender atau jadwal
harian kita, kita lihat apakah ada waktu 1 jam untuk membaca 10 halaman saja? Setiap
hari asal dilakukan saya yakin buku-buku dirak saya akan cepat habis, dan
mungkin DiBawah Bendera Revolusi bukunya Soekarno bisa diselelsaikan.
Saya mencoba mengutip beberapa kalimat
tentang Literacy:
“Literasi adalah jembatan untuk
berharap” Kofi Anan
“Sekali Anda belajar membaca, anda
akan terbebas selamanya,” Frederick Douglas
“Orang yang tidak membaca tidak
mempunyai keuntungan lebih dari orang yang bisa membaca” Mark Twain
Saya suka membaca, kok! :)
BalasHapus